9 research outputs found

    Sekar Jagat Bali

    Get PDF
    Dipilihnya judul Sekar Jagat Bali didasarkan atas satu pertimbangan bahwa mereka, para seniman dan budayawan, yang ditampilkan dalam buku ini adalah putra-putri terbaik Pulau Dewata, orang-orang pilihan yang telah banyak berkiprah di bidang seni dan budaya, dan yang ketokohannya perlu dijadikan panutan dan tauladan Seperti halnya pragina (aktor-penari) mereka-mereka ini adalah orang-orang pilihan yang patut diposisikan sebagai kernbang-kembang atau sekar yang telah mengharumkan nama Pulau Bali, Kiprah mereka di masyarakat memang pantas ditauladani dan diapresiasi oleh kita semua. Dengan semangat ngayah (pengabdian yang tulus) yang didorong oleh rasa jengah (semangat kompetisi) yang tinggi, sesuai swadharma (bidang dan kewajiban) dan swagina (profesi) masing-masing, mereka telah berjuang keras dan memberikan yang terbaik untuk seni dan budaya Bali sehingga berhasil mencapai tingkat kehidupan dan kemasyuran seperti sekarang in

    Drama Bertopeng "Bandana Pralaya"

    Get PDF
    Dramatari Topeng yang dalam istilah sehari-harinya cukup disebut topeng saja suatu dramatari yang semua pelakunya memakai tapel atau topeng. Dalam pergelaran dramatari ini umunya mengambil cerita "babad" dan sejarah mengisahkan kehidupan raja-raja pada jaman feodal. Untuk mendapatkan kejelasan sekalligus memberikan fokus pengamatan tentang dramatari bertopeng "Bandana Pralaya" yang kami garap, perlu kiranya dikemukakan disini beberapa sumber idea yang mengilhami proses penggarapan topeng dalam kaitan penampilan berbagai macam karakter melalui dramatari

    Imba Penopengan Sidakarya

    No full text
    Topeng Sidakarya erat kaitannya dengan ritual keagamaan Hindu (khususnya di Bali) guna meningkatkan kesadaran berserah diri dan ucapan terimakasih kepada Tuhan. Penyusunan buku ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang penopengan Sidakarya dengan tujuan agar dapat menjadi pijakan awal untuk meningkat pada tataran pelaksanaan yang lebih sempurna berdasar sastra dan agama dan kebiasaan yang berlangsung di masyarakat. Berisi semua hal tentan penopengan Sidakarya, dari sejarah, makna, filosofi, konsep, fungsi, dan masih banyak lagi

    Dramatari bertopeng " Bandana Pralaya "

    No full text
    Garapan ini berbentuk dramatari bertopeng. Dramatari topeng yang kesehariannya cukup disebut dengan topeng saja, komposisinya ditekankan pada penyampaiannya cerita membuat penata komposisi tidak begitu penting

    Akibat Hukum terhadap Penggunaan Air Bawah Tanah tanpa Izin

    No full text
    Underground water is water that is contained in a layer of soil or rock below the soil surface. This study aims to determine the government's authority in regulating groundwater permits and what are the legal consequences of violating unlicensed groundwater use. The research was conducted using empirical legal research methods, source of the data which was used are primary and secondary sources of legal materials, methods of collecting legal materials using documentation studies and field research, and analyzing legal materials using descriptive analysis methods. The results of this study indicate that the Government's authority in permitting groundwater is regulated in the Bali Governor Regulation Number 5 of 2016 concerning Groundwater Permits, particularly in Article 3 paragraph (1), it is explained that the Governor has the authority to manage groundwater in CAT in the province. In Article 3 paragraph (2), the authority of the Government (Governor) is reaffirmed, including several things, namely: granting permits for groundwater drilling; give permission to extract groundwater; grant permits for the use of groundwater; granting permits for groundwater exploitation; grant permits to groundwater drilling companies; provide guidance, supervise technical investigations and use of Groundwater. As a result of violations of the use of groundwater by violating the parties in accordance with Article 15 paragraph (1) of Law Number 11 of 1974 concerning Irrigation, it is stated that anyone who deliberately runs water and / or water sources business without permission from the Government is punishable by imprisonment. 2 (two) years and or a maximum fine of Rp. 5,000,000 (five million rupiah)

