26 research outputs found

    PENGARUH BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI PADA TANAH PASIR PANTAI

    Get PDF
    Tanah pasir pantai memiliki beberapa keterbatasan untuk budidaya tanaman. Biochar tempurung kelapa dan kotoran sapi merupakan bahan amelioran untuk memperbaiki keterbatasan di tanah pasir pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biochar tempurung kelapa dan kotoran sapi terhadap sifat kimia tanah dan produksi tanaman sawi di tanah pasir pantai. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta pada bulan Maret sampai Mei 2019 kemudian dianalisis di laboratorium. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah dosis biochar tempurung kelapa yang terdiri dari B0 = 0 ton / ha, B1 = 10 ton / ha, B2 = 15 ton / ha, dan B3 = 20 ton/ha. Faktor kedua adalah dosis kotoran sapi yang terdiri dari K0 = 0 ton/ha, K1= 10 ton / ha, K2 = 15 ton/ha, dan K3 = 20 ton/ha. Parameter penelitian adalah tekstur, pH H2O, C-Organik, N-Total, Kapasitas Tukar Kation (KTK), tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot kering dan bobot basah tanaman. Hasil penelitian dianalisis dengan Analysis of Varians (ANOVA), dilanjutkan dengan DMRT 5% (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan mean antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi biochar tempurung kelapa 20 ton / ha (B3) dan kotoran sapi 20 ton / ha (K3) berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH H2O dari 5,85 menjadi 6,90, C-Organic dari 0,62 % menjadi 1,23%, N-Total 0,04% menjadi 0,34%, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dari 2,04 cmol (+) kg-1 menjadi 4,86 cmol (+) kg-1 dan berat basah tanaman 60,83 gram

    PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN DAERAH TANGKAPAN AIR TERHADAP VOLUME SEDIMEN DI WADUK SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

    Get PDF
    Waduk Sempor merupakan kawasan penampungan air yang memiliki kapasitas 52 juta m3 dengan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) 42,31 km2. Air yang masuk ke dalam waduk membawa sedimen dan menyebabkan waduk mengalami pendangkalan. Perubahan penggunaan lahan di sekitar waduk dapat menyebabkan laju sedimentasi meningkat dan mengakibatkan pengendapan sedimen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap volume sedimen di Waduk Sempor. Penelitian dilaksanakan di DTA Waduk Sempor Kabupaten Kebumen pada bulan September 2020 sampai April 2021. Data penggunaan lahan diperoleh dari Citra Satelit Quickbird tahun 1984, 1994, 2013, 2015 dan 2019, sedangkan data volume sedimen diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak pada tahun yang sama. Hasil interpretasi menunjukkan terjadi perubahan penggunaan lahan di DTA Waduk Sempor dari tahun 1984 hingga 2019. Perubahan penggunaan lahan terjadi pada area dengan luas 1.805,05 ha, yang terdiri dari hutan 689,91 ha, sawah 163,8 ha, kebun 39,19 ha, permukiman 857,24 ha dan waduk 55 ha. Perubahan penggunaan lahan tersebut memiliki kecenderungan menjadi permukiman, yaitu dari luas 39,9 ha menjadi 892,14 ha. Volume sedimen terus meningkat dengan rata-rata 0,035 juta m3/tahun. Hasil analisis menunjukkan penggunaan lahan permukiman berpengaruh terhadap volume sedimen

    PENGARUH PUPUK URIN DOMBA DAN BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA TERHADAP SERAPAN N DAN P TANAMAN PAKCOY DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS

    Get PDF
    Potensi tanah marginal dan tanah yang didominasi fraksi pasir menyimpan hara tanah relatip rendah karena fraksi pasir berpotensi mempunyai pelindian tinggi. Kombinasi pemberian bahan dari luar (ameliorance) biochar tempurung kelapa dan pupuk urin domba merupakan salah satu alternatif dalam mempertahankan ketersediaan hara pada tanah pasiran. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh biochar tempurung kelapa dan pupuk urin domba terhadap serapan hara N dan P bagi tanaman Pakcoy di tanah pasir Pantai Samas. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dan dilakukan analisis di labolatorium Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta pada bulan Juni 2021 sampai Januari 2022. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama adalah dosis biochar tempurung kelapa terdiri dari B0: 0 ton/ha, B1: 10 ton/ha, B2: 15 ton/ha, dan B3: 20 ton/ha. Faktor kedua adalah dosis pupuk urin domba terdiri dari U0: 0 ml/l air setara 0 lt/ha, U1: 100 ml/l air setara 125 lt/ha, dan U2 : 200 ml/l air setara  250 lt/ha. Parameter penelitian adalah pH, N-Tersedia, P-tersedia, serapan hara N bagian atas, serapan hara N akar dan serapan hara P bagian atas. Hasil penelitian dianalisis dengan Analysis of Varians (ANOVA), dilanjutkan dengan DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan pupuk urin domba 100 ml/l air berpengaruh nyata meningkatkan serapan hara N bagian atas dari 2,15 mg/tanaman menjadi 3,37 mg/tanaman, serapan hara N akar dari 1,16 mg/tanaman menjadi 1,84 mg/tanaman, serapan hara P bagian atas dari 1,03 mg/tanaman menjadi 1,43 mg/tanaman, dan serapan hara P akar dari 0,1 mg/tanaman menjadi 0,19 mg/tanaman. Biochar tempurung kelapa 20 ton/ha berpengaruh nyata meningkatkan serapan hara N bagian atas dari 1.93 mg/tanaman menjadi 3,93 mg/tanaman dan serapan hara N akar dari 1,25 mg/tanaman menjadi 2,16 mg/tanaman

