15 research outputs found
The Sanitary Hygiene of Refilled Drinking Water Depots during the Covid-19 Pandemic
The Coronavirus-19 (Covid-19) pandemic requires people to behave cleanly and healthily to increase the need for clean drinking water. Based on a survey conducted by the Bengkalis District Health Office, it was found that 55% of the people used drinking water from refill depots. The purpose of this study was to determine the Sanitation Hygiene of Drinking Water Depots during the Covid-19 Pandemic in Bengkalis, Riau. This research method is a quantitative descriptive analysis using secondary data from the Bengkalis Health Service for a depot that has sanitation requirements for drinking water depots according to the reference. The research location is in Bengkalis District with a sample of 40 drinking water depots and analyzed for four parameters of drinking water depot sanitation inspection: place, equipment, handlers, and drinking water quality standard certificates. Sanitation hygiene inspection was obtained for the parameters of the place, equipment, and handlers with 100% achievement and only 25% certificate of water quality standard and proper hygiene. It is necessary to innovate drinking water treatment technology for drinking water sources that are healthy, guaranteed, cheap, and free from disease and to support the PHBS and STMB programs during the Covid-19 period.Pandemi virus corona (Covid-19) menuntut masyarakat untuk berperilaku bersih dan sehat sehingga kebutuhan akan air bersih dan air minum semakin meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, diketahui bahwa 55% masyarakat menggunakan air minum dari depot isi ulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Higiene Sanitasi Depot Air Minum pada Masa Pandemi Covid-19 di Bengkalis, Riau. Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Bengkalis untuk depo yang memiliki persyaratan sanitasi depot air minum sesuai referensi. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bengkalis dengan sampel 40 depot air minum dan dianalisis empat parameter pemeriksaan sanitasi depot air minum yaitu; tempat, peralatan, penangan, dan sertifikat baku mutu air minum. Pemeriksaan higiene sanitasi diperoleh untuk parameter tempat, peralatan, dan penjamah dengan capaian 100% dan hanya 25% sertifikat baku mutu air dan higiene layak. Perlu inovasi teknologi pengolahan air minum untuk sumber air minum yang sehat, terjamin, murah, dan bebas penyakit serta untuk mendukung program PHBS dan STMB selama masa Covid-19
Simulation Design of Dental Practice Medical Waste Management Using Dynamic System Model Approach
Medical waste from dental practice is harmful to life and the environment. Previous studies reported that the total medical solid waste generated by dental practices in Pekanbaru City was 4.62 kg/day with an average of 0.3 kg ± 0.07 kg/day. Based on the type of waste generated, 69% is infectious waste, 27% is toxic waste, and 4% is radioactive waste. The purpose of the study was to analyze the medical waste generated and the environmental costs incurred by dentists using several scenarios of medical waste management policy intervention. The method used is a simulation model with a dynamic system approach. Simulations were carried out from 2018 to 2047. The results of the study obtained a percentage reduction for 30 years, it was found that the combination of providing training and cooperation with the waste management party had the largest decrease of 41.9%. The biggest decrease in environmental costs was the combined scenario of 99.69%, followed by the 99.62% cooperation scenario and 19.5% training. The most effective self-care solid medical waste management model is the scenario 3 model because it can reduce the waste generated and also reduce costs.
