105 research outputs found

    KAJIAN PKL DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG

    Get PDF
    Kota Semarang mempunyai kawasan Simpang Lima sebagai Central Business District. Pada kawasan tersebut berdiri bangunan Plaza Gajah Mada, Courts, Plaza Simpang Lima, Citra Land, Gedung HSBC, Masjid Baiturrahman dan Lapangan Pancasila sebagai ruang terbuka kota. Dengan semakin berkembangnya Kawasan Simpang Lima pada saat ini, berpengaruh pada komponen kawasan antara lain: Volume lalu-lintas, rasio perparkiran, arus pejalan kaki meningkat, infrastruktur, lansekap,adanya bisnis sektor formal dan informal serta adanya interaksi sosial di kawasan Simpang Lima. Namun yang menjadi salah satu masalah di Kawasan Simpang Lima adalah keberadaan para pedagang kaki lima yang tidak direncanakan secara terintegrasi dalam perancangan kota, sehingga mereka muncul secara spontan di ruang publik ( ruang terbuka, pedestrian,jalan ) dan baru dilakukan ā€˜ pengaturan ā€˜ bila pengguna ruang publik merasa ā€˜terganggu ā€˜ atau untuk kepentingan lainya. PENDAHULUAN Dalam perancangan kota, pedagang kaki lima dapat dikategorikan sebagai elemen perancangan kota, apa yang disebut activity support. Menurut Hamid Shirvani (1985), aktivitas pendukung (activity support) dapat meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu memperkuat ruang publik perkotaan, karena aktivitas dan ruang fisik selalu menjadi ruang pelengkap satu sama lain. Pedagang kaki lima walaupun dikategorikan aktivitas pendukung suatu perkotaan, sebagai bisnis eceran, pada dasamya memiliki masalah yang sama sebagaimana pedagang pengecer umum lainnya yaitu 1).Bagaimana mengkreasikan pilihan yang tepat antara produk yang ditawarkan dengan kebutuhan konsumennya dan sekaligus menjadikannya sebagai keuntungan yang layak, 2).Bagaimana membentuk percampuran dari komponen : produk yang ditawarkan tepat, pada lokasi yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang tepat, harga yang sesuai dan dengan pertimbangan stimulasi lainnya, 3). Pilihan yang tepat dari konsumen yaitu : apa yang dibeli, dimana membelinya, kapan membelinya, seberapa banyak pembeliannya, seberapa banyak uang yang dibelanjakan dan untuk siapa pembelian tersebut. Dari ketiga permasalahan tersebut yang paling essensial dari bisnis eceran yaitu permasalahan kedua, khususnya lokasi dari pengecer tersebut sebab dengan lokasi membuatnya pertama kali mendapat keuntungan dari kepuasan pembeli dan juga yang pertama kali mendukung kejatuhannya dari ketidakpuasan pembeli. Selain itu dengan lokasi dapat menyebabkan berbagai macam pengaruh operasional lainnya (D. M. Lewison & M. W. Delozier, 1982). Sesuai dengan peribahasa kuno yang menyatakan bahwa tiga variabel yang paling penting sehubungan dengan keberhasilan pedagang eceran adalah : 1). Lokasi, 2). Lokasi dan 3). Lokasi. RUANG PUBLIK Ruang publik pada dasamya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok (Rustam Hakim, 1987). Sedangkan ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara banyak orang, kemungkinan akan timbul bermacam-Ā¬macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut. Jadi sebetulnya ruang terbuka merupakan salah satu dari jenis ruang umum. Bentuk dari ruang publik sendiri dapat berupa ruang-ruang terbuka seperti jalan, taman, lapangan, pedestrian dsbnya serta yang berupa bangunan seperti plaza, mall, museum, halte dsbnya. Jika dipandang dari struktur kota, segala penghuni kota bertemu kontak dengan begitu banyak anggotanya di ruang publik. Biasanya, ruang publik merupakan vokal poin dari terpancamya identitas dan perhatian. Walaupun demikian, mereka juga memberikannya hanya untuk tujuan timbal balik kepada individu-individu lainnya yang berbeda kepentingan, latarbelakang etnis dan status ekonomi (lrwin Press & ME. Smith, 1980) Adapun fungsi dari ruang terbuka publik menurut Rustam Hakim ada dua yaitu : Fungsi Umum - tempat bermain, berolah raga - tempat bersantai - tempat komunikasi sosial - tempat peralihan, tempat menunggu - ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan - sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lain - sebagai pembatas/jarak di antara massa bangunan Fungsi Ekologis - penyegaran udara - menyerap air hujan - pengendalian banjir - pemeliharan ekosistem - pelembut arsitektur bangunan AKTIVITAS DI RUANG PUBLIK Inti dari ruang publik adalah kebebasan untuk beraksi (fungsi aktif) dan in-aktif. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya terbagi dua jenis yaitu : Ruang terbuka aktif Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan didalamnya antara lain : bermain, olah raga, upacara, berkomunikasi dan berjalan-jalan. Bentuknya dapat berupa : plaza, lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di tepi sungai sebagai tempat rekreasi dll. Ruang terbuka pasif Ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak mengandung kegiatan manusia antara lain berupa penghijauan/taman sebagai sumber pengudaraan lingkungan, penghijauan sebagai jarak terhadap rel kereta api dll. Menurut Long Beach: kerumunan atau keramaian orang membuktikan penggunaan ruang belanja, makan, melihat-lihat, beristirahat atau santai, pulang pergi kerja merupakan tandaĀ¬-tanda vital sebuah kota yang sehat. Adanya ruang terbuka dengan kegiatan rekreasi pasif atau aktif, dapat memperkaya urban experience (Robert S. Cook Jr, 1.980). Aktivitas outdoor yaog terjadi di ruang publik menurut