    PENILAIAN POTENSI DAN STATUS DEGRADASI LAHAN PERTANIAN DI KELURAHAN NGALANG, KAPANEWON GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

    Get PDF
    Peningkatan penggunaan lahan untuk pertanian yang tidak diikuti dengan kaidah konservasi dapat menyebabkan degradasi lahan. Meningkatnya penggunaan lahan harus diikuti dengan informasi mengenai sebaran potensi dan status degradasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap potensi dan status degradasi lahan pertanian dan menyusun peta status degradasi lahan pertanian. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Ngalang, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring untuk penentuan potensi dan status degradasi lahan pertanian, dan survai untuk pengamatan kondisi lapangan. Lokasi pengamatan lapangan ditentukan secara purposif berdasarkan peta potensi degradasi lahan. Analisis status degradasi lahan dilakukan menggunakan kriteria sesuai PP No.150 tahun 2000 serta PERMEN LH No.07 tahun 2006. Penentuan status degradasi lahan dilakukan dengan matching dan skoring. Parameter yang digunakan yaitu ketebalan solum, kebatuan permukaan, komposisi fraksi, berat volume (BV), porositas total, permeabilitas, pH, daya hantar listrik (DHL), potensial redoks, dan jumlah mikroba. Hasil penentuan potensi degradasi lahan di Kelurahan Ngalang menunjukkan 2 (dua) kelas potensi. Potensi degradasi rendah (PR II) seluas 438 ha (10,49%) dan potensi degradasi sedang (PR III) seluas 822 ha (55,8%). Hasil penentuan status degradasi lahan di Kelurahan Ngalang menunjukkan 2 (dua) kelas degradasi lahan yaitu Tidak Terdegradasi (N) seluas 76 ha (5,25%). Degradasi Ringan (R.I) dengan faktor yang tergolong kriteria rusak yaitu kebatuan permukaan (b), permeabilitas (p), dan komposisi fraksi (f). Status degradasi R.I-b seluas 440 ha (30,44%); R.I-b,p seluas 436 ha (30,17%); dan R.I-b,f,p seluas 308 ha (21,31%)

    KADAR C ORGANIK SETELAH PERIODE TANAM PADI KE DUA DENGAN APLIKASI BIOCHAR PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BATA DI POTORONO YOGYAKARTA

    Get PDF
    Anthraquic Typic Epiaquepts pada tanah sawah yang digunakan penelitian merupakan lahan setelah penambangan batu bata di Potorono, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Tanah bekas penambangan batu bata memiliki nutrisi dan tingkat C organik rendah. Pemberian limbah organikyang merupakan bahan pembenah tanah yaitu: biochar, kotoran sapi dan ampas tebu diharapkan dapat meningkatkan C organik dan unsur hara baik setelah tanam pertama maupun kedua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh limbah organik sebagai amelioran dan waktu inkubasi dilakukan pada dua kali tanam padi. Analisa laboratorium yang dikaji adalah kadar C organik, N total, P tersedia, pH (H2O) dan Kapasitas perukaran kation (KPK). Penelitian ini menggunakan plot terpisah dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dosis yang digunakan adalah residu biochar tempurung kelapa, ampas tebu, dan kotoran sapi sebanyak 15 ton / ha dengan jumlah 36 petak percobaan. Parameter yang diamati adalah C organik, N-Total, P-Tersedia, pH (H2O), Kapasitas perukaran kation (KPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah dengan limbah organik biochar tempurung kelapa tidak memiliki perbedaan yang nyata pada C organik, N total, pH (H2O), dan Kapasitas perukaran kation (KPK, tetapi berbeda nyata pada tanah P tersedia. Biochar residual memiliki kadar C organik tertinggi sebesar 1,76%. Sisa batok kelapa Biochar dapat meningkatkan Kapasitas perukaran kation (KPK) dari 5,83 cmol (+) kg-1 menjadi 7,85 cmol (+) kg-1. P- tersedia tanah dengan residual biochar tempurung kelapa paling tinggi, yaitu 20,32 pp

    Evaluation of Textile Industry Wastewater Treatment as an Effort to Control River Water Pollution in Central Java