Limbah medis dari praktik kedokteran gigi berbahaya bagi kehidupan dan lingkungan. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa total limbah padat medis yang dihasilkan oleh praktek dokter gigi di Kota Pekanbaru adalah 4,62 kg/hari dengan rata-rata 0,3 kg ± 0,07 kg/hari. Berdasarkan jenis limbah yang dihasilkan, 69% adalah limbah infeksius, 27% adalah limbah beracun, dan 4% adalah limbah radioaktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis limbah medis yang dihasilkan dan biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh dokter gigi dengan menggunakan beberapa skenario intervensi kebijakan pengelolaan limbah medis. Metode yang digunakan adalah model simulasi dengan pendekatan sistem dinamis. Simulasi dilakukan dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2047. Hasil penelitian didapatkan persentase penurunan selama 30 tahun, didapatkan kombinasi pemberian pelatihan dan kerjasama dengan pihak pengelola sampah mengalami penurunan terbesar sebesar 41,9%. Penurunan biaya lingkungan terbesar terjadi pada skenario gabungan sebesar 99,69%, diikuti skenario kerjasama 99,62% dan pelatihan 19,5%. Model pengelolaan limbah medis padat swalayan yang paling efektif adalah model skenario 3 karena dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dan juga menekan biaya
Evaluasi Material Pembentuk Asam Tambang Pada Pengelolaan Lahan Revegetasi Di Area Bekas Penambangan Batubara
The purposes of the research were to find out: 1) The acid mine drainage contents, and their relationship with the growth of plants on the revegetation land; 2) the success level of revegetation of ex-mining land by estimating the parameters of plant growth, runoff water and animal population. The result indicated that the parameter of plant growth on the vegetation land increased according to the planting year and 60% growing comparison with Acacia mangiun species in Forest Plantation Industry the low growings influenced by the acid mine drainage contents result variance of PAF LC 1- PAF Category and the water quality still below by goverment requlation as PerGub Kalsel No.36 year 2008 for specification for mining waste water. Animal population have positife growing in the area by step depend on revegetation growing . There was relationship between plant growth, acid mine drainage and water quality, but in 2006 the plant growth was disturbed because it contained high acid mine drainage and water quality exceeding threshold
Analisis Stres Kerja Pegawai Bidang Pelayanan Kesehatan dalam Penanggulangan Covid-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Tahun 2021
Kabupaten Bengkalis menjadi Kabupaten dengan kejadian Covid-19 terbanyak nomor 5 dari 13 Kabupaten yang ada di Provinsi Riau, dengan angka kasus terkonfirmasi sebanyak 4561 orang sampai dengan tanggal 5 Juli 2021. Dari hasil, didapatkan bahwa terdapat banyak pegawai dinas kesehatan mengalami stres saat bekerja. Hal ini dapat terlihat dari pegawai mengalami emosi yang tidak stabil dan terdapat pekerjaan yang terbengkalai dikarenakan beban yang berlebihan, terlihat beberapa pegawai yang sering mengalami gelisah saat bekerja karena waktu bekerja yang berlebihan, pegawai sering izin bekerja dikarenakan sakit kepala akibat kurang tidur dalam penanganan Covid-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Penyebab, Indikator dan Dampak Dari Stres Kerja Pegawai Bidang Pelayanan Kesehatan Dalam Penanggulangan Covid-19 di Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Tahun 2021.Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis pada bulan Juli-September 2021. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan Studi kasus. Teknik pengambilan sampel/ informan adalah Purposive Samplingdengan Total 7 Informan. Hasil penelitian didapatkan bahwa penyebab stres kerja dikarenakan beban kerja bertambah akibat dari SDM yang kurang, pembagian jadwal kerja, tekanan karena dituntut untuk kerja cepat, dan juga lingkungan yang kurang egronomis. Sedangkan pada indikator stres kerja didapatkan bahwa terdapat penambahan waktu bekerja bertambah diluar jam normal. Dampak dari stres kerja yang dialami adalah kelelahan, emosi yang menjadi tidak stabil dan juga waktu berkumpul bersama keluarga berkurang. Saran dari penelitian ini adalah diharapkan Dinas Kesehatan Bengkalis Membentuk Komite K3 dan memperhatikan kondisi ergonomi di tempat kerja
BAKU MUTU MIKROBIOLOGI BAKTERI COLIFORM DAN E. COLI PADA AIR MINUM ISI ULANG (AMIU) DI KECAMATAN KOTO KAMPAR HULU, RIAU
Data dari Kecamatan Koto Kampar Hulu jumlah penderita diare pada tahun 2018sebanyak 175 penderita, tergolong penyakit lima besar yang dapat disebabkan olehmengkomsumsi Air Minum Isi Ulang (AMIU)yang mengandung bakteri penyebab penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui baku mutu mikrobiologi yang terdiri dari bakteri Coliform dan E.Coli pada AMIU yang ada di Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang dilaksanakan pada tahun 2019 dan informan pada penelitian ini adalah pemilik depot AMIU yang berjumlah 7 orang. Dari depot yang diperiksa terdapat 3 depot yang tercemar bakteri coliform pada air minum dan tidak ada depot air minum isi ulang yang tercemar bakteri e.coli. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu beberapa depot yang berada di Kecamatan Koto Kampar Hulu tercemar bakteri coliform pada air minum sehingga tidak memenuhi Permenkes No.492 tahun 2010 untuk Baku Mutu Air Minum. Disarankan kepada pemerintah daerah untuk melakukan pendataan ulang bagi setiap depot dan memberlakukan peraturan pemeriksaan laboratorium untuk depot air minum isi ulang secara berkala dan program jangka panjang dalam bentun Pansimas untuk penyediaan air bersih kepada masyarakat
FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA KOTA PEKANBARU
ISPA Non pneumonia is a symptom of cough that does not show symptoms of an increase in the frequency of breath and does not also show the pull of the lower chest wall towards the inside. The purpose of this study was to find out the factors associated with the incidence of ISPA non-pneumonia in children under five in the working area of Harapan Raya Community Health Center in Pekanbaru City in 2018. This research was quantitative observational analytic with the type of Analytical Cross-sectional Study design. This study was conducted from June to July 2018. Data analysis was carried out in stages which included univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis. The sampling procedure was carried out by systematic random sampling with a sample of 212 toddlers. The results of the study showed that toddlers who suffered from ISPA non-pneumonia in the sample were 60.44%. And in the population is 60.44% ± 5% = 55.44% -65.44%. Variables related to cause and effect are mosquito coils, the presence of smokers and room temperature. Variables are inversely correlated, namely natural lighting variables. Counfounding variable is the variable of ventilation against natural lighting variables. Unrelated variables are humidity, ventilation, house walls, density of house occupancy, cooking fuel usage, age, and sex
Perceptions of Sanitation Hygiene Refill Drinking Water Depot in The Region of Indonesia
Refill drinking water depots are in great demand in society because the price of drinking water is relatively lower. This condition showed that the drinking water quality in depot managers needs more attention. Sanitation hygiene of drinking water refill depots is considered to reduce the factors that cause contamination of drinking water. This study aimed to analyze the sanitation of refill drinking water depots
IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA KELOMPOK TANI PALAS BARU RUMBAI
A preliminary survey conducted by the author in early 2019 was randomly simple on farmer groups in the Village of Maharani District of Rumbai, each of 3 farmers, obtained information that farmers do not know and understand and apply OHS in their work. Farmers do not have work procedures, especially when using various types of agricultural equipment. Therefore this study aims to determine the source of work accident risk. Referring to the JSA AS / NZS: 4360 Risk Management concept and the FMEA method. The research design carried out was observational analytic. Data collection was obtained from observations and in-depth interviews. The results of observations and in-depth interviews with informants revealed five risks at each stage of the agricultural process, in this case, chili planting including the preparation of agricultural land with the risk of injury due to a sharp hoe component RPN 27 is at a Very High-risk level. The risk of itching and water lice at the stage of planting RPN 8 is a high-risk level, the risk of wounds caused by sickles when maintaining RPN 18 is a high-risk level. Being absorbed by chemicals when controlling RPN 18 levels of risk High and risk of being attacked by venomous animals RPN 8 Medium risk level in the harvest process, advice for farmer groups must be more active in raising awareness of OHS, and also for relevant agencies to pay attention to OHS especially health services and agriculture in the working area of Rumbai Bukit District.Survei pendahuluan yang penulis lakukan di awal tahun 2019 secara acak sederhana pada kelompok tani di Kelurahan Maharani Kecamatan Rumbai masing-masing 3 orang petani, diperoleh informasi bahwa petani tidak mengetahui dan memahami serta menerapkan K3 dalam bekerja. Petani tidak memiliki prosedur kerja terutama ketika mengunakan berbagai jenis peralatan pertanian. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber risiko kecelakaan kerja. Mengacu pada konsep Manajemen Risiko JSA AS/NZS: 4360 dan metode FMEA. Desain penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional. Pengumpulan data didapatkan dari hasil observasi dan wawancara mendalam. Hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan diketahui lima risiko pada setiap tahapan proses pertanian dalam hal ini penanaman cabe diantaranya penyiapan lahan pertanian dengan risiko luka akibat komponen cangkul yang tajam RPN 27 berada pada tingkat risiko Very High. Risiko gatal dan kutu air pada tahap penanaman RPN 8 tingkat risiko High, risiko luka akibat sabit saat pemeliharaan RPN 18 tingkat risiko High. Terabsorbsi zat kimia saat pengendalian OPT RPN 18 tingkat risiko High dan risiko diserang hewan berbisa RPN 8 tingkat risiko Medium pada proses panen, saran bagi kelompok tani harus lebih aktif dalam meningkatkan kesadaran terhadap K3, dan juga bagi instansi terkait memberikan perhatian pada K3 terutama dinas kesehatan dan pertanian yang berada diwilayah kerja Kecamatan Rumbai Bukit