Jahn Gehl (1996) ada 3 jenis aktivitas: Aktivitas umum, termasuk didalamnya seperti berangkat ke sekolah atau bekerja, pergi belanja, menunggu bus atau orang, mengantarkan surat atau dengan kata lain semua aktivitas yang membutuhkan partisipasi. Aktivitas pilihan, orang akan berpartisipasi seandainya dia memutuskannya begitu, sedangkan waktu dan tempat mendukung untuk melakukan hal tersebut. Yang termasuk kategori ini seperti, aktivitas berjalan sambil menghisap udara segar, berdiri disekitar orang yang piknik di pantai atau duduk dan mandi sinar matahari. Akivitas Sosial, semua aktivitas yang tergantung keberadaan orang lain pada tempat tersebut. Aktivitas sosial antara lain anak-anak yang sedang bermain, memberikan salam dan berbincang-bincang, beberapa jenis aktivitas komunal, atau bisa juga bersifat kontak pasif seperti memandang sekilas dan mendengarkan orang lain berbicara. Hidup di antara bangunan secara potensi memperkuat proses sendiri. Ketika seseorang mulai melakukan sesuatu, terdapat kecenderuagan yang jelas bagi orang lain untuk bergabung dengan ikut berpartisipasi atau hanya sebagai pengalaman mereka apa yang orang lain sedang lakukan. Dalam masalah ini, individu dan kejadian dapat mempengaruhi dan menstimulus orang lain. Sekali prases ini dimulai, aktivitas keseluruhan hampir selalu bertambah besar dan menjadi lebih komplek daripada hasil komponen aktivitas yang sebenamya Integrasi dari berbagai aktivitas dan fungsi di dalam dan sekitar ruang publik menyediakan orang yang membutuhkan fungsi hersama-sama dan menstimulasi serta menginspirasi orang lainnya. Terjadinya aktivitas di suatu lingkungan termasuk ruang publik kota menurut Amos Rapoport (1977), dapat dianalisa dalam empat komponen yaitu : Aktivitas.sesungguhnya (makan, berbelanja, minum, berjalan); Aktivitas spesifik untuk melakukannya (berbelanja di bazaar, minum di bar, berjalan di jalan, duduk di lantai, makan bersama orang lain); Aktivitas tambahan, berdampingan atau terasosiasi yang mana menjadi bagian dari sistem aktivitas (berbelanja sambil bergosip, pacaran sambil jalan jalan); Aktivitas simbolik (berbelanja sebagai konsumsi yang menyolok, memasak sebagai ritual, cara menegakkan identitas sosial). Lebih lanjut Rapoport menyatakan aktivitas sesungguhnya (activity proper) dan aktivitas spesifik (specific activity) merupakan perwujudan ā€œfungsi manifestasiā€ sedangkan aktivitas tambahan, berdampingan atau terasosiasi (activity addiitonal, adjacent and associationed) dan aktivitas simbolik (symbolic activity) merupakan perwujudan ā€œfungsi latenā€. Aktivitas tambahan, berdampingan atau terassosiasi dan aktivitas simbolik inilah yang membentuk ā€œcitraā€ suatu tempat. Kegiatan di ruang terbuka publik di pusat kota merupakan perwujudan ā€œfungsi manifestasiā€ (ruang terbuka sebagai pusat interaksi sosial budaya masyarakat dan fungsi ekologis kota, pedestrian dan jalan sebagai linkage system) dan juga fungsi laten (ruang terbuka sebagai aktivitas ekonomi dan jalan/pedestrian sebagai tempat aktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat). Terjadinya aktivitas tersebut sebagai perwujudan fungsi manifestasi dan laten dalam ruang publik sehari-hari yang saling bercampur baur antara satu aktivitas satu dengan lainnya dan saling mempengaruhi, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau kelompok yang mempunyai persepsi atau nilai-nilai sama atau mirip dan melakukan suatu rangkaian kegiatan atau perilaku tertentu untuk makna dan tujuan yang telah disepakati (Rapoport, 1977). Dalam pengertian ini, setiap kelompok atau sekelompok manusia dapat membentuk suatu behavior setting yang berbeda dalam satu tempat, tergantung nilai-nilai, kesempatan dan keputusan yang dibentuk oleh kelompok tersebut dan daya tampung setting itu sendiri untuk melakukan aktiivitas tersebut. Kegiatan eceran di ruang publik disebut oleh Hamid Shirvani (1985) sebagai salah satu elemen activity support yaitu aktivitas pendukung yang meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu memperkuat ruang publik kota, karena aktiftas-aktifitas dan ruang fisik selalu menjadi pelengkap satu sama lain. Yang nampaknya menjadi masalah kritis dan penting dari aktivitas pendukung adalah bagaimana perilaku aktifitas pendukung dan kesempatan yang dikembangkan, dikoordinasikan dan diintegrasikan ke dalam susunan fisik perkotaan yang ada. Untuk terjadinya suatu aktivitas perlu didukung oleh kebersediaan orang mengunjungi suatu tempat ataupun ruang publik yang menurut D. J. Wamsley (1988), di pengaruhi ketersediaan waktu dan modal perjalanan. Waktu yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Claude Javeau (dalam William Michleson, 1975) dibagi dalam 4 kategori yaitu : Waktu kebutuhan - tidur, makan, minum, dan kesehatan personal, Waktu kontrak - bekerja dan belajar, Waktu terencana - melakukan perjalanan, berbelanja keperluan rumah tangga, Waktu bebas - segala jenis aktivitas rekreasi. Dua jenis kategori pertama yaitu waktu kebutuhan & waktu kontrak cenderung bersifat stabil, sedangkan dua kategori terakhir yaitu waktu terencana & waktu bebas cenderung merupakan indikator dari life style. Sedangkan moda perjalanan di pusat kota menurut D. Paul Spraeigen (1965) dapat dibagi dalam 2 kategori pokok yaitu pertama ; radius pejalan kaki, kedua; radius transportasi umum dan kendaraan pribadi. KAWASAN SIMPANG LIMA Salah satu tempat yang memberi ciri khas bagi kota