31 research outputs found

    Analisis Sekatan Sesar Pada Lapangan “TOM”, Cekungan Jawa Barat Utara

    Get PDF
    Lapangan “TOM” merupakan lapangan migas yang terletak di Cekungan Jawa Barat Utara yang dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar. Keterdapatan sesar ini sangat penting pada penentuan daerah prospek. Oleh karena itu studi mengenai karakteristik dari sesar yang ada perlu dilakukan untuk menjadi acuan pada tahap eksplorasi selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seri litologi penyusun serta penyebaran stratigrafi secara lateral maupun vertikal dari masing-masing sumur yang ada pada lapangan “TOM”, mengetahui pola dan jenis struktur geologi yang berkembang pada lapangan “TOM”, mengetahui bagian yang berpotensi sebagai lapisan penyekat (seal) dan kecenderungan untuk bocor (leak) dari struktur geologi berupa sesar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis. Metode deskriftif yaitu metode studi literatur berdasarkan karya ilmiah, jurnal, buku dan laporan perusahaan. Sedangkan metode analisis dilakukan analisis data sumur, analisis data seismik 3D dan analisis sekatan sesar. Parameter yang digunakan untuk mengetahui sifat sekatan sesar yaitu besarnya nilai throw, volume lempung, kesejajaran litologi, dan Shale Gouge Ratio (SGR). Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data dapat diinterpretasikan bahwa litologi penyusun Formasi Jatibarang/Pre-Talang Akar berupa vulkanik klastik diantaranya tufa, konglomerat, batupasir dan batulempung; Formasi Talang Akar berupa batulempung berseling batupasir dengan sisipan batubara pada bagian bawah, pada bagian atas berupa batulempung berseling dengan batugamping; Formasi Baturaja berupa dominan batugamping; Formasi Cibulakan Atas berupa batulempung berseling dengan batupasir dan batugamping, sedangkan Formasi Parigi berupa dominan napal. Sesar yang berkembang pada daerah penelitian yaitu NNW-SSE hingga NNE-SSW, dinterpretasikan hasil fase transtensional yang berhubungan dengan pergerakan sesar geser menganan di tepian selatan Kraton Sunda pada masa Eosen, dan hasil reaktivasi sesar tersebut pada masa Pliosen – Pleistosen. Pada daerah penelitian dilakukan analisis sekatan sesar terhadap Sesar F1, Sesar F3 dan Sesar F10, hasil analisis pada ketiga sesar didapatkan nilai SGR rata - rata untuk Sesar F1 49, 03 %, Sesar F3 48, 18 % dan Sesar F10 50,77 %. Berdasarkan kriteria Yielding, ketiga sesar tersebut bersifat menyekat (SGR >15-20%) pada Formasi Pre-Talang Akar/Jatibarang, Talang Akar, Cibulakan Atas dan Parigi, namun pada bagian Formasi Baturaja relatif bersifat bocor karena memiliki SGR <15 %. Kata kunci : Sub Cekungan Ciputat, Cekungan Jawa Barat Utara, Sesar, Shale Gouge Ratio, Sekatan Sesa