    Get PDF
    There is an increasing need for clean water because of the growing population. However, the amount of clean water is decreasing due to poor water resource management. Several textile industry processes result in waste. Color, alkalinity, high TSS, high BOD, and some dyes are known to contain chromium elements and are all common characteristics of liquid waste produced by the textile industry. The goal of this study was to assess the performance of textile waste treatment units in Pringsurat Subdistrict, Magelang Regency, Central Java Province, as part of an effort to reduce river water pollution. Quantitative and qualitative methods were used including through surveys and mapping. Groundwater flow maps, and river water and wastewater levels of BOD, COD, TSS, phenol, chromium, ammonia, and sulfide were used as primary data. Unpleasant odors and discoloration of the river were observed. It is recommended that, to reduce the impact of the wastewater, a constructed wetland with a combination of two types of plants, Iris pseudacorus and Thypa angustifolia, should be used. Keywords: Pollution Control, River Pollution, Textile Industry, Wastewater treatment, and Wetlan

    KAJIAN SIFAT FISIK A ULTISOL PADA LAHAN BUDIDAYA NENAS DENGAN BERBAGAI POLA ROTASI DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR, LAMPUNG

    Get PDF
    Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut. Tanah ini memiliki kandungan lempung yang tinggi pada bagian sub soil. Berdasarkan aspek fisika, Ultisol Lampung memiliki struktur tanah yang kurang mantap, permeabilitas yang lambat, porositas yang buruk, agregat kurang stabil dan bobot isi tinggi. Rotasi tanaman merupakan alternatif dalam memperbaiki sifat fisika tanah Ultisol di PT. Great Giant Pineapple. Dengan dilakukannya rotasi tanaman diharapkan mampu memberikan dampak yang besar untuk memperbaiki sifat fisika tanah Ultisol. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika tanah Ultisol pada pola rotasi nenas-pisang, nenas-nenas dan nenas-singkong. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan penentuan lokasi dengan menggunakan metode purposif. Beda rerata antar perlakuan untuk setiap parameter di uji menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan jenjang 0,05. Pengambilan sampel tanah menggunakan ring sampler dengan pola diagonal dengan kedalaman 0-40 cm. Perlakuan dengan pola rotasi nenas-pisang merupakan perlakuan terbaik dengan menghasilkan struktur granular, dengan derajat kuat, berat volume 1,48 g/cm3, kekuatan tanah 0,78 kg/cm2, porositas 43,62%. Rotasi tanaman dengan pola rotasi nenas-pisang, merupakan teknik yang baik dalam memperbaiki sifat fisika tanah di PT. Great Giant Pineapple

    Community Empowerment With the Utilization of Yards For Grape Cultivation Using Biochar Mixed Media In Covid-19 Pandemic

    Get PDF
    Background: The social economic impact of the Covid-19 pandemic was felt by all levels of Indonesian society, especially the people in Mayungan, Potorono Village, Bantul Regency. Currently, compost houses and waste banks have been formed from the collection of household waste in RT 04 and RT 05 with a capacity of 1.5 tons per week. Community service activities were carried out in the form of using the yard for grape cultivation with mixed media of biochar. Mixed media technology is expected to increase the efficiency of agricultural costs and productivity of grape cultivation.   Contribution: Seeing the great potential of Mayungan and as an effort to improve the psychological aspects of the community due to the Covid-19 pandemic, community service activities were carried out using the yard for grape cultivation with biochar mixed media. Method: The approach method used is the method of active community participation. Results: The implementation of the Internal Community Service program uses the lecture, discussion, practice, mentoring and technical guidance methods. Community service activities can be carried out properly and have the expected impact. Conclusion: Community service activities can be carried out properly. The empowerment program in the midst of the ongoing COVID-19 pandemic can relieve the mental burden of the community psychologically to strengthen the body's resistance to virus attacks through plant care every tim

    HUBUNGAN KEMATANGAN GAMBUT DENGAN KADAR LENGAS TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA (CO2) PADA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

    Get PDF
    Gambut tersusun oleh material organik lebih dari 45% dengan kandungan air yang relatip banyak. Gambut memiliki tingkat kematangan dan kadar lengas yang berbeda akan menentukan besarnya emisi CO2 terutama pada pembukaan lahan untuk budidaya pertanian. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh tingkat kematangan dan kadar lengas gambut terhadap sifat kimia tanah gambut dan produksi gas karbon dioksida (CO2). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan 3 ulangan. Masing-masing faktor yaitu tingkat kematangan gambut (Fibrik, Hemik dan Saprik) dan kadar lengas gambut 100%, 150%, 200%, 250%, dan 300%. Analisis data dengan analysis of variance dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test pada jenjang 5%. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kematangan gambut saprik berpengaruh terhadap penurunan emisi CO2, C-Organik dan peningkatan kadar abu, tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai Eh. Perlakuan kadar lengas tidak berpengaruh terhadap emisi CO2, C-Organik dan kadar abu, tetapi pada kadar lengas 300% berpengaruh terhadap penurunan Eh. Terjadi interaksi pada kombinasi perlakuan gambut saprik dengan kadar lengas 300% memberikan perubahan nilai pH tanah dan N total tertinggi, serta C/N paling renda
    corecore