Semarang adalah Simpang Lima. Kawasan ini terletak di Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, tempat ini merupakan alun-alun yang berada di tengah-tengah persimpangan Jl. Pandanaran di sebelah barat, Jl. A. Yani di sebelah timur, Jl. Gajahmada dan Jl. Pahlawan di sebelah timur, sementara disebelah timur laut ada Jl.KH. Ahmad Dahlan. Berkembangnya fungsi Simpanglima menjadi alun-alun merupakan saran Presiden pertama Republik Indonesia yang menyarankan pengadaan alun-alun di Semarang sebagai ganti dari Kanjengan. Alun-alun yang dimiliki Semarang sejak masa pemerintahan Adipati Semarang yang pertama itu telah berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan. Kecamatan Semarang Selatan termasuk dalam BWK I, dimana lokasinya terletak di pusat kota. Kecenderungan perkembangan pola pemanfaatan tanah yang terjadi di daerah ini adalah menjadi pusat pendidikan, perkantoran, dan pemukiman. Dengan adanya fungsi campuran ini mengakibatkan konsentrasi pertumbuhan pelayanan-pelayanan jasa lainnya juga meningkat. Volume arus transportasi juga meningkat dan membuat permasalahan-permasalahan baru. Berfungsi sebagai tempat upacara, Simpanglima juga menjadi tempat berlangsungnya pertunjukan, tempat rekreasi, bahkan sebagai pasar tiban pada waktu-waktu tertentu. Berbagai jenis makanan baik makanan berat maupun makanan ringan dijual dengan gaya lesehan mengambil tempat sekitar trotoar dan sekeliling alun-alun. Sementara itu souvenir, alat sekolah sampai alat rumah tangga, sandal sampai hiasan rambut, juga dijual di sini. POTENSI DAN PERMASALAHAN DI KAWASAN SIMPANG LIMA Kawasan Simpang Lima dan sekitarnya merupakan pusat kegiatan olah raga dan perkantoran. Kemudian dengan perkembangan dan kemajuan jaman kawasan ini berkembang dengan kecenderungan ke arah perekonomian perdagangan dan jasa. Seiring dengan perkembangan tersebut maka akan terjadi dampak pada perkembangan tersebut diantaranya adalah merebaknya sektor informal yang ditandai dengan banyaknya para pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima. Tumbuhnya pedagang kaki lima di kawasan tersebut sangat pesat dengan menempati area publik. Peranan kaki lima tidak bisa dilepaskan begitu saja pada setiap perencanaan bangunan. Pedagang Kaki Lima sebagai komponen kota perlu diikut sertakan dalam proses pembinaan dan pembangunan kota. Suatu perencanaan hendaknya ikut memikirkan penempatan Pedagang Kaki Lima yang ditata secara teratur sebagai bagian dari kawasan tersebut. Area ini sangat menguntungkan untuk kegiatan informal masyarakat dimana para pedagang menawarkan barang atau jasa dengan harga bersaing. Waktu kerja/aktivitas yang mereka lakukan menyesuaikan dari tingkat kebutuhan lingkungan sekitar. Hal ini memerlukan penanganan sebagai usaha penataan untuk proses pengembangan kota. Dengan kata lain PKL adalah salah satu pemecahan masalah tenaga kerja dan sebagai salah satu tempat untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan dan juga sebagai pelayanan umum pada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari khususnya penduduk sekitar kawasan. PKL itu ibarat ada gula ada semut, dimana ada keramaian dapat ditebak PKL juga akan ada. Puluhan tenda dan bangunan semi permanen milik PKL menjamur di berbagai tempat strategis. PKL di Kawasan Simpang Lima Jenis usaha dagangan Jenis usaha yang terdapat di kawasan Simpang Lima ini lebih didominasi oleh para pedagang makanan & minuman baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, pada hari biasa maupun hari libur. Hal ini dapat disebabkan karena konsumen para pedagang tersebut adalah para karyawan toko-toko di sekitar Simpang Lima dan juga para pengunjung pusat perbelanjaan tersebut. Adapula para pedagang aksessoris yang menjajakan barang dagangannya di sekitar Citraland dan Matahari. Para pedagang aksessoris ini akan lebih banyak pada hari sabtu malam dan minggu pagi dikarenakan pada hari itu konsumen akan lebih banyak daripada hari-hari biasa. Banyaknya jenis usaha dagangan di kawasan Simpang Lima ini dikarenakan beragamnya aktivitas yang terdapat di kawasan tersebut sehingga keberadaan para PKL sebagai sektor informal dapat menunjang aktivitas utama di kawasan Simpang Lima. Hal ini sesuai dengan teori Hamid Shirvani (1985) dalam teori elemen pembentuk kota dimana para PKL menjadi sebuah aktivitas pendukung bagi kegiatan utama pada suatu kawasan. Sarana Usaha Sarana usaha yang digunakan para pedagang untuk menjajakan dagangannya di kawasan Simpang Lima bervariasi sekali antara lain gerobak, tenda, gelaran, dsb. Untuk sarana yang berupa gerobak dan tenda merupakan sarana yang sifatnya bongkar pasang, sehingga bukan merupakan bangunan yang permanen. Menurut McGee & Yeung (1997:82-83) bentuk sarana fisik dagangan PKL bisa dikatakan sederhana dan mudah untuk dipindah-pindahkan atau mudah dibawa dari satu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan menurut Perda No 11 Tahun 2000 menyebutkan bahwa PKL yang di dalam usahanya menggunakan sarana atau perlengkapan yang mudah dibongkarpasang atau dipindah-pindahkan. Pada hari-hari biasa sarana usaha dengan bentuk gerobak dan tenda mendominasi banyaknya pedagang kaki lima di kawasan Simpang Lima. Sarana ini tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan, mengingat bangunan yang digunakan bukan bangunan permanen yang bisa dilakukan bongkar pasang. Akan tetapi para pedagang yang berlokasi kawasan Simpang Lima seringkali tidak