    Analisis Geokimia Fluida Sistem Panasbumi Dieng Kabupaten Wonosobo-Banjarnegara

    Get PDF
    Dieng merupakan salah satu kawasan vulkanik aktif di Indonesia yang memiliki potensi panasbumi sangat besar, banyak manifestasi yang dijumpai di lapangan dengan karakteristik yang cukup beragam seperti kolam lumpur, kawah, mataair panas, mataair hangat, batuan yang teralterasi, fumarol, endapan travertin, endapan sinter silika, telaga dan lain-lain. Sebaran dari manifestasi di Dieng ini juga sangat luas dari dataran tinggi dieng hingga ke kota Wonosobo, Banjarnegara dan sekitarnya. Selain itu sturktur geologi di daerah ini juga sangat kompleks. Kedua hal tersebut menyebabkan beberapa peneliti melakukan analisis guna mengetahui pembagian sistem panasbumi di Dieng, namun hanya di daerah Kaldera Tua Dieng yang dinilai memiliki nilai prospektivitas produksi tinggi. Analisis sistem panasbumi ini dilakukan dengan studi geokimia fluida khususnya air panas yang berasal dari manifestasi dan persebarannya, sehingga dapat diketahui apakah manifetasi tersebut berasal dari sumber maupun sistem panasbumi yang sama. Analisis geokimia yang digunakan antara lain adalah anion, kation, entalpi-Cl-, geothermometer dan Cl--B+-Li+. Ketika melakukan interpretasi pembagian sistem panasbumi selain digunakan data primer yaitu hasil analisis geokimia yang telah disebutkan sebelumnya ditambahkan pula data sekunder berupa data geofisika dengan metode gravity dan magneto-telluric. Setelah dilakukan analisis geokimia pada fluida, terdapat empat jenis air pada daerah penelitian ini yaitu air bikarbonat pada sampel manifestasi di daerah Bitingan Siglagah, Pejawaran, Kali Bening, Wanayasa, Tegalsari, air asam sulfida pada sampel manifestasi di daerah kawah Sikidang, kawah Chandradimuka, Manggisan, air asam sulfat bikarbonat pada kawah Sileri, dan air asam sulfida-klorida pada sampel manifestasi di daerah Pulosari. Diagram ternary kation menunjukkan bahwa semua sampel memiliki konsentrasi Mg2+ yang cukup banyak, mencirikan telah terjadi percampuran air magmatik dengan meteorik dan interaksi antara fluida dan batuan beku. Faktor yang mempengaruhi sistem panasbumi di daerah pemetaan adalah karakteristik fluida, karakteristik manifestasi, konsentrasi Cl-, B+, Li+, hubungan entalpi-Cl-, isotope stabil ∂ Deuterium (∂2H) dan ∂18O, pelurusan, serta data geofisika berupa gravity dan magneto-telluric. Dengan memperhatikan faktor tersebut diinterpretasikan terdapat enam sistem panasbumi yang berbeda yaitu sistem panasbumi area Sikidang, sistem panasbumi area Chandradimuka, sistem panasbumi area Sileri, sistem panasbumi area Pulosari-Pejawaran, sistem panasbumi area Wanayasa, dan sistem panasbumi area Pakuwaja. Kata kunci: Sistem Panasbumi Area Dieng Kabupaten Wonosobo-Banjarnegara, Analisis Geokimia Fluida, Pembagian Sistem Panasbumi

    Analisis Pengaruh Intensitas Curah Hujan Terhadap Deformasi Massa Batuan Lereng Tambang Berdasarkan Data Monitoring (Prisma) di Pit Batu Hijau, PT Newmont Nusa Tenggara

    Get PDF
    PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) merupakan salah satu perusahaan tambang terbuka emas-tembaga yang ada di Indonesia. Di Pit Batu Hijau PT. NNT terdapat banyak failure. Adanya efek intensitas curah hujan memicu deformasi lereng tambang sehingga dapat mengakibatkan potensi terjadinya failure. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas curah hujan terhadap deformasi yang terjadi pada beberapa failure, mengetahui karakteristik deformasi failure berdasarkan data prisma, serta mengetahui hubungan/tingkat korelasi dan pengaruh antara intensitas curah hujan terhadap slope displacement deformasi massa batuan penyusun lereng tambang. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data intensitas curah hujan dan data deformasi massa batuan yang diambil mulai dari awal pergerakan prisma hingga kejadian longsor. Data intensitas curah hujan dan data deformasi diambil dari data sekunder yang telah merekam deformasi dari beberapa failure. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif berupa analisis statistika dari data intensitas curah hujan yang terekam pada penakar hujan RFWS1B dan data deformasi yang terekam oleh prisma di PT. NNT. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa peningkatan curah hujan hujan kumulatif mempengaruhi peningkatan slope displacement massa batuan penyusun lereng dilihat dari grafik data pengukuran prisma dan RFWS1B. Tipe deformasi massa batuan terjadi secara regressive maupun regressive/progressive. Massa batuan pada longsoran baji umumnya terdeformasi dalam beberapa fase (multi-stage), sedangkan longsoran planar dapat terjadi bi-stage maupun multi-stage. Pola pergerakan massa batuan dengan tipe longsoran planar cenderung lebih banyak terdapat fase progressive dibandingkan dengan longsoran baji. Berdasarkan hasil analisis statistika pengaruh curah hujan (X) terhadap slope displacement (Y), dapat diketahui bahwa kedua variabel tersebut memiliki tingkat korelasi cukup dengan tingkat pengaruh 27.71%, persamaan regresi hasil analisis, y = 0.2887+ 0.0001X, serta dari uji t didapatkan hasil thitung (2.23 ) > ttabel (2.160) (Terdapat pengaruh X terhadap Y). Kata kunci: deformasi, failure, intensitas curah hujan, Pit Batu Hija

