8 research outputs found

    IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL DALAM MEMAHAMI TANDA-TANDA BENCANA ALAM PADA INSAN USIA LANJUT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan berbagai pengetahuan yang bersumber dari kearifan lokal yang dimiliki oleh para lansia dalam melihat tanda-tanda hadirnya bencana alam di DIY. 2). Mengkaji secara ilmiah mengenai pengetahuan lansia di DIY tentang tanda-tanda bencana alam berbasis kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengkaji secara mendalam mengenai pengetahuan tentang kearifan lokal lansia berhubungan dengan upaya mendeteksi tanda-tanda terjadinya bencana alam, kemudian hasilnya akan dikaji secara ilmiah bersama dengan pakar kesiapsiagaan bencana dari lingkungan akademik maupun praktisi, informan berasal dari lansia yang tinggal di wilayah rawan gempa yakni di sleman dan bantul, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan fgd, data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan model tematik, kemudian diverifikasi oleh ahli kegempaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari pengalaman informan telah mengalami berbagai macam jenis bencana alam yang pernah ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, kebanjiran, puting beliung dan tsunami, Pengetahuan kearifan lokal tentang tanda tanda bencana alam yang dimiliki penduduk lansia ada yang sesuai dengan kajian yang dimiliki oleh akademisi maupun praktisi kegempaan, namun ada juga yang tidak relevan Pengetahuan yang dimiliki oleh para penduduk lansia, merupakan pengetahuan yang diberikan oleh orangtua mereka secara turun temurun, Para Lansia telah berupaya untuk menyampaikan pengetahuan tentang kearifan lokal mengenai tanda tanda bencana alam kepada anak cucunya melalui media dari mulut ke mulut. Perlunya adanya kajian yang lebih luas dan komprehensif yang melibatkan para tetua kampung dengan pakar kegempaan untuk mengintergrasikan kearifan lokal dengan kajian ilmiah sehingga dapat digunakan untuk mengurangi resiko akibat bencana alam

    MANAJEMEN INFORMASI DAN PENGETAHUAN DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAERAH

    Get PDF
    Penelitian ini dirancang tiga tahun untuk menghasilkan model manajemen pembangunan pendidikan derah berbasis pengetahuan/informasi. Tahun pertama, adalah asesmen untuk menentukan apa saja fokus model manajemen pembangunan yang akan dibuat. Tahun kedua, direncanakan untuk menghasilkan model evaluasi kinerja pembangunan pendidikan daerah sebagai sumber pengetahuan/informasi. Tahun ketiga, untuk menghasilkan model manajemen pembangunan pendidikan daerah berbasis pengetahuan/informasi. Dalam konsep manajemen berbasis pengetahuan ada tiga level lingkungan yaitu: (A) lingkungan rutin; (B) lingkungan proses pengetahuan; dan (C) lingkungan manajemen pengetahuan, yang berujung pada inovasi. Survei asesmen tahun 2011 (tahun pertama) menemukan bahwa manajemen pembangunan pendidikan daerah ditinjau dari perspektif manajemen berbasis pengetahuan pada umumnya masih dalam keadaan kurang atau cukup. Para aktor memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai manajemen berbasis pengetahuan, karena dilaporkan dalam angket rating scale bahwa: tertinggi lingkungan C, kedua lingkungan B, dan terendah lingkungan A; padahal realita di lapangan dan FGD kurang ditemukan kinerja inovatif. Temuan ini mengindikasikan eksplanasi mengapa terjadi ketimpangan dan kelambanan kemajuan pendidikan daerah, yang menjadi latarbelakang dari penelitian ini; terkait dengan lemahnya manajemen berbasis pengetahuan. Diasumsikan bahwa apabila manajemen berbasis pengetahuan dan informasi diterapkan maka pembangunan pendidikan kabupaten/kota akan lebih baik. Terkait dengan hasil tahun pertama tersebut, penelitian tahun ke-dua ini bertujuan mengembangkan model evaluasi diri pembangunan pendidikan daerah dengan spesifikasi: a) Berlandaskan indikator kinerja pembangunan pendidikan daerah. b) Difokuskan pada tiga level lingkungan (A,B,C) manajemen berbasis pengetahuan/informasi. c) Mampu menghasilkan informasi yang tepat, akurat, dan handal yang bermanfaat untuk refleksi diri dan manajemen pembangunan pendidikan daerah. Penelitian tahap kedua ini melanjutkan penerapan R&D. Pengembangan model evaluasi diri tersebut di samping mendasarkan pada hasil riset (R) tahun pertama; prosedur pengembangannya (D) meliputi: a) perancangan; b) reviu ahli dan praktisi; ditindaklanjuti dengan perbaikan; c) uji coba disertai evaluasi dan perbaikan; dan d) pengemasan akhir. Ujicoba dilakukan di lingkungan dinas pendidikan daerah kabupaten/kota. Penelitian tahun-II merancang instrumen dengan karakteristik berbeda dengan instrumen di tahun –I. Berdasarkan konsep dasar yang sama, dikembangkan pertanyaan yang lebih banyak; setiap pertanyaan disediakan rubrik yang mempermudah responden untuk melakukan selfjudgement atas kinerja mereka dari perspektif manajemen berbasis pengetahuan. Rubrik bersifat faktual, sehingga responden tinggal mengidentifikasi indikator yang ada/tidak ada dengan memberikan contreng yang ada. Setelah itu, berdasarkan tingkat lengkap tidaknya indikator, responden diminta memilih tingkatan kinerja yang sesuai pada rating-format yang disediakan. Dengan cara ini dapat dikurangi kecenderungan over-estimate atas diri sendiri. Profil yang dihasilkan lebih lengkap dibandingkan dengan profil di tahun – I

    PELATIHAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN PAGUYUBAN LANSIA SE- DESA BEJIHARJO, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DIY

    Get PDF
    Kegiatan pengabdian pada masyarakat berbasis Puslit dalam bentuk pelatihan peningkatan kemampuan pengelolaan paguyuban Lansia se desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul, bertujuan: 1). mengetahui kondisi secara riil pengelolaan paguyuban lansia yang ada di desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul 2). Sedangkan secara secara khusus, PPM ini bertujuan untuk melatih para kader dan pengurus paguyuban Lansia dalam pengelolaan serta pengembangan budaya karena lansia memiliki peran yang strategis dalam pewaris sekaligus pembina nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat.Realisasi dari kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan bagi para kader dan pengelola paguyuban lansia dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan, yang dilaksanakan dalam 3 pertemuan yakni tanggal 19-20 september 2014 dan 27 september 2014, bertempat di Aula balai desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul DIY. Berdasarkan hasil PPM disimpulkan: 1). diperolehnya data berupa jumlah pra lanjut usia dan lanjut usia sebanyak 2003 orang atau 14 % dari jumlah penduduk keseluruhan desa Bejiharjo yang tersebar di 20 pedusunan, 2) Pelaksanaan kegiatan dari awal persiapan hingga pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar, serta mendapat respon yang positif dari semua peserta kegiatan, 3)Materi yang disampaikan oleh tim pengabdi dirasakan sangat baik terutama bagi para pegelola dan kader lansia serta lansia sendiri dalam meningkatkan perannya di masyarakat sebagai pelestari budaya serta meningkatkan aktualisasi diri di masyarakat bukan sebaliknya sebagai penduduk yang kurang berguna, selain itu adanya pelatihan dapat diaplikasikan dalam pemberdayaan paguyuban lansia. 4)Pemahaman terhadap materi cukup memuaskan hal ini terbukti dalam proses penyampaikan materi mereka cukup antusias serta hasil tugas mandiri menunjukkan mereka telah paham terhadap materi yang disampaikan oleh tim pengabdi dan 5). Dilihat dari indikator keberhasilan kegiatan PPM jika dilhat dari rencana peserta sebanyak 35 orang, dapat dikatakan berhasil karena sebanyak 35 orang (100 %) mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir, juga peserta sudah mampu membuat rencana program pemberdayaan paguyuban lansia serta rintisan akan berdirinya paguyuban lansia lainnya di pedukuhan yang belum ada

    MANAJEMEN INFORMASI DAN PENGETAHUAN DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAERAH

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan menemukan kebutuhan pengembangan model evaluasi yang cocok untuk mengembangkan manajemen berbasis pengetahuan pada pembangunan pendidikan daerah kabupaten/kota. Dari perspektif manajemen berbasis pengetahuan ada tiga level lingkungan yaitu: 1) lingkungan pelaksanaan tugas rutin, 2) lingkungan proses pengetahuan, dan tertinggi 3) lingkungan manajemen pengetahuan. Asesmen kebutuhan ini dilakukan di lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan dengan survey menggunakan angket tertutup dan terbuka, dikomplementasikan dengan FGD untuk klarifikasi dan triangulasi. Sebagai sumber informasi adalah jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; dan FGD dilakukan di masing-masing dinas sehingga berjalan intensif. Penelitian asesmen kebutuhan ini menghasilkan kesimpulan: 1) Pada umumnya jajaran dinas pendidikan melaporkan bahwa dari berbagai indikator manajemen berbasis pengetahuan kinerja dinas masih pada posisi kurang dan cukup. 2) Pada kasus tertentu cenderung overestimate, sehingga menghasilkan temuan yang menunjukkan bahwa lingkungan level – 3 tertinggi, diikuti level – 2 dan terendah baru level – 1. Hal ini mengindikasikan terbatasnya pemahaman tentang manajemen berbasis pengetahuan; karena kalau level – 3 tinggi seharusnya banyak kebijakan yang inovatif. Oleh karena itu disarankan: 1) peningkatan pemahaman wawasan mengenai manajemen berbasis pengetahuan; dan hal ini terkait dengan saran berikutnya 2) peningkatan kinerja dinas pendidikan kabupaten/kota
    corecore