membongkar sarana usaha yang telah mereka gunakan sebelumnya,sehingga mengakibatkan banyaknya sarana usaha yang terbengkalai begitu saja di sepanjang trotoar di kawasan tersebut. Hal ini dapat di lihat di sekitar depan Masjid Baiturrahman dan di depan Matahari. Selain itu keseragaman sarana usaha antara satu tempat dengan tempat lainnya juga belum terlihat di kawasan ini, oleh sebab itu para pedagang bisa dengan leluasa menentukan besarnya sarana usaha yang akan mereka gunakan. Namun pada lokasi antara Matahari dan Court, pedagang kaki lima di sekitar sini mulai terlihat rapi dengan para pedagang menggunakan sarana usaha etalase dan luas sarana usaha mereka tidaklah besar karena didominasi oleh para pedagang aksessoris sehingga pedestrian pada koridor tersebut masih berfungsi bagi pejalan kaki. Sarana usaha gelaran akan banyak terdapat pada hari Sabtu malam dan Minggu pagi. Mereka lebih banyak berlokasi di sisi lapangan Pancasila, hal ini disebabkan karena pada saat-saat itu konsumen banyak yang mendatangi kawasan tersebut. Para pedagang ini menggunakan gelaran sebagai sarana usahanya dan mereka meletakkan dagangannya di sekitar pedestrian sehingga dagangan tersebut menutupi sebagian besar pedestrian tersebut, hal ini mengakibatkan sirkulasi para pejalan kaki di lapangan Pancasila terganggu. Bedasarkan Perda dan definisi yang telah diutarakan oleh McGee & Yeung bisa dikatakan bahwa para pedagang kaki lima yang ada di wilayah studi melakukan beberapa penyimpangan terhadap sarana usaha yang mereka gunakan untuk menjajakan barang dagangannya. Lokasi & jumlah PKL Lokasi yang digunakan para pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangannya pada umumnya berada pada ruang-ruang fungsional kota. Keberadaan PKL di kawasan Simpang Lima berkembang berdasarkan beragamnya aktivitas formal yang terdapat di kawasan tersebut. Sebagian besar PKL terdapat di depan Masjid Baiturrahman, koridor antara Citraland & Matahari, depan Matahari, dan koridor antara Matahari & Court. Hal ini terjadi karena aktivitas banyak dilakukan di tempat-tempat tersebut sehingga sesuai dengan teori bisnis eceran dimana para pedagang kaki lima akan mencari lokasi di tempat aktivitas banyak berlangsung. Para pedagang kaki lima tersebut banyak menggunakan pedestrian sebagai lokasi berjualan sehingga keberadaan PKL ini sering menjadi penyebab terganggunya sirkulasi pengguna pedestrian tersebut yaitu para pejalan kaki. Untuk bagian kawasan seperti area diantara Mall Ciputra ā€“ Plasa Simpang Lima (Matahari) yang merupakan bagian kawasan yang banyak dilalui orang, hal ini mengakibatkan banyak terdapat pedagang kaki lima bahkan sebagian dari mereka menempati jalan penghubung yang terletak di tengah pulau jalan sehingga hal ini dapat menambah terjadinya kemacetan pada kawasan tersebut. Dengan semakin banyaknya PKL yang menempati ruang publik mengakibatkan berkurang atau hilangnya ruang publik bagi masyarakat. Pada hari Sabtu malam dan Minggu pagi, lokasi PKL tidak hanya berada di sekitar Simpang Lima namun para PKL ini telah merambah ke lapangan Pancasila. Khusus pada hari Minggu pagi kawasan Simpang Lima ditutup untuk kendaraan bermotor dari pkl 06.00 sampai pkl. 08.00 hal ini untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat Semarang untuk berolahraga di kawasan Simpang Lima namun hal ini memberikan dampak bagi keberadaan PKL, sehingga PKL semakin banyak dan dapat menjajakan dagangannya hingga ke tengah jalan. Secara umum keberadaan PKL pada kawasan Simpang Lima dan sekitarnya menempati area ruang publik yang secara tidak langsung merubah fungsi ruang publik menjadi ruang privat hal ini mengakibatkan masyarakat kehilangan haknya atas ruang publik yang telah di sediakan serta menimbulkan terjadinya kesemrawutan pada kawasan tersebut, akan tetapi sebaliknya para PKL ini menjadi daya tarik bagi masyarakat terhadap kawasan ini sehingga diperlukan adanya penanganan khusus terhadap keberadaan PKL pada kawasan ini. Sarana dan prasarana Pada awal perencanaan, pedestrian dan ruang terbuka di kawasan Simpang Lima diperuntukkan bagi masyarakat pengguna kawasan tersebut namun seiring berkembangnya kawasan tersebut sebagai CBD (Central Bussines District) maka pedestrian dan ruang terbuka tersebut sering digunakan oleh para pedagang kaki lima. Dari segi aksesibilitas, keberadaan para PKL sangat strategis karena terletak di pinggir jalan sehingga memudahkan dalam pencapaiannya. Hal ini menguntungkan bagi bagi pihak PKL namun berdampak buruk bagi para pengguna jalan. Dampak lain yang ditimbulkan bagi aktivitas jalan adalah keberadaan pengunjung PKL yang memarkir kendaraannya di pinggir jalan akan menjadikan jalur menjadi sempit sehingga kesemrawutan lalu lintas menjadi bertambah. Pedestrian yang berubah fungsi sebagai area PKL secara tidak langsung memaksa para pejalan kaki untuk menggunakan jalur lambat atau bahu jalan sehingga membahayakan para pejalan kaki tersebut selain tidak tersedianya area parkir menjadikan pengunjung memanfaatkan bahu jalan, hal ā€“ hal inilah yang juga mendukung kawasan ini semakin macet dan semrawut. Ditinjau dari segi kebersihan, para PKL ini kurang memperhatikan kebersihan. Pedagang kaki lima dengan bentuk bentuk "usahanya" yang apa adanya itu sering dituduh sebagai kelompok masyarakat yang tak acuh terhadap aturan ketertiban walaupun tidak semua, demikian dengan masalah kebersihan lingkungan kota serta penataan mereka. Apala