    Tectonic Relationships and Structural Development between Arjosari, Pacitan, East Java and Tawangmangu, Karanganyar, Central Java

    Get PDF
    Java Island has volcanic arcs at the south and at the middle which are spread in a east-west pattern called Southern Mountains Zone and Quaternary Mountains Zone. The east-west pattern resembles the structural pattern produced by the Java tectonic subduction. Based on this, research was carried out to determine tectonic relationships and structural development in the Southern Mountains Zone and the Quaternary Mountains Zone. The study was conducted by structural mapping of each zone, namely the Grendulu Fault in Pacitan Regency which belongs to Southern Mountain Zone and the Cemorosewu Fault in Karanganyar Regency which belongs to Quaternary Mountains Zone. The mapping shows that the Grendulu Fault is a horizontal fault with north-south main stress, while the Cemorosewu Fault is a normal fault with nearly vertical main stress. Based on these, it can be concluded that there is no direct, but indirect tectonic relationship that works between the two: both structures developed due to Java Subduction. The structural development of the Grendulu Fault is strongly influenced by Java Subduction, which the subduction gives north-south main stress that forms this fault. While Southern Mountains formed, Kendeng Basin was formed due to loading from the mass of Southern Mountains. The formation of Kendeng Basin was continued with the formation of the Mount Lawu Complex (part of Quarternary Mountains) where the Cemorosewu Fault developed. This fault is formed as a result of mass loading of the Mount Lawu itself and triggered by the slope from Kendeng Basin to the north

    Pemodelan Struktur Sesar Naik pada Prisma Akresi Nankai, Jepang dengan Menggunakan Analog Sandbox

    Get PDF
    Pemodelan analog sandbox yang dibuat dengan sistem tektonik konvergen dapat digunakan untuk memodelkan struktur pada zona subduksi, salah satunya memodelkan struktur prisma akresi Nankai, Jepang. Struktur geologi pada prisma akresi Nankai, Jepang sangat beragam, diantaranya berupa sesar naik dan lipatan. Struktur geologi tersebut sampai sekarang masih ada yang berkembang karena pengaruh subduksi yang masih aktif sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan perkembangan morfologi dan struktur sesar naik pada prisma akresi Nankai, Jepang secara umum. Metode yang digunakan berupa pemodelan analog sandbox kompresi dengan material yang disesuaikan dengan kondisi alam. Material yang digunakan berupa pasir, lempung, gipsum, dan plastisin yang disesuaikan geometri dan komposisinya berdasarkan referensi data seismik dan pengeboran. Berdasarkan hasil pemodelan sandbox, perkembangan morfologi pada model yaitu semakin bertambah pemendekan akan semakin bertambah bentukan kelurusan pungungan-punggunan sabuk sesar, serta akan semakin kecil perubahan sudut slope dan wedge. Sedangkan perkembangan struktur geologi yaitu semakin bertambah pemendekan akan semakin bertambah jumlah sesar yang terbentuk, khususnya forethrust fault (Ft), dan akan semakin curam dip sesar, kecuali backthrust fault (Bt) yang relatif stabil. Jenis struktur yang terbentuk pada model yaitu forethrust fault (Ft), backthrust fault (Bt), normal fault (Nf), sesar mendatar, dan lipatan jenis inclined fold. Thrust fault memiliki pola sistem leading imbricate, out-of-sequence thrust fault, dan triangle zone. Pola kelurusan sesar naik, sesar normal dan lipatan berarah NE-SW, sedangkan pola kelurusan sesar mendatar berarah NW-SE. Perbandingan model dengan alam yaitu pada subduksi miosen 13-6 juta tahun yang lalu sama dengan model pemendekan 5%, koalisi yang menghasilkan sistem Zenisu 2 juta tahun yang lalu sama dengan model pemendekan 25%, dan subduksi sekarang sama dengan model pemendekan 40%. Kata Kunci: Sandbox, prisma akresi Nankai Jepang, thrust faul

    Analisis Potensi Gas Hidrat Melalui Interpretasi dan Atribut Seismik pada Blok KGH, Cekungan Selat Makassar Utara, Sulawesi Barat

    Get PDF
    Gas hidrat merupakan sistem gas dalam fase padat yang ditemukan pada sedimen di permafrost dan continental margin, dengan kondisi kestabilan pada suhu rendah dan tekanan tinggi. Faktor menarik lain dari gas hidrat adalah siklus pembentukannya yang relatif singkat, keterdapatannya pada seluruh belahan dunia, serta pengembangan volume metana yang dihasilkan pada kondisi standar dapat sebesar 163 - 164 kali lipat lebih besar dibandingkan metana in situ. Sehingga, studi gas hidrat dapat dimulai dengan analisis karakteristik gas hidrat pada data sumur maupun data seismik untuk mengetahui estimasi sumberdaya yang ada dan kondisi geologi pembentukannya. Kehadiran Bottom Simulating Reflector (BSR) dapat dianalisis dengan analisis kualitatif pada data seismik Blok KGH yang bersifat post stack migration. Ekstraksi atribut seismik dilakukan untuk memperkuat analisis kehadiran BSR, yang kemudian didukung kualitatif sumur ANM-1 dan data sekunder berupa analisis AVO dan velocity. Atribut yang digunakan terkait dengan waktu adalah instantaneous phase dan cosine of phase, dan atribut terkait dengan amplitudo adalah RMS amplitudo dan trace gradient, serta impedansi akustik (AI) relatif untuk menunjukkan anomali AI. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan bahwa kehadiran BSR sangat mudah teramati melalui citra penampang seismik normal dan multi-atribut. Kehadiran BSR sebagai indikator gas hidrat menjadi dasar pembuatan horizon BSR dan peta struktur waktu agar dapat dilakukan ekstraksi atribut seismik permukaan dan menghasilkan peta struktur waktu anomali. Melalui perhitungan luas area anomali pada Blok KGH didapatkan luas area potensi gas hidrat adalah 407.476.500 m2. Selain itu melalui analisis kualitatif data sumur ANM-1 didapatkan kehadiran gas hidrat sangat muncul pada log resistivitas. Kondisi pembentukan gas hidrat berdasarkan persebarannya diinterpretasikan berhubungan dengan terdapatnya batuan induk pada Cekungan Selat Makassar Utara, yang menghasilkan gas hidrokarbon dan bermigrasi melalui sesar dan lipatan akibat tatanan kompresi. Selain itu, kondisi laut dalam mempengaruhi saturasi air, suhu, dan tekanan yang mendukung pembentukan gas hidrat. Kata Kunci : Gas Hidrat, Bottom Simulating Reflector, Atribut Seismik, Peta Struktur Waktu, Cekungan Selat Makassar Utara, Blok KGH

    Studi Fault Fracture Density dan Geokimia Fluida pada Lapangan Panasbumi Barru, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Direktorat Panas Bumi menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi panasbumi sebanyak 27.000 MW atau sekitar 40% dari jumlah potensi panasbumi dunia. Dengan jumlah potensi tersebut, eksplorasi panasbumi di Indonesia harus terus ditingkatkan. Berdasarkan informasi melalui data dari Dinas Pertambangan Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Barru pada tahun 2015 menyebutkan adanya manifestasi berupa mata air panas di Desa Galung, Kecamatan Barru. Untuk menindaklanjuti informasi tersebut, kegiatan eksplorasi lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui potensi energi panasbumi di Kecamatan Barru. Dalam eksplorasi lanjut, metode geokimia dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari air panas yang muncul sebagai manifestasi permukaan. Metode geokimia menggunakan hasil dari analisis kimia unsur untuk mendapatkan gambaran mengenai proses yang dialami fluida sebelum keluar sebagai manifestasi permukaan. Manifestasi air panas itu sendiri dapat muncul ke permukaan melalui zona-zona permeabel seperti sesar yang menjadi jalur keluarnya fluida panasbumi. Dalam mengidentifikasi zona permeabel ini, metode Fault Fracture Density (FFD) dilakukan dengan menginterpretasikan kelurusan-kelurusan berskala makro yang menjadi jalur keluarnya fluida panasbumi tersebut. Dari metode FFD didapatkan nilai kerapatan densitas kelurusan tinggi berada di timur laut dan selatan lokasi penelitian. Pola kelurusan pada daerah penelitian memiliki kecenderungan trend berarah barat laut tenggara dan utara selatan. Trend kelurusan tersebut sesuai dengan trend struktur regional pada Peta Geologi Regional lembar Pangkajene dan Watampone. Dari ketiga manifestasi mata air hangat didapatkan hasil bahwa mata air Kalompie, Pongisorenge, dan Kaerange tergolong tipe air bikarbonat. Keterkaitan metode FFD dengan kemunculan ketiga manifestasi mata air hangat berkorelasi positif di mana ketiga mata air hangat ini muncul pada zona FFD yang tinggi-sedang. Kata kunci: Sistem Panasbumi, Fault Fracture Density, Geokimia Fluida, Lapangan Panasbumi Barr