    KESENIAN SAKRAL Tari Joged Pingitan dan Baris Upacara

    No full text
    Perkembangan modernisasi dan pragmatisme masyarakat global kini semakin massif mempengaruhi masyarakat sampai ke plosok desa. Tak terhindarkan masyarakat pedesaan (desa pakraman di Bali) yang dahulu semarak dengan keragaman tradisi seni-budaya juga mengalami stigma modernisasi dan globalisasi. Adanya pertimbangan-pertimbangan permisif pada kesenian tertentu, khususnya tari Joged Bumbung yang telah ditampilkan sebagai seni vulgar jauh dari nilai-nilai etik dan estetika patut menjadi keperihatinan kita bersama. Kekhawatiran akan punahnya kesenian tradisi juga akan beimbas pada hilangnya nilai-nilai agama yang menjadi roh kebudayaan Bali. Kini keberadaan seni-seni tradisi yang hidup di masyarakatpun mengalami kemunduran dan cendrung semakin dilupakan. Kesenian ritual tersebut pada umumnya terkait dengan penyungsungan di pura-pura dan memiliki makna sakral. Joged Pingitan dan Baris Upacara yang merupakan bagian dari seni- seni sakral tersebut perlu mendapat perhatian para pengampu kebijakan untuk mengembalikan roh dan nilai-nilai sakral yang dimiliki kepada keyakinan masyarakat penyungsungnya. Hasil Rumusan Semiloka Seni Sakral yang digelar Listibiya Provinsi Bali perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Dalam rangka melestarikan, memperkuat dan mengembangkan kesenian tradisi tersebut Listibiya Provinsi Bali memandang perlu dilaksanakan Workshop/Lokakarya Tari Joged Pingitan dan Baris Upacara

    PETA KESENIAN DAN BUDAYA BALI Seni Pertunjukan Modal Dasar Pesta Kesenian Bali dan Pembangunan Bali Berkelanjutan

    No full text
    Fungsi kesenian dalam aktivitas kehidupan masyarakat Bali mengandung nilai-nilai universal untuk membentuk identitas, pendidikan karakter, mendorong kreativitas, menjadi media diplomasi kebudayaan dan menjadi jembatan peradaban. Nilai-nilai universal tersebut terpancar secara ekspresif dan progresif dalam keseharian masyarakat Bali. Kesenian sebagai media diplomasi kebudayaan tidak terbatas pada ranah lokal, namun sudah meluas pada komunitas etnik antar bangsa. Kesenian dan Budaya Bali sangat kokoh dengan nilai-nilai universal dan menjadi modal dasar yang dapat berkontribusi bagi pengembangan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat dunia sehingga dapat diandalkan sebagai diplomasi kebudayaan. Keunggulan Kesenian dan Budaya Bali mampu menunjukkan eksistensinya di tengah arus modernisasi dan globalisasi termasuk di dalam mengadopsi kemajuan di bidang iptek dan keterbukaan informasi. Inventarisasi Kesenian Dinas Kebudayaan Propinsi Bali Tahun 2005 melaporkan data seni pertunjukan di seluruh Bali berdasarkan tabulasi data seni pertunjukan di Kabupaten dan Kota. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (tahun 2005 – 2015), hasil inventori tersebut perlu dievaluasi khususnya terkait dengan upaya revitalisasi beragam jenis seni pertunjukan, untuk mendapat gambaran tentang keunggulan, penguatan dan peluangnya sebagai modal dasar Pesta Kesenian Bali maupun di dalam upaya pemberdayaan kesenian dalam Pembangunan Bali Berkelanjutan. Keunggulan berbagai ragam seni pertunjukan yang digelar melalui Pesta Kesenian Bali berpeluang meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat Bali secara berkesinambungan. Bali dikenal sebagai The Island of Art, The Island of Heritage dan The Island of Festival karena keragaman dan keindahan seni budayanya. Dalam kehidupan masyarakat Bali kesenian dan berkesenian mempunyai kedudukan yang sangat sentral, penting dan bermakna (Mantra, 1988; Bagus, 1985; Geria, 1995; Bandem, 1995; Dibia, 2012). Seni dan perdamaian dunia yang diapresiasi sebagai Culture as Weapon berhasil membangun kedamaian dalam merehabilitasi dampak bom Bali tahun 2002 (Ron Jenkin dan Nyoman Catra, 2004). Keberadaan Subak sebagai Culture Heritage dalam representasi Cultural Landscape of Bali Province: The Subak System as Manifestations of The Tri Hita Karana, ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 2012. Pesta Kesenian Bali (PKB) yang telah berlangsung selama 37 tahun diapresiasi sebagai gelar seni budaya berbasis dunia yang menguatkan posisi Bali sebagai The Island of Festival. Pengakuan dunia internasional terhadap 9 jenis tarian Bali sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda, melalui sidang UNESCO pada tanggal 2 Desember 2015 di Windhoek, Namibia, Afrika Selatan mengapresiasi keberlanjutan tarian-tarian Bali dalam katagori Wali, Bebali, dan Balih-Balihan