    SMK FARMING DI UNGARAN

    Get PDF
    Indonesia merupakan Negara agraris belum mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan masih mengimpor bahan pangan dari luar negeri. Salah satu penyebabnya adalah petani di Indonesia belum bisa bersaing dengan petani luar yang sudah lebih dulu mengenal teknologi di bidang pertanian padahal Indonesia memiliki potensi yang belum diolah. Krisis pangan akan menjadi ancaman jika tidak dari sekarang diatasi dan Sekolah Menengah Kejuruan Farming merupakan salah satu cara mengatasi solusi pangan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut, beberapa tahun terakhir mulai didirikan sarana pendidikan berupa sekolah menengah kejuruan. Sekolah ini merupakan solusi yang menjawab permasalahan tersebut dimana sekolah ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga terampil yang berkualitas yang menguasai permasalahan di bidang pertanian mulai dari budidaya, pengolahan hasil sampai pemasaran. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farming di Ungaran yang mengkhususkan pada kurikulum keterampilan Farming. Sekolah Menengah Kejuruan Farming Ungaran ini mengambil konsep arsitektur ekologis. Arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya Konsep arsitektur ekologis pada bangunan Sekolah Menengah Kejuruan Farming diterapkan karena memiliki kedekatan antara pertanian dan alam. Penerapan arsitektur ekologis pada bangunan dengan cara memanfaatkan alam secara bijak dengan mengolah limbah menjadi lebih berguna dan mencukupi kebutuhan tanpa harus merusakan alam

    Relokasi Stadion Lebak Bulus Jakarta

    Get PDF
    Stadion Lebak Bulus sebagai salah satu stadion kebanggaan warga Jakarta, merupakan homebase dari klub Persija Jakarta.Dahulu, stadion ini sering dipakai untuk penyelenggaraan event olahraga sepakbola seperti ISL (Indonesia Super League) ataupun pertandingan persahabatan dan ujicoba dengan negara tetangga. Namun, sejak tahun 2008, PT. Liga Indonesia memutuskan untuk tidak menggunakan Stadion Lebak Bulus karena kapasitasnya yang kurang memadai untuk menyelenggarakan pertandingan sepakbola tingkat regional, nasional, ataupun internasional. Dengan demikian, Stadion Lebak Bulus dianggap tidak memiliki nilai daya jualnya kembali. Di lain sisi, terdapat kabar yang menyatakan bahwa Stadion Lebak Bulus akan digusur karena bangunan tersebut terkena dampak pembangunan stasiun MRT (Mass Rapid Transit). Penggusuran ini dilakukan karena adanya penambahan luas lahan yang semula hanya dibutuhkan sekitar 7000 meter namun kini terjadi perluasan sebesar 1 hektar.Proyek yang telah lama terhenti di tahun 2005 ini pada akhirnya dilanjutkan kembali di tahun 2013.Pemilihan lokasi proyek MRT yaitu di Kawasan Lebak Bulus didasarkan pada nilai strategis dari kawasan tersebut.Lokasi ini dilalui berbagai moda transportasi umum massal sehingga nantinya diharapkan dapat mengakomodir transportasi tersebut untuk mencapai stasiun MRT. Mengenai penggusuran Stadion Lebak Bulus, hal tersebut telah dipertimbangkan secara matang oleh berbagai pihak, mulai dari pengelola stadion hingga pemerintah.Penggusurannya pun harus menaati Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga, bahwa untuk merobohkan sebuah stadion diperlukan sebuah stadion pengganti, sehingga nantinya Stadion Lebak Bulus harus direlokasi.Sebelum dilakukan penetapan lokasi, Pemda DKI Jakarta telah melakukan kajian terhadap beberapa lokasi pilihan, antara lain di Belakang Rumah Sakit Fatmawati, di Jl. Madrasah, tanah milik PAM Jaya dan di Jl. Ulujami Kecamatan Pesanggrahan.Lalu dari hasil kajian tersebut, maka terpilih lokasi di Ulujami.Lokasi tersebut dinilai strategis karena para penggemar sepakbola diberikan kemudahan untuk mengakses stadion, tidak hanya lewat jalan raya, namun bisa dengan menggunakan kereta.PT. KAI berencana untuk merevitalisasi kereta jurusan Serpong-Tanahabang.Selain itu, lokasinya tidak jauh dengan akses Tol Bintaro sehingga semakin mudah untuk dijangkau