    Pemetaan Potensi Hidrokarbon pada Batuan Dasar Terekahkan untuk Menentukan Area Prospek Eksplorasi berdasarkan Data Log Sumur dan Seismik 3D Cekungan ONWJ (Offshore North - West Java) Pertamina Hulu Energi

    Get PDF
    Blok operasi PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North-West Java (ONWJ) terletak di lepas pantai utara Jawa bagian barat dengan luas mencapai 8.279,29 km. Ditemukannya 219 sumur yang menembus batuan dasar dengan 44 sumur di antaranya terdapat indikasi hidrokarbon, menjadi tantangan baru sekaligus kesempatan bagi para ahli geologi untuk menemukan cadangan minyak dan gasbumi baru melalui studi eksplorasi pada reservoir batuan dasar terekahkan di ONWJ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik serta susunan formasi di atas batuan dasar, statistik variasi sebaran litologi dan indikasi hidrokarbon pada batuan dasar, menentukan area prospek pada batuan dasar serta faktor-faktor yang mengontrolnya, mengetahui karakteristik reservoir batuan dasar dan zona rekahan melalui evaluasi sumur. Metode penelitian yang digunakan di antaranya metode deskriptif baik dengan metode studi kasus maupun studi pustaka, dilanjutkan dengan metode analisis berupa metode analisis kuantitatif dengan perhitungan statistik database sumur, serta analisis kualitatif dengan mendelineasi persebaran litologi batuan dasar, metode evaluasi karakteristik log sumur, interpretasi seismik 3D, korelasi struktural antar sumur, rekonstruksi struktur geologi, serta analisis data DST (Drill Stem Test). Kerangka litostratigrafi pada cekungan ONWJ Tersusun atas batuan dasar yang di atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Jatibarang berupa material vulkaniklastik, dilanjutkan Formasi Talangakar yang berupa perselingan batupasir, serpih dan batubara serta sedikit batugamping di bagian atas, serta Formasi Baturaja yang berupa batuan karbonat. Hasil pengolahan data statistik sumur diketahui terdapat 219 sumur yang menembus batuan dasar ONWJ, yang didominasi oleh litologi sekis dan granit, sementara litologi genes, kuarsit, meta-karbonat dan vulkanik relatif minor dan tersebar. Diketahui bahwa indikasi hidrokarbon muncul pada semua litologi batuan dasar, dan cenderung terletak pada tinggian batuan dasar yang dekat dengan struktur geologi dan menghadap ke arah cekungan, baik pada area NWC (North-West Corner), Ardjuna, E-15 Graben ataupun Jatibarang. Berdasarkan hasil korelasi dan rekonstruksi, formasi Talangakar yang berada di atas batuan dasar berpotensi berperan sebagai batuan induk karena kaya akan material organik berupa endapan batubara, sementara bidang ketidakselarasan di atas batuan dasar sebagai perangkap vertikalnya. Reaktivasi sesar bertepatan dengan waktu migrasi hidrokarbon yaitu pada Miosen Tengah - Miosen Akhir, sehingga migrasi hidrokarbon untuk mengisi rekahan batuan dasar yang telah tereaktivasi semakin mungkin terjadi. Karakteristik reservoir batuan dasar dapat berupa zona batuan dasar terlapukan (P) tingkat IB - II, zona batuan dasar terekahkan (R) yang ditandai dengan defleksi signifikan antara log resistivitas MLL (Microlaterolog) dan ILD (Deep Induction Log) membentuk pola spiky, serta zona kompleks rekahan batuan dasar (KR) yang dicirikan dengan separasi antara log densitas dan log neutron. Kata Kunci : Batuan dasar, Terekahkan, Reservoir, ONWJ (Offshore North West Java

