13 research outputs found

    Food and Zinc Intake, and Determinant of Zinc Status among Pregnant Women in Leuwiliang and Cibungbulang Sub-Districts, District of Bogor

    Get PDF
    The objectives of this study were to analyze zinc status, nutrient dietary quality, zinc content, zinc intake, determinant of zinc status and implications for preventing zinc deficiency among pregnant women living in Leuwiliang and Cibungbulang sub-districts, district of Bogor. The research used base line data of 252 pregnant women from previous study entitled "Effect of Multi-nutrients Fortificated Food Supplement for Pregnant Women and Child Growth and Development in Leuwiliang and Cibungbulang". Additional data collected were local food potency, zinc content of 17 foods, and formal and nonformal local leaders opinion on future institution programs related to nutrition and health.Logistic regression was applied for determinants analysis

    Pelatihan Pemanfaatan Buku “Gizi Seimbang Remaja: Cegah Stunting” untuk Meningkatkan Pola Konsumsi Pangan Remaja

    Get PDF
    Prevalensi stunting di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR) yaitu sebesar 36,4%. Salah satu upaya untuk mencegah dan mengurangi prevalensi stunting yaitu mengajarkan kepada remaja tentang pola konsumsi pangan berdasarkan gizi seimbang. Pengabdian kepada masyarakat bertujuan meningkatkan pola konsumsi pangan remaja. Penyampaian materi pelatihan dilakukan di SMP N 1 Kampar Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar sedangkan praktik dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Riau di Jl. Melur 103 Kota Pekanbaru. Kegiatan dilakukan bulan Februari s.d. Agustus 2022. Peserta pelatihan yaitu siswa sebanyak 12 orang. Praktik penyelenggaraan makanan dilakukan sebanyak 3 kali. Praktik Penilaian pola makan remaja dilakukan menggunakan kuesioner pre dan post test. Pertanyaan berkaitan dengan jenis, jumlah dan frekuensi makan. Penilaian keterampilan remaja dalam penyelenggaraan makanan observasi menggunakan daftar tilik. Hasil dari kegiatan yaitu terjadi peningkatan pola konsumsi pangan remaja sebanyak 6,7% dari 82,7 menjadi 89,4%. Peningkatan terlihat pada frekuensi konsumsi pangan dari 75% mejadi 80%. Jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi remaja sebelum pelatihan terlihat sudah baik dengan nilai di atas 80%. Rata-rata praktik pengolahan menu seimbang remaja sudah termasuk kategori baik dengan nilai di atas 80%.  Kesimpulan dari kegiatan ini yaitu terjadi peningkatan pola konsumsi pangan remaja setelah mengikuti kegiatan Pelatihan Pemanfaatan Buku “Gizi Seimbang Remaja: Cegah Stunting”.  Jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi remaja sudah baik sejak sebelum pelatihan.  Adapun frekuensi konsumsi pangan remaja menjadi baik setelah pelatihan

    IS URINARY CREATININE ASSOCIATED WITH WASTING IN NEONATES

    Get PDF
    Objective: To analyze the correlation between creatinine urine and wasting in neonates.Methods: The study was cross sectional by involving 35 healthy neonates aged 1–3 days that were born at Pekanbaru Andini Hospital, Indonesia, on August to September 2014. Body length gauges, digital weighing scale, family socioeconomic questionnaires, pediatrics urine collection bag, and creatinine urine were used to collect the data. We used two indicators (creatinine urine and weight/height [WH]) as a parameter in this study. Pearson correlation (significance p<0.05 and p<0.01) was applied for statistical analysis.Results: There was no wasting neonates, WH z-score (WHZ) >-2 SD. The concentrations of absolute creatinine urine excretion were about 11.1–167.2 mmol/day, and creatinine urine excretion related to body weight was about 4.08–50.06 mmol/Kg/day. Bivariate analysis obtained that there were negative significant correlation between the absolute creatinine urine (r=−0.357, p=0.035) and creatinine urine – body weight (r=−0.482, p=0.003) with WH. Creatinine urine measurement is a sensitive biomarker of renal and total muscle mass that can be used as a child's growth biomarker.Conclusion: The creatinine urine was associated with wasting in neonates therefore can be used as a growth biomarker

    POLA KONSUMSI PANGAN DAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI ANAK STUNTING DAN TIDAK STUNTING 0—23 BULAN

