6 research outputs found

    Pengaruh Gaji dan Pengawasan Pimpinan terhadap Semangat Kerja Pegawai Honor pada Kantor Dinas di Lingkungan Kabupaten Rokan Hilir

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan pada kantor dinas di lingkungan Kabupaten Rokan Hilir. Penelitian ini membahas permasalahan dengan judul “ pengaruh gaji dan pengawasan pimpinan terhadap semangat kerja pegawai honor pada kantor dinas di lingkungan Kabupaten Rokan Hilir“. Permasalahan terkait dengan semangat kerja pegawai honor pada kantor dinas di lingkungan Kabupaten Rokan Hilir tersebut yang relatif masih rendah yang diduga dipengaruhi oleh rendahnya gaji pegawai honor dan pengawasan pimpinan yang belum maksimal. Jumlah populasi sebanyak 484 orang dan yang menjadi sampel sebanyak 83 orang dengan menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan gaji dan pengawasan pimpinan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja pegawai honor sebesar 22,4 %. Dan sisanya 77,6 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Pengujian secara parsial diperoleh bahwa terdapat pengaruh antara variabel gaji terhadap semangat kerja pegawai honor adalah sebesar 0,198 atau 19,8% dengan tingkat signifikan 0,013< 0,05, dan pengujian secara parsial diperoleh bahwa terdapat pengaruh antara variabel pengawasan pimpinan terhadap semangat kerja pegawai adalah sebesar 0,405 atau 40,5% dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Untuk itu perlu disarankan kepada pimpinan daerah Kabupaten Rokan Hilir bahwa gaji yang telah diberikan kepada pegawai honor harus dipertimbangan untuk meningkatkan jumlah gaji yang diberikan dan disesuaikan dengan UMR yang berlaku, dan dari pengawasan sebaiknya pimpinan menekankan kembali fungsi-fungsi dari pengawasan sehingga pegawai memiliki kinerja yang lebih baik lagi serta penekanan pada pemberlakuan sanksi kepada pegawai yang melanggar aturan yang berlaku

    Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pakai (Jelantah) dengan Menggunakan Arang Bonggol Jagung

    Get PDF
    Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Proses pemanasan tinggi pada minyak akan menghasilkan asam lemak bebas. Selain itu juga akan menghasilkan senyawa karbonil, dan peroksida yang dapat menyebabkan keracunan kronis pada manusia. Minyak goreng bekas yang terus menerus digunakan umumnya mengandung senyawa berbahaya tersebut. Penggunaan karbon dari tongkol jagung yang direkatkan dengan tepung kanji menjadi salah satu cara untuk memurnikan minyak bekas pakai tersebut. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian bagaimana mengubah minyak bekas pakai (jelantah) menjadi minyak yang dapat dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan karbon tongkol jagung dapat memurnikan minyak goreng bekas pakai (jelantah) serta dapat menurunkan kadar asam lemak bebasnya. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan karbon dari tongkol jagung terbukti dapat memurnikan minyak goreng bekas pakai, warna yang semula coklat kehitaman mengalami degradasi warna yang jernih, kandungan asam lemak bebasnya juga dihitung persentasenya dan didapat penurunan kadar minyak goreng bekas yang semula 1,62 % menjadi 0,69 %. Ini menunjukkan bahwa hasil FFA minyak bekas hasil pemurnian mendekati FFA mutu minyak goreng yang ditetapkan SNI syarat mutu minyak goreng yaitu sebesar 0,3 %

    Morfologi dan Keamanan Pati Sagu Rumbia (Metroxylon Sagu ROTTB) untuk Gelatin dalam Aplikasinya sebagai Cangkang Kapsul

    Full text link
    Sagu rumbia (Metroxylon sagu Rottb) adalah tanaman liar yang berkembang biak dengan carabertunas. Bagian paling penting dari sagu adalah batang (empulur) sebagai tempat penyimpanan pati.Kalimantan merupakan salah satu kawasan penghasil sagu terbesar ke 6 di Indonesia dan sampai saatini pemanfaatannya kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis morfologi dantingkat keamanan pati sagu sebagai pengganti gelatin hewani dalam aplikasinya untuk pembuatancangkang kapsul. Metode yang digunakan pada penelitian ini cross-linking dengan propilen oksida.Proses ini dilakukan pada pH 10,5 dengan suhu 25 ºC selama 30 menit untuk mengubah sifat fisik danmorfologi dari pati sagu agar mendekati dengan sifat gelatin komersial. Hasil penelitian ini merupakananalisis sifat morfologi berdasarkan kesamaan gugus fungsi serta tekstur tofografi dari bahan baku.Pengujian aflatoksin dilakukan sebagai pertimbangan keamanan sediaan. Hasil analisis morfologi FTIRdan SEM untuk sagu modifikasi dengan tambahan filler karagenan identik dengan gelatin komersial,yaitu pada bilangan gelombang 3283 cm-1. Sedangkan pada pengujian SEM rongga yang terbentukpada pembesaran 5000 kali dibagian permukaan memiliki kesamaan dengan gelatin. Kandungan jenisaflatoksin B1 dan B2 masing-masing &lt;1,42 dan &lt;6,72 ppb, sedangkan jenis G1 dan G2 masing-masingadalah &lt;5,09 dan &lt;0,66 ppb. Hasil ini jauh di bawah standar yang dipersyaratkan yaitu &lt;20 ppbuntuk pangan dan ≤5 ppb untuk aflatoksin B1

    Pemanfaatan dan Pengolahan Tepung Glukomannan Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri) sebagai Bahan Pengenyal Produk Olahan Bakso

    Full text link
    Bakso merupakan olahan pangan daging yang banyak disukai berbagai kalangan masyarakat karena rasa dan teksturnya yang Kenyal. Umumnya adonan bakso diberi bahan tambahan pangan pengenyal berupa Sodium Tripolifosfat(STPP). Sementara itu, ada glukomannan yang merupakan salah satu hidrogel yang memiliki kemampuan menyerap air hingga lebih dari seratus kali beratnya yang banyak terkandung pada umbi porang. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan pengolahan tepung glukomanan umbi porang sebagai produk olahan bakso sehingga berpotensi menggantikan pengenyal sintetis komersial seperti STTP. Metode pemisahan glukomannan menggunakan metode kering dan metode basah yang diproses menjadi tepung glukomannan untuk membuat produk olahan bakso. Hasil pengukuran kualitas tepung dan produk bakso kemudian dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan berdasarkan SNI serta literatur dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pemurnian glukomanan menggunakan metode basah lebih berhasil dibandingkan metode kering dengan kadar glukomanan yang diperoleh berkisar antara 56,02 – 57,17% dengan viskositas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan glukomanan komersial yaitu antara 2.760 – 2.800 cP tetapi solubilitas glukomanan relatif kecil dibanding dengan komersial yaitu antara 7,5 – 12,125%. Hasil pembuatan bakso menunjukkan bahwa tepung glukomanan umbi porang dapat digunakan sebagai pengganti bahan kimia STPP untuk mengenyalkan produk bakso olahan. Hasil pengujian tepung glukomanan dan bakso secara keseluruhan telah memenuhi standar SNI tepung terigu dan SNI bakso
    corecore