    Perkembangan Fasies Batuan Karbonat dan Pengaruh System Tract Berdasarkan Analisis Fullbore Formation Microimager dan Well Log pada Reservoir Formasi Tuban, Lapangan ‘Jebori’ Cekungan Jawa Timur Utara

    Get PDF
    Cekungan Jawa Timur Utara diketahui merupakan salah satu cekungan dengan litologi penyusun berupa batuan karbonat berumur oligo-miosen yang salah satunya merupakan litologi penyusun Formasi Tuban dan memilki potensi hidrokarbon yang dapat di eksplorasi, sehingga sangat penting untuk dilakukan analisis FMI log dalam penyelidikkan batuan karbonat Formasi Tuban untuk mengetahui fasies dan karakteristik batuan karbonat. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif dan metode analisis berupa analisis FMI log dan Gamma Ray Log untuk menentukan fasies batuan karbonat serta system tract Lapangan Jebori, Cekungan Jawa Timur Utara. Berdasarkan hasil analisis pada daerah penelitian terdapat variasi litofasies yang ditemukan yakni mudstone, wackestone, packstone, grainstone, floatstone, rudstone dan claystone. Hasil analisis FMI log didapatkan bahwa pada daerah penelitian berkembang fasies batuan karbonat meliputi fasies back reef, fasies reef core, dan fasies fore reef. Perubahan fasies ini dikorelasikan dengan analisis system tract yang menghasilkan perubahan kondisi muka air laut pada pada saat pengendapan batuan karbonat Formasi Tuban di lapangan ini terjadi pada fase Trasngressive System Tract dan HighStand System Tract. Kata kunci : Formasi Tuban, FMI log, Gamma Ray Log, Fasies, System Tract

    Analisis Kestabilan Lereng Desain Akhir Umur Tambang Pit Pelangi PT. Buma Site Sungai Danau Jaya, Kalimantan Selatan

    Get PDF
    Kestabilan lereng tambang terbuka (open pit) pada industri pertambangan merupakan salah satu isu penting saat ini mengingat sebagian besar perusahaan tambang terbuka di Indonesia meningkatkan produksinya. Dalam upaya peningkatan produksi, perusahaan tambang akan terus melakukan pelebaran dan penggalian dengan membuat suatu lereng. PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) merupakan salah satu perusahaan yang melakukan produksi tambang pbatubara dengan metode tambang terbuka (open pit). Salah satu Pit yang sedang dalam proses pelebaran dan penggalian adalah Pit Pelangi. Semakin intens pelebaran dan penggalian maka resiko longsoran lereng sangat besar. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan peninjauan terhadap stabilitas lereng aktual dan desain yang telah ada. Pengumpulan data dilakukan dengan pemetaan geoteknik metode window mapping pada beberapa section di pit Pelangi untuk mendapatkan deskripsi massa batuan berupa tingkat pelapukan, kekuatan, bentuk pecahan, tipe dan bentuk diskontinuitas, pengisi diskontinuitas dan tingkat kekasaran diskontinuitas. Selain itu, dalam pendeskripsian massa batuan digunakan kriteria Geological Strength Index (GSI) sebagai parameter masukan dalam mendapatkan sifat mekanik massa baruan (kohesi dan sudut geser dalam). Berdasarkan data hasil window mapping didapatkan 6 tipe massa batuan penyusun lereng pit Pelangi. Hasil analisis kestabilan lereng menunjukkan seluruh section lereng aktual (highwall & lowwall) memiliki nilai FK> 1.25 (lereng stabil), hasil analisis faktor keamanan desain akhir umur tambang menunjukkan seluruh section lereng lowwall memiliki nilai FK> 1.25 (lereng stabil) sementara section H2, H14, H15 lereng highwall memiliki nilai FK< 1.25 (lereng kritis). Rekomendasi diberikan guna mengurangi resiko longsoran lereng dengan merubah overall slope lereng highwall desain akhir umur tambang dari 280 menjadi 270. Kata Kunci:Tambang Batubara, Tambang Terbuka, Pit Pelangi, Lereng, Kestabilan lereng , Desain Akhir Umur Tambang, Window Mappin
    corecore