Penerapan Indikator Nasional Mutu (INM) untuk Peningkatan Mutu Pelayanan dalam Pencapaian Standar Akreditasi Rumah Sakit di RSUD Bangkinang
ABSTRAK Peningkatan mutu pelayanan seharusnya tercermin dalam setiap kegiatan dirumah sakit (RS). Untuk menjaminnya, RS wajib memiliki sistem pengawasan mutu yakni dengan penerapan standar yang terdapat pada sistem akreditasi rumah sakit untuk mencapai Indikator Nasional Mutu (INM) dari 13 Indikator Nasional Mutu yang harus dilakukan RS. Hasil survei awal yang dilakukan ada 5 indikator yang belum mencapai standar akan berdampak terhadap hasil mutu pelayanan. Penelitian ini bertujuan diperolehnya informasi mendalam tentang kecenderungan penerapan Indikator Nasional Mutu (INM) peningkatan mutu pelayanan dalam pencapaian standar akreditasi rumah sakit. Penelitian menggunakan metode kualitatif desain fenomenologi melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Komponen yang diteliti yaitu kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan penggunaan APD, waktu operasi sectio caesarean emergency, waktu tunggu rawat jalan, dan kepatuhan pengisian alur klinis (clinical pathway). Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan penggunaan APD, waktu operasi sectio caesarean emergency, waktu tunggu rawat jalan, dan kepatuhan pengisian alur klinis (clinical pathway) belum sesuai standar. Penerapan Indikator Nasional Mutu (INM) yang dilakukan melalui peningkatan mutu pelayanan dalam pencapaian Standar Akreditasi Rumah Sakit di RSUD Bangkinang tahun 2023 masih belum sesuai standar disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain belum ada budaya organisasi, belum ada komitmen dari petugas. Belum optimalnya penggunaan sistem aplikasi pendaftaran online, belum optimalnya penggunaan aplikasi E-RM dan dukungan dari manajemen. Disarankan agar pihak rumah sakit dalam pencapaian indikator nasional perlu menambahkan poin penilaian kepatuhan pelaksanaan penerapan Indikator Nasional Mutu (INM) di Lembar Penilaian Kinerja dan memberlakukan sistem reward dan punishment. Kata Kunci: Indikator Nasional Mutu (INM), Peningkatan Mutu Pelayanan, Standar Akreditasi Rumah Sakit ABSTRACT Service quality enhancement should appear in hospital activities. Each hospital is required to have a quality control system, which is designed to ensure that the level of performance of a system remains stable, or in control. For example, to achieve 13 National Health Care Quality Indicators, some standards can be applied in the hospital accreditation system. However, we still found that there were 5 indicators that have not reached the standard. Thus, these could have a significant impact on service quality results. The purpose of this study is to obtain more in-depth information about the tendency of National Health Care Quality Indicators implementation in order to improve service quality on hospital accreditation achievement. Phenomenological Qualitative Method was used in this study. The data were collected through interviews, observation, and secondary data. The component of health care quality; such as, hand hygiene compliance, PPE compliance, timing of emergency caesarean section, patient waiting time at outpatient department, and clinical pathway compliance, were analyzed in this study. The results confirm that the five components of health care quality; such as, hand hygiene compliance, PPE compliance, timing of emergency caesarean section, patient waiting time at outpatient department, and clinical pathway compliance; had not met the standard yet. Implementation of the National Health Care Quality Indicators for improving service quality to achieve hospital accreditation in RSUD Bangkinang (2023) has not met the standard yet. It happened because of some factors; such as, there is no organizational culture yet, there are no commitments from employees yet, the online registration application system and the E-RM application, and management support have not run properly. Therefore, the researcher hopes that the hospital is necessary to add the assessment of compliance with the implementation of National Health Care Quality Indicators in performance appraisal form, and to design reward as well as punishment systems. Keywords: National Health Care Quality Indicators, Service quality improvement, Accreditation Standards for Hospita