    The Invisible Mirror Siwaratrikalpa : Balinese Literature In Performance Sastra Bali Dalam Seni Pertunjukan

    No full text
    According to Ida Pedanda Ketut Kencana Singarsa the world's troubles can all be traced to the human flaw of forgetting. "Insideneach of us, there is memory and there is forgetfulness," says the octogenarian Hindu priest, peering through his thick glasses at the faded inscriptions on a palm leaf manuscript, known in Bali as a lontar. "When we forget our relationship to the divine nature of what is unseen, we have problems. Translating lontars can help us to remember the importance of the invisible world in solving our problems. If you want to see a reflection of the human body, look in a mirror. If you want to see a reflection of the human mind, look at a lontar" this book is an attempt to follow Ida Pedanda's advice and look at literature as a mirror of the Balinese soul, an invisible mirrir that reflects the truth of the invisible world or 'niskala.' An important example of Balinese sastra literature is "Siwaratrikalpa," a poem that tells the story of Lubdaka, a hunter who unwittingly atones for his lifetime of killing animals by staying awake all night in a forest on the scared night of Siwa (Siwaratri). He climbs a Bila tree to avoid being attacked by wild beasts and plucks leaves to keep himself from sleeping and falling out of the tree. Years later, when Lubdaka dies, the armiws of hell and heaven battle over the hunter's soul, but ultimately his unconscious enactment of Siwa's ritual wins him a place in heaven. This book includes three versions of the Lubdaka story. The first is a condensation of the narrative's essential meaning as interpreted by a high Hindu priest, Ida Pedanda Ketut Kencana Singarsa. The second version of the story comes from a storyteller (I Ketut Jagra) whose improvised narrative in the tradition Balinese 'satua' was broadcast on Radio Republik Indonesia (RRI). The third retelling of the Lubdaka story takes the from af a wayang shadow puppet play that was performed in Denpasar's Puputan field by three dalang puppet master, I Ketut Kodi (ebs) Most Balinese children hear the story of Lubdaka in elementary school, but it is also encountered in other forms, like babaosan chanting in religious ceremonies or wayang shadow puppet play. In all its variations Lubdaka's encounter with the invisible worlds of heaven and hell is recounted as a cautionary tale to remind the readers, listeners, a spectators that their fate also depends on their relationship with what cannot be seen
    corecore