    STADION AKUATIK DI SEMARANG Penekanan Desain Hi-Tech Architecture

    Get PDF
    Semarang adalah salah satu kota yang ikut serta dalam menyumbangkan atlet renang untuk mewakili perlombaan tingkat Nasional dan Internasional. Namun prestasi tersebut semakin menurun. Hal itu dapat dilihat dari menurunnya jumlah medali yang diraih tim Jawa Tengah pada PON di Riau tahun 2012 dibandingkan dengan hasil yang dicapai tim jawa tengan di PON sebelumnya yakni pada PON 2008. keprihatinan terhadap hasil buruk yang dicapai tim renang Jateng di PON Riau kemarin juga dibarengi dengan keprihatinan pihak Organisasi KONI pada kondisi sarana prasarana pendukung atlet Jateng yang dirasa masih kurang memadai. Salah satu stadion yang biasa digunakan oleh para atlet secara rutin untuk berlatih yaitu kolam renang stadion Jatidiri. Kolam renang tersebut kurang memenuhi standart Internasional dilihat dari besaran kolam, kedalaman kolam hingga fasilitas disekitarnya. Bermula dari fenomena tersebut maka dibutuhkan suatu desain Stadion Akuatik baru berstadart internasional yang berfungsi sebagai wadah aktifitas kejuaraan dan latihan olahraga renang maupun yang berkaitan (seperti selam, lompat indah, maupun perlombaan) untuk atlet serta sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat umum. Stadion tersebut diharapkan menjadi sebuah fasilitas yang dapat membantu Jawa Tengah khususnya Semarang dalam mengukir prestasi di bidang olahraga utamanya adalah renang. Kesimpulan yang di dapat adalah tapak yang terpilih sebagai lokasi proyek, program ruang yang mampu mengakomodasi kebutuhan yang diperoleh dari analisis dan studi banding, serta konsep desain yang efektif dan efisien. Seluruh kesimpulan dituangkan dalam sebuah desain berupa gambar arsitektur

    TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN TEGAL

    Get PDF
    Peningkatan pertumbuhan perekonomian akan meningkatkan peranan sektor transportasi dalam menunjang pencapaian sasaran pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebaliknya fungsi sektor transportasi akan merangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena antara fungsi sektor transportasi dan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan kausal (timbal balik). Keberadaan Kecamatan Slawi sebagai ibu Kota Kabupaten Tegal saat ini menghadirkan implikasi dan konsekuensi logis dalam berbagai bidang, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan layanan publik dalam bidang transportasi. Saat ini kabupaten Tegal tepatnya di Kecamatan Slawi mempunyai terminal tipe B yaitu terminal Slawi tetapi belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dinas perhubungan komunikasi dan informatika. Terminal Slawi masih difungsikan sebagai pusat pergerakan penumpang menuju kota-kota besar di Jawa. Terminal Slawi sebagai terminal tipe B masih memerlukan upaya besar untuk meningkatkan kondisi tampilan dan ketersediaan fasilitas pelayanan. Saat ini banyak kendaraan umum dan penumpang tidak mau masuk terminal. Mengingat posisi Kecamatan Slawi sebagai simpul lalu lintas ke selatan menuju Purwokerto, ke barat menuju Jakarta atau ke timur menuju Semarang. Warga Kabupaten Tegal memiliki mobilitas tinggi ke daerah-daerah tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan warganya Pemkab Tegal berencana membangun terminal tipe A. Rencananya terminal baru ini di bangun di lahan seluas 5 ha, di Desa Dukuh Salam, Kecamatan Slawi. Terminal baru ini rencananya untuk menggantikan terminal lama yang sudah tidak layak. Selain kapasitas menampung bus yang sangat sedikit, sarana dan prasarananya pun kurang memadai. Kondisi fisiknya kumuh sehingga membuat penumpang tidak nyaman. Tetapi karena Slawi adalah kota yang belum memiliki potensi untuk adanya terminal Bus Tipe A , maka Terminal yang sudah ada yang katanya terminal slawi tipe b tetapi sebenarnya sesuai dengan standar yang ada terminal tersebut belum bisa dikatakan Tipe B atau masih Tipe C. Jadi Perlu adanya peningkatan di semua sektor terminal Slawi Tetap terminal Tipe B tetapi dengan standar Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dan kebutuhan kapasitas masyarakat Kabupaten Tega