    Get PDF
    ABSTRACTThe objectives of this study were to analyze food consumption, energy, and nutrients intake patterns between stunting and non-stunting in young children of 0—23 months old, using the data from BHR (Basic Health Research) 2010. The data sub-set from BHR 2010 was obtained into e-files form. From 6 634 under-two children 3 539 were screened out due to incompleteness, outlier, and unusual food consumption during data collection. Nutritional status data were processed using the WHO AnthroPlus 2007, while the other data/statistics were processed using the Excel and SPSS for windows. The different on food consumption pattern was performed with Man-Whitney U test. Food consumption, energy and nutrients intake patterns which measured were type number of food consumption, group number of food consumption, frequency of food consumption, nutrient adequacy, nutrient quality, and nutrients density. The results of study showed that analyze food consumption, and energy and nutrients intake patterns were different between stunting and non-stunting YC according to their age group; the higher the age, the higher their difference. There was no difference in food consumption, and energy and nutrients intake patterns between stunting and non-stunting children 0—5 months. Meanwhile, there was difference in children 6—11 and 12—23 months. The average of protein adequacy and protein density was difference between stunting and non-stunting children 6—11 months. In children 12—23 months, the differences not only in the average of protein adequacy and protein density but also in average of energy and calcium adequacy and calcium density, phosphor, vitamin A, and C adequacy, nutrient quality, and type number of food. Implications for Indonesia that is necessary to study the efficacy of nutritional interventions to achieving optimal linear growth in young children.Key words: children 0—23 months old, food pattern, stuntingABSTRAKPenelitian ini bertujuan menganalisis pola konsumsi pangan dan asupan energi dan gizi anak stunting dan tidak stunting 0—23 bulan menggunakan data Riskesdas 2010. Sub-set data Riskesdas 2010 diperoleh dalam bentuk e-files. Dari 6 634 data anak baduta dalam e-files Riskesdas 2010, sejumlah 3 539 data anak dikeluarkan karena data tidak lengkap, pencilan, konsumsi pangan saat kondisi tidak biasa. Status gizi diolah menggunakan WHO AntroPlus 2007, pengolahan data lainnya menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows. Uji beda pola konsumsi pangan menerapkan Mann-Whitney U test. Pola konsumsi pangan dan asupan energi dan zat gizi yang diukur berupa jumlah jenis konsumsi pangan, jumlah kelompok konsumsi pangan, frekuensi konsumsi pangan, tingkat kecukupan zat gizi, mutu gizi asupan pangan, dan densitas asupan zat gizi. Hasil kajian menunjukkan pola konsumsi pangan dan asupan energi dan zat gizi anak stunting dan tidak stunting 0—23 bulan berbeda menurut kelompok umur; semakin bertambah umur semakin meningkat perbedaannya. Pada anak 0—5 bulan tidak ada perbedaan pola konsumsi pangan dan asupan energi dan gizi anak stunting dan tidak stunting; sebaliknya pada anak 6—11 dan 12—23 bulan. Pada anak 6—11 bulan, rata-rata tingkat kecukupan protein anak stunting dan tidak stunting berbeda, demikian pula densitas asupan protein. Pada anak 12—23 bulan, tidak hanya rata-rata tingkat kecukupan protein dan densitas asupan protein, tetapi rata-rata tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan kalsium dan densitas asupan kalsium, tingkat kecukupan fosfor, tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, mutu gizi makanan, dan bahkan jenis pangan juga berbeda. Implikasi untuk Indonesia yaitu perlu dilakukan penelitian efikasi intervensi zat gizi tersebut untuk pencapaian pertumbuhan linier optimal anak.Kata kunci: anak 0—23 bulan, pola konsumsi pangan, stuntin

    Gizi Bayi : Buku Saku

    No full text
    xiv, 78 hlm.; 21 cm

    Buku Saku Gizi Bayi

    No full text
    xiv, 78 hlm.; 14 x 21 cm

    Gizi Seimbang Anak : Cegah Stunting

    No full text
    x, 140 hlm.; 14 x 21 cm

    Buku Saku Gizi Bayi

    No full text
    xiv, 78 hlm

    Buku saku gizi bayi

    No full text

    The The Food Processing Training Based on Balanced Nutrition Menu for Stunting Children Age 10-15 Years Old : The Food Processing Training Based on Balanced Nutrition Menu

    No full text
    Stunting is one of the global nutritional problems, including in Indonesia. This study aims to increase the knowledge and skills of stunting adolescents about processing balanced nutritious food. The activity was carried out face-to-face 5 times. Food supply activities are assessed by means of observation to determine the effectiveness of the counseling provided. Prior to the training, stunting youth knowledge about balanced nutritious food was still low, namely 53% answered questions correctly; Teenagers' knowledge of the basics of food processing based on balanced nutrition is included in the sufficient category, as many as 60% of respondents know about vegetable processing, cooking water, and insight into the food processing profession. After completing the training, adolescents are able to process food based on balanced nutrition, namely providing breakfast, morning snacks, lunch, afternoon snacks, dinner and evening snacks. It is necessary to conduct a campaign about the importance of youth having the skills to organize food.Stunting merupakan salah satu permