10 research outputs found

    Influence of Residential Spatial Position to Trip Generation in Surabaya

    Get PDF
    Zonal trip generation is usually assummed to be influenced only by demographic and economic variables. It is seldom to consider spatial position of the zones as an influence variables to its trip generation. In actual condition, people will consider strategic position of residential area when they choose to buy or rent of their home, in accordance with their place of activities such as working, studying for their children and shopping. This research aim is to calculate the influence of spatial position of residential zones from the activities centers to zonal trip generation in Surabaya, Indonesia. Surabaya has several activities centers that can be classified as urban centers and suburban centers. In order to define position of residential zones in relation with activities centers, travel time is defined as a spatial measure which can be measured using Google Maps. Trip generation data is compiled from origin-destination matrix from household interview survey. Regression analysis is used for calculation of the influence of spatial position of residential zones in relation to the activities centres to zonal trip generation. The result shows that travel time to urban center influences reduction of the residential trip generation more than travel time to suburban centers does. However, still many trips were not influenced by travel time from residential to city center since housing ownership in Surabaya is fixed system more than flexible one, and housing at periphery area much cheaper than at city center

    Taxiway Pavement Evaluation to Support the Operational of Terminal 2 Juanda Airport

    Get PDF
    The movement of aircraft and passengers at Juanda international airport is increasing every year. In 2012, the air side infrastructure of Juanda airport almost reached the maximum capacity. In other side, PT. Angkasa Pura I as the operator of Juanda airport had planned to revitalize the Juanda airport terminal that located on the south side. This terminal was not operated for 8 years. The pavement of taxiway should be evaluated its strength. The evaluation method compared The Pavement Classification Number (PCN) of taxiway pavement with Aircraft Classification Number (ACN). If PCN value was higher than ACN value, so the taxiway pavement could serve aircraft movements. The pavement of taxiway on Juanda airport evaluated by using software COMFAA. Data input into the software COMFAA was the existing pavement structure and the movement of the aircraft that will to use south side of Juanda Airport Terminal. The scenario 1 result is the exiting pavement should be overlaid 7 inches to support The operational of Terminal 2 Juanda Airport. In other side, scenario 2 result showed that the existing taxiway pavement structure was able to hold the load of aircraft movements over 20 years. The PCN value is 80.2 dan the ACN values are 89.3 in the scenario 1 and 75 in the scenario 2

    Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Sriwedari Ekspress Jurusan Solo - Yogya

    Full text link
    Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya – Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan. Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya – Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Namun untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan Surat Keterangan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, perlu ditinjau dari segi faktor muat, jumlah penumpang yang diangkut, waktu tunggu penumpang, ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta dan Kenyamanan penumpang. Dalam penelitian digunakan metode survey untuk mendapatkan nilai – nilai dari kinerja kereta api Sriwedari berupa survey observasi atau pengamatan lapangan. Adapun analisis yang digunakan untuk perhitungan waktu tempuh, waktu henti dan waktu tunda menggunakan uji hipotesis 1 sample t-test, karena uji ini paling memenuhi untuk melihat diterima atau tidaknya keterlambatan dari waktu kereta. Sedangkan untuk perhitungan load factor dan Kenyamanan duduk dan berdiri berdasarkan perhitungan kapasitas dari Vukan R. Vuchic. Dari hasil analisis didapatkan waktu tempuh rata-rata untuk arah Yogyakarta selama 1 jam 14 menit dan untuk arah Solo selama 1 jam 12 menit. Waktu henti yang didapat dari seluruh jadwal perjalanan kereta arah Yogyakarta sebesar 3 menit, untuk arah Solo sebesar 5 menit. Waktu tunda dari seluruh perjalanan kereta Api Sriwedari untuk arah Yogyakarta didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit, untuk arah Solo didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Angka Kenyamanan untuk ruang berdiri sebesar 0,25 m2/space, dan angka Kenyamanan ruang duduk 0,203 m2/space. Kapasitas kereta api sebesar 680 penumpang. Load factor per kereta tertinggi untuk arah Solo terdapat pada nomor seri kereta AC 208 dengan load factor sebesar 57%, untuk arah Yogyakarta load factor tertinggi terdapat pada kereta dengan nomor seri AC 225 dengan load factor sebesar 55%. Load factor per ruas tertinggi arah Solo terdapat pada ruas Yogyakarta - Klaten sebesar 44%, sedangkan arah Yogya terdapat pada ruas Solo – Klaten sebesar 46%

    Transisi Pengelolaan Dari Sistem Paratransit Mikrolet Menuju Sistem Transit Bus Feeder

    Get PDF
    Sistem paratransit yang diterapkan pada 58 rute mikrolet Surabaya saat ini membebankan resiko finansial pada sopir. Hal ini menyebabkan sopir melakukan praktek pengaturan headway tak beraturan. Sistem transit yang akan diterapkan pada 35 rute angkutan bus feeder masa depan di Surabaya mensyaratkan adanya jadwal yang ditaati sehingga diperlukan pengelolaan yang baik, dimana hal ini memerlukan perubahan sistem pengelolaan.  Terdapat beberapa sistem pengelolaan transit yang telah diaplikasikan di berbagai kota dunia. Tujuan studi ini adalah memilih sistem pengelolaan agar tercipta penjadwalan yang ditaati, serta pengelolaan pada masa transisi agar sistem berjalan dan yang dirugikan sesedikit mungkin dengan menggunakan analisis multi kriteria. Hasilnya terpilih sistem pengelolaan sistem transit yang tepat untuk angkutan feeder di Surabaya, serta transisinya dari pengelolaan konvensional saat ini.  

    Taxiway Pavement Evaluation to Support the Operational of Terminal 2 Juanda Airport

    Get PDF
    The movement of aircraft and passengers at Juanda international airport was increasing each year. Juanda airport airside infrastructure was almost reaching the maximum capacity. So that, PT. Angkasa Pura I as the operator of Juanda airport planned to revitalize the Juanda airport terminal that located on the south side. This terminal was not already 8 years operating. The infrastructure to be evaluated was the strength of taxiway pavement.Juanda airport taxiway pavement evaluated by using software COMFAA. Data input into the software COMFAA was the existing pavement structure and movement of the aircraft that will use the terminal that in the south side of Juanda airport. The results showed that the existing taxiway pavement structure was able to hold the load of aircraft movements over 20 years. So that, to prepare a taxiway pavement in the south side of Juanda airport, PT. Angkasa Pura I need only overlay the existing taxiway pavement

    Improvement of Trip Attraction Model in Surabaya by Considering Geographical Weighting of City Centre Activity Function

    No full text
    It is challenging to have a trip attraction model that fits Surabaya's surveyed data due to unclear city centre structure. These include the centrum of concentric, corridors of sectoral, or several centres of multiple-nuclei structures. Also, the layout of residential areas has unconventional patterns. This is because the planned housing development area is wrongly inserted on kampong and sometimes lies in city centre. This paper examines the influence of single-centre districts, corridors, or multiple suburb centre structures on trip attraction. The analysis was conducted using origin-destination data from the household interview survey by The Transportation Board of Surabaya and several houses digitized from a relevant year's satellite image. The distance and position information was taken from the Google Earth application. The zonal analysis trip attraction model based on the sub-district zoning system was analysed using fixed trip production data and simulated independent variables. The independent variables included the zonal activity areas such as shops, offices, and industries in sub-district, while the dependent variables consisted of the straight distances from the sub-district to city centres. Several models were tested based on the dependent and independent variables. The results show that the combined zonal activity area and spatial variables have a stronger influence on zonal trip attraction than the conventional model using zonal labor and student variable, mainly based on the urban geographical pattern

    Studi Demand Pengembangan Moda Transportasi Angkutan Umum Berbasis Rel untuk Rute Stasiun Gubeng – Terminal 1 Bandara Juanda melalui Jalan DR. IR. H. Soekarno Surabaya

    Full text link
    Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta. Salah satu permasalahan transportasi yang terjadi di Surabaya adalah keterbatasan akses penghubung antara Stasiun Gubeng dengan Bandara Juanda yang hanya dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum yang telah ada seperti taksi dan bis damri. Apabila direncana untuk membuat angkutan umum berbasis rel yang menghubungkan antara Stasiun Gubeng-Bandara Juanda maka perlu ada analisis yang bertujuan untuk mengetahui besarnya demand yang memanfaatkan angkutan umum tersebut. Beberapa tahapan untuk mencapai tujuan tersebut. Tahap pertama adalah dengan melakukan kuesioner kepada para pengguna jasa angkutan umum dan kendaraan pribadi di lokasi tinjauan. Tahap kedua adalah menganalisis data yang telah terkumpul dengan menggunakan metode stated preference. Tahap ketiga adalah kompilasi data yang dilakukan terhadap angkutan umum berbasis rel dengan kendaraan pribadi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan regresi. Kompilasi data untuk pendekatan regresi ini dilakukan dengan menggunakan paket program regresi. Tahap keempat adalah memahami Perubahan nilai probabilitas pemilihan angkutan umum berbasis rel seandainya dilakukan Perubahan nilai atribut pelayanannya. Tahap terakhir adalah menganalisis jumlah masyarakat yang berpindah dari pengguna kendaraan pribadi menggunakan angkutan umum berbasis rel. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik penumpang, jumlah perpindahan penumpang menggunakan angkutan umum berbasis rel dari pengguna mobil pribadi terhadap perjalanan harian sebesar 1.361 dan perjalanan bandara sebesar 70, kemudian jumlah perpindahan dari pengguna angkutan umum lain menggunakan angkutan umum berbasis rel terhadap perjalanan harian sebesar 560 dan perjalanan bandara sebesar 13 dan dalam sepuluh tahun kedepan penumpang angkutan umum berbasis rel diramalkan sebesar 7.175 terhadap perjalan harian dan 174 terhadap perjalanan bandara

    Peningkatan Kemampuan Manajemen, Produksi, dan Pemasaran Jasa Bagi Wirausahawan Pemula Fotografi dan Videografi di Blitar

    Full text link
    Latar belakang permasalahan rintisan usaha baru, adalah belum dikenal dan masih minim pengalaman. Selain itu pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha juga sangat minim, wira usaha muda dengan bekal yang ada, membuka usaha jasa fotografi dan usaha jasa videografi. Hal berdasarkan hasil diskusi dengan mitra mereka ternyata belum memiliki rencana bisnis yang terstruktur. Selain itu wirausaha muda juga belum menyusun rencana pemasaran yang jelas. Pemahaman tentang product knowledge juga masih terbatas. Rencana bisnis adalah suatu dokumen yangdibuat seseorang yang ingin membuka bisnis atau seseorang yang sudah menjalankan bisnis. Rencana bisnis memberikan gambaran yang lengkap mengenai bisnis dan rencana-rencananya untuk kurun waktu tertentu (misalnya dari satu sampai lima tahun). Perencanaan pemasasaran (marketing planning) adalah suatu bagan dari suatu desain untuk mencapai suatu tujuan. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai bagi konsumen dalam kondisi tetap menguntungkan Perusahaan atau dalam konsep pemasaran saat ini, suatu hubungan yang saling menguntungkan.Melihat latar belakang pelaku yang minim dengan bekal pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola usaha, maka solusi pertama yang ditawarkan adalah membekali manajemen usaha. Secara komprehensif dilakukan dengan membekali pengetahuan dan praktek merencanakan usaha. Solusi ini diberikan untuk merumuskan kembali dengan lebih baik tentang usaha yang dijalankan. Kemudian mengidentifikasi masing-masing aspek bisnis yang dimilikinya. Dengan demikian mereka akan lebih memahami usaha yang akan dijalankannya. Solusi berikutnya adalah dibekali pengetahuan dan keterampilan menyusun rencana pemasaran. Dengan rencana pemasaran mereka akan dapat menerapkan sumber daya pemasaran untuk mencapai tujuan pemasaran. Dengan diwujudkannya tujuan pemasaransudah barang tentu akan mewujudkan tujuan usahanya
    corecore