14 research outputs found

    Teknologi Konservasi Tanah dan Air untuk Mencegah Degradasi Lahan Pertanian Berlereng

    Full text link
    Degradasi atau penurunan kualitas lahan merupakan isu globalutama pada abad ke-20 dan masih menjadi isu penting dalam agendainternasional pada abad ke-21. Erosi tanah, kelangkaan air, energi,dan keanekaragaman hayati menjadi permasalahan lingkunganglobal sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Erosi tanahmenyebabkan degradasi lahan karena dapat menurunkan kualitastanah serta produktivitas alami lahan pertanian dan ekosistemhutan. Di Indonesia, laju erosi tanah pada lahan pertanian denganlereng 3ï­30% tergolong tinggi, berkisar antara 60ï­625 t/ha/tahun,padahal banyak lahan pertanian yang berlereng lebih dari 15%,bahkan lebih dari 100% sehingga erosi tanah tergolong sangat tinggi.Konservasi tanah dan air mengarah kepada terciptanya sistempertanian berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dan kelembagaanserta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat danmelestarikan sumber daya lahan serta lingkungan. Upaya untukmengurangi degradasi lahan dapat dilakukan melalui: 1) penerapanpola usaha tani konservasi seperti agroforestri, tumpang sari, danpertanian terpadu, 2) penerapan pola pertanian organik ramahlingkungan, dan 3) peningkatan peran serta kelembagaan petani

    Pemberian Irigasi Suplementer Pada Lahan Kering Berbasis Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan

    Get PDF
    Sampai saat ini banyak upaya yang telah dilakukan untuk menangani permasalahan kelangkaan air di lahan kering, karena dampak kekeringan ini akan mengganggu keberlanjutan sistem produksi pertanian nasional, termasuk bahan pangan. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air maka pengaturan masa tanam yang tepat dengan skenario pemberian irigasi terutama pada fase kritis tanaman mutlak diperlukan. Tujuan penelitian yaitu menentukan potensi masa tanam tanaman padi dan palawija serta skenario pemberian irigasinya berdasarkan potensi sumberdaya air yang dapat ditampung melalui panen hujan dan aliran permukaan. Penelitian dilakukan di kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu karakterisasi wilayah penelitian untuk menentukan posisi bangunan panen hujan (dam parit), menentukan potensi masa tanam dan menganalisis kebutuhan air tanaman padi dan palawija. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Semin mempunyai bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan ketinggian tempat antara 150 – 500 m dpl. Jenis tanah didominasi oleh Alfisols dan Inceptisols, dengan bahan induk batu pasir, batu lanau dan batu liat, memiliki tipe iklim D (Schmidt Ferguson), dengan curah hujan 1775.3 mm/th. Daerah Semin merupakan bagian dari DAS Oyo memiliki pola aliran dendritik dan sub dendritik dan mempunyai waktu respon cepat dengan volume aliran di musim hujan besar namun aliran dasarnya kecil. Masa tanam pada tahun normal untuk tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dapat dilakukan pada akhir September sampai awal Januari, sementara itu tanaman padi hanya dapat ditanam pada awal November. Kebutuhan irigasi selama masa tanam padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah berturut-turut sebesar 322 mm, 239 mm, 246 mm, dan 184 mm

    Disain Teknologi Panen Hujan untuk Kebutuhan Rumahtangga: Studi Kasus di Daerah Istimewa YOGYAKARTA dan Nusa Tenggara Barat

    Full text link
    Sejak beberapa dekade terakhir di beberapa negara, termasuk Indonesia, sering terjadi kekeringan. Sementara kebutuhan air cenderung semakin meningkat. Panen hujan dapat mengubah pola pemanfaatan curah hujan secara spasial maupun temporal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan sumber air relatif tetap. Dengan metode sederhana, teknik panen hujan disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, juga dapat digunakan untuk irigasi. Penelitian dilaksanakan di Desa Selopamioro (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Desa Banyu Urip (Nusa Tenggara Barat) berturut-turut pada tahun 2009 dan 2011. Tujuan penelitian untuk mengembangkan teknologi panen hujan dan merancang kriteria panen hujan untuk kebutuhan rumahtangga. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu (i) karakterisasi wilayah penelitian melalui pengumpulan data curah hujan dan iklim 10 tahun terakhir, jumlah anggota keluarga pengguna air, konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga/orang/hari, (ii) instalasi/pembuatan bangunan panen hujan berupa tangki penampung air dan pipa pendistribusiannya, dan (iii) analisis data meliputi potensi air hujan yang dapat dipanen dan penentuan kapasitas penampung air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi air yang dapat dipanen di dua rumah contoh di Selopamioro berturut-turut 53,8 dan 78,5 m3/tahun, sedangkan di tiga rumah contoh di Lombok berturut-turut 74,2; 25,4 dan 41,6 m3/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan air selama musim kemarau, kapasitas maksimum tampungan yang harus dibuat di dua rumah contoh di Selopamioro berturut-turut 19,5 dan 28,4 m3, sedangkan di tiga rumah contoh di Lombok berturut-turut 37,06; 8,40 dan 20,08 m3

    Pengembangan Teknologi Panen Hujan dan Aliran Permukaan: Analisis USAhatani Pemanfaatan Sumberdaya Air