    SMK FARMING DI UNGARAN

    Get PDF
    Kondisi alam Kabupaten Magelang yang sangat berpotensi untuk dijadikan tempat tujuan wisata. Selain itu juga letak Kabupaten Magelang yang strategis dapat dilihat dari posisinya yang terletak di antara 2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Semarang. Selain letak geografis dan kondisi alamnya, Kabupaten Magelangpun memiliki Sumber Daya Alam yang khas yaitu batu alam yang didapat dari Gunung Merapi yang kini telah dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Magelang untuk diolah menjadi sebuah kerajinan. Oleh karena itu banyak industri-industri kecil di Kabupaten Magelang khususnya di Kecamatan Muntilan yang memproduksi kerajianan batu alam dengan cara pahatan. Selain industri batu pahat, di Kecamatan Muntilan juga terkenal akan produksi sapu rayungnya yang bahan dasarnya didapat dari daerah sekitar Kabupaten Magelang. Tak hanya kekhasannya akan tetapi juga kualitas yang ditawarkan oleh para pengrajin membuat hasil produksi dapat dikenal oleh banyak masyarakat. Namun tak hanya berpegang dengan hasil kerajinannya, Kabupaten Magelangpun juga kaya akan budaya dan seninya. Didapati di beberapa desa, kesenian seperti tari Badui dan Topeng Ireng masyarakatnya bersemangat untuk melestarikannya. Dengan fakta yang seperti itu, pemerintah dan masyarakat haruslah dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan kondisi perekonomian daerah. Salah satunya adalah dengan dikembangkannya industri-idustri kecil yang secara tidak langsung dapat membantu perkembangan perekonomian daerah.Untuk mengembangkan lagi potensi tersebut dibutuhkan tempat yang dapat secara khusus mempromosikan dan bahkan menarik wisatawan. Maka dari itu dibutuhkanlah Pasar Seni dan Kerajinan Kabupaten Magelang sebagai wadah untuk promosi, perdagangan, wisata dan pembelajaran dalam satu lokasi. Keberadaan Pasar Seni dan Kerajinan ini akan menopang perekonomian daerah berbasis potensi lokal, berdaya saing tinggi, dan memiliki nilai strategis. Seperti visi Pemerintah Kabupaten Magelang yang ingin meningkatkan sarana dan prasarana perdagangan di Kabupaten Magelang, salah satunya dengan pembangunan Pasar Seni dan Kerajinan Batu di Muntilan di Kabupaten Magelang

    REDESAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BENDAN TIPE B KOTA PEKALONGAN

    Get PDF
    Peningkatan mutu fasilitas kesehatan dirumah sakit diperlukan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Kota Pekalongan merupakan pengguna layanan kesehatan nasional dengan jumlah 173.619 jiwa artinya 58,15% dari total penduduknya (Tim, 2014). Namun angka tersebut belum di imbangi dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas kesehatan dirumah sakit. Kondisi tersebut diperlukan adanya penambahan fasilitas kesehatan di rumah sakit. Kota Pekalongan merupakan kota yang berada di jalur pantai utara yang merupakan jalan utama yang menghubungkan antar kota antar provinsi. Oleh karena itu diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai untuk menunjang kesehatan penduduknya. RSUD Bendan merupakan rumah sakit umum yang dikelola oleh pemerintah Kota Pekalongan. RSUD Bendan lebih difokuskan kepada pelayanan terhadap masyarakat kurang mampu. Mayarakat Kota Pekalongan yang memiliki Jamkesda atau Jamkesnas maupun membawa surat keterangan tidak mampu atau SKTM dari kelurahan setempat dan bersedia berada di kelas III, maka tidak akan dipungut biaya. Pemerintah kota Pekalongan sedang mengupayakan untuk pemerataan pembagian Jamkesnas (Jaminan Kesehatan Nasional). Hal tersebut supaya dapat dipergunakan oleh masyarakat dalam berobat/ opname dirumah sakit. Melalui penerapan Jaminan Kesehatan Nasional ini, diharapkan tidak ada lagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tidak berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan dikala sakit karena tidak memiliki biaya. Dengan pengoptimalan fasilitas di RSUD Bendan diharapkan dapat menjadi fasilitas kesehatan untuk menunjang kesehatan masyarakat Pekalongan, sehingga RSUD Bendan diminati pasien untuk berobat atau untuk opname bila sakit

    Kajian Penataan Ruang dan Penggunaan Material pada Bangunan Pengasapan Ikan (Studi Kasus: Sentra Pengasapan Ikan Bandarharjo)

    Full text link
    Bangunan pengasapan ikan merupakan salah satu bangunan industri rumah tangga yang banyak terdapat di Indonesia,salah satunya di Semarang. Di Semarang sendiri bangunan pengasapan ikan berada di kawasan sentra pengasapanikan di Bandarharjo, Semarang Utara. Pada kawasan sentra pengasapan ikan Bandarharjo, terdapat kuranglebih 35bangunan pengasapan ikan yang aktif melakukan kegiatan produksi ikan asap setiap harinya. Pembahasan mengenaibangunan pengasapan ikan ini akan difokuskan ke arah penataan ruang dan penggunaan material pada bangunanpengasapan ikan yang terdapat di sentra pengasapan ikan Bandarharjo. Mayoritas bangunan pengasapan ikan disentra pengasapan ikan Bandarharjo menggunakan kayu dan bambu sebagai material utama bangunan.Untuk materiallain yang digunakan adalah seng, GRC board dan plesteran yang diaplikasikan pada bagian dinding dan lantaibangunan pengasapan ikan. Sedangkan untuk tata ruang pada bangunan pengasapan ikan cukuplah sederhana, dimanatata ruang yang ada menyesuaikan alur proses yang terdapat dalam kegiatan produksi ikan asap. Melalui pengkajianmengenai penataan ruang dan penggunaan material pada bangunan pengasapan ikan ini didapatkan bahwasannya adabeberapa hal yang masih kurang dalam penataan ruang dan penggunaan material bangunan. Perlu ditingkatkannyakesadaran pelaku produksi ikan asap dan upaya dari pemerintah setempat untuk dapat bergerak bersama dalampeningkatan kualitas bangunan pengasapan ikan yang terdapat di sentra pengasapan ikan

    RESIDENCE HALL UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

    Get PDF
    Pertumbuhan jumlah penduduk pada kota-kota besar yang secara berangsur meningkat, didasari dengan ketersediaan lahan yang terbatas menciptakan tuntutan kebutuhan aktivitas masyaraka ttinggi.Kebutuhan aktivitas masyarakat dalam segi ekonomi, sosial, pendidikan dan lainnya berdampak pada peningkatan kebutuhan penggunaan lahan.Pengembangan bangunan vertikal menjadi hal yang sering dijadikan solusi dalam memecahkan masalah kebutuhan penggunaan lahan di kota-kota besar di Indonesia. Universitas Multimedia Nusantara (UMN)didirikan di lahan seluas 8 hektar yang terletak di kawasan Scientia Garden, Summarecon Serpong, Tangerang, Banten. Kampus UMN tahap pertama ini terdiri dari gedung perkuliahan (5 lantai) dan gedung rektorat (8 lantai), luas total gedung adalah 17.000 m2.UMN merupakan kampus berbasis multimedia terdapat 4 fakultas dengan 7 Jurusan dengan jumlah mahasiswa untuk saat ini tercatat berjumlah sekitar 5500 mahasiswa. Namun pembangunan UMN masih dilaksanakan menurut Pimpinan Proyek Pembangunan Kampus Baru UMN pembangunan kampus terdiri dari lima menara, dan masing-masing menara terdiri dari 15 lantai. Kampus baru akan dilengkapi dengan Convention Center berkapasitas 5.000 orang. Ruangan kuliah dalam satu menara akan menggunakan sembilan lantai yang setara dengan 120 kelas, yang sanggup menampung 6.000 mahasiswa sekaligus. Dan diperkirakan dapat menampung kurang lebih 20.000 mahasiswa. Dengan adanya peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa yang telah dipaparkan tersebut, tentu akan menimbulkan beragam permasalahan baru, diantaranya kemampuan untuk mewadahi dan memfasilitasi pelajar yang membutuhkan tempat tinggal atau hunian sementara . Hal tersebut dapat memungkikan membawa dampak buruk untuk lingkungan sekitar jika pembangunan penunjang hunian sementara seperti rumah kost, kontrakan atau asrama tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan hunian sementara yang dibutuhkan . Fenomena yang terjadi ,pembangunan rumah kos atau kontrakan sudah semakin berkembang pesat diwilayah tangerang selatan, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan pelaksanaan yang baik. Akibatnya banyak bangunan yang telah berdiri sekarang ini berada dibawah standar kelayakan dan keteraturan yang seharusnya . Oleh karena hal tersebut perlunya pembangunan hunian yang dapat mencukupi tidak hanyak kebutuhan hunian mahasiswa namun juga dosen ataupun tamu universitas.konsep Apartemen Mahasiswa UMN ini juga harus dapat menerapkan sistem ramah lingkungan berwawasan lingkungan hijau sehingga dapat berkonstribusi untuk menghijaukan kawasan bertujuan untuk menciptakan iklim mikro yang sehat dan nyaman

    REDESAIN ASRAMA MAHASISWA DI JAKARTA BARAT

    Get PDF
    Dunia pendidikan di Kota DKI Jakarta yang terus bertumbuh tentunya akan menarik banyak minat para pelajar, tak hanya dari dalam kota. Dari luar kota pun banyak yang rela merantau ke Ibukota demi mengejar cita cita, banyaknya lembaga pedidikan negeri ataupun swasta di DKI Jakarta adalah salah satu faktor berkembangnya ranah pendidikan di Ibukota. Banyaknya para pelajar dari luar ibukota juga menjadi sasaran empuk bagi para pencari peluang usaha di luar dunia pendidikan. Bidang usaha yang digeluti dan ditargetkan untuk para pendatang ini biasanya adalah jasa tempat tinggal sementara. Jenis tempat tinggal sementara ini banyak ragamnya mulai dari jenis rumah kost, kontrakan, asrama, atau apartemen bagi pelajar dengan tarif sewa murah. Tak sedikit lembaga pendidikan di ibukota bahkan sudah menyiapkan sarana tempat tinggal sementara bagi para pelajar di lembaga tersebut. Seperti contohnya Rusunawa Universitas Diponegoro, Rumah Susun Mahasiswa Universitas Teknik Surabaya, dan Binus Square oleh Bina Nusantara University. Dari beberapa sarana tempat tinggal bagi pelajar diatas. Yang berada di Jakarta adalah Binus Square. Bina Nusantara atau Binus sudah menjadi lembaga pendidikan bagi pelajar Strata 1 hingga Strata 3 sejak lama. Namun berdirinya Binus Square baru tahun 2010. Dengan desain menyerupai apartemen. Binus Square langsung diminati sejak pertama kali diresmikan. Dengan segala kemewahan dan fasilitas yang ada, Binus Square memang dikatakan nyaris sempurna bagi para mahasiswa. Namun ternyata tidak sedikit juga mahasiswa yang lebih memilih tidak tinggal di Binus Square dengan baragam alasan. Mulai dari biaya sewa yang mahal bagi sebagian mahasiswa, jauh dari tempat makan, tidak bebas, kamar yang terbatas, tidak terlalu nyaman jika sudah dikamar, ukuran ruangan kamar yang dirasa kurang manuasiawi dan terbatasnya pengunjung yang boleh bertamu. Sehingga membuat beberapa mahasiswa lebih rela menghabiskan Rp1.000.000 di rumah kost atau kontrakan karena dirasa berharga dibanding di Binus Square. Kata Kunci : Asrama ,Mahasiswa, Jakarta Barat, Arsitektur Moder
    • ā€¦
    corecore