    Full text link
    Aplikasi teknologi panen hujan dan aliran permukaan di lahan kering dapat meningkatkan ketersediaan air, memperpanjang masa tanam, dan menekan risiko kehilangan hasil. Untuk menciptakan pengelolaan air berkelanjutan harus didukung peran serta masyarakat/petani dalam pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak aplikasi teknologi panen hujan (dam parit) terhadap USAhatani dan melihat persepsi masyarakat terhadap keberadaan dam parit. Penelitian dilakukan di Desa Limampoccoe, Kecamatan Cenranae, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, pada bulan Pebruari sampai Oktober 2012. Kegiatan dilaksanakan melalui: 1) aplikasi pembangunan teknologi panen hujan dan aliran permukaan melalui dam parit, 2) analisis USAhatani dan penilaianpersepsi masyarakat terhadap keberadaan dam parit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi panen hujan dan aliran permukaan dapat meningkatkan intensitas tanam dari pola tanam padi-bera-bera menjadi padi-kacang tanahbera dan padi-semangka-bera, dengan demikian terdapat peningkatan pendapatan USAhatani setelah pembangunan damparit. Petani merasakan manfaat dam parit dan merasa bertanggung jawab dalam menjaga kelangsungan fungsi dam parit

    Pemberian Mulsa dalam Budidaya Cabai Rawit di Lahan Kering: Dampaknya terhadap Hasil Tanaman dan Aliran Permukaan

    Full text link
    The problem of plant cultivation in dry upland with slope of >15° is the high soil erosion that result in high rate of sedimentation in the downstream of watershed. One way of overcoming this problem is by utilization of mulches. The objective of the experiment was to study the effect of mulch application on growth and yield of chilli (Capsicum frutescensL.).The experiment was conducted from January 2010 until June 2011 at Selopamioro micro watershed at Imogiri Subdistrict, Bantul District, Special Region of Yogyakarta. The experiment was arranged in a randomized complete block design consisted of four mulch treatments (rice straw, litter, plastic/silver black polyethylene, and without mulch) and four replications. The observed variables were the growth parameter (plant height), soil moisture content, soil temperature, and yield (number and weight of chilli). The result showed that application of mulches did not affect plant height and yield of chilli, but increased number of fruit. The best mulch for chilli crops in upland area was rice straw, that yielded the highest increase in number of fruit. Mulch as a soil conservation practice reduced runoff coefficient, while dicharge and extended of the reponse time were reduced only at rainfall less than 21 mm

    Toleransi Tanaman Kedelai Terhadap Cekaman Air : Akumulasi Prolin Dan Asam Absisik Dan Hubungannya Dengan Potensial Osmotik Daun Dan Penyesuaian Osmotik

    Full text link
    In this experiment. the changes on leaf osmotic potential and accumulation of proline and abscisic acid were identified from drought-tolerant and drought - sensitive soybean genotypes. Three drought - tolerant (Mlg 2805, Mlg 2984 and Mlg 2999) and two sensitive soybean genotypes (Mlg 2510 and Mlg 3541) were subjected to drought condition created by regulating water supply in greenhouse. The results revealed that exposing plants to drought stress brought about a decrease of leaf osmotic potential. The decrease of which was greater in drought-tolerant genotypes (6.91 to 10.11 bars) than in sensitive genotypes (0.55 to 0.69 bars). The decreasing of leaf osmotic potential was followed with increasing praline accumulation, especialy for Mlg 2805. Only Mlg 2805 showed the significant ABA accumulation when the plants were subjected to drought stress. It is suggested that the drought tolerance was associated with the reduction of leaf osmotic potential (osmotic adjusment) in which proline might play an important role. The role of ABA could not be clarified since there had been a great variability in ABA content of all tolerant genotypes

    Production and Quality Enhancement of Mango Using Fan Jet Sprayer Irrigation Technique

    Full text link
    Lack of water in reproductive phases (flowering, fruit formation and maturation) of mango can reduce fruit production and quality. In these phases the plant must be protected from water stress. The aim of the research was to assess the effect of irrigation on the productivity and quality of mango fruits. The study was conducted at the Cukurgondang Experimental Station, Pasuruan, East Java, from April to December 2013, using 40 mango trees of 21 year-old Arumanis variety. Mangoes were planted on five rows with eight plants for each row and 6 m x 6 m spacing within the row. Fan jet sprayer irrigation was installed using hose according to plant diameter. The irrigation technique of fan jet sprayer with four nozzles per plant was applied at 125, 100, 75, 50 and 0% of crop water requirements or equal to 828, 663, 497, 331 and 0 liters of water per tree, every seven days. The parameters observed were the number and weight of fallen fruits and the number, weight and quality of mangoes harvested. The results showed that irrigation of 50% and 75% of crop water requirement had the highest and lowest number of fallen fruits (26% and 14% of total production), respectively. The highest and lowest total number of mangoes were 3.108 and 1904 fruits, respectively, which were achieved at irrigation of 50% and 75% of crop water requirement. Further, the highest and lowest total weight of mango fruits were 1036.2 and 677.9 kg respectively which were achieved at irrigation of 50% and 125% of crop water requirement. Mango fruits produced were dominated by grades 2 and 3 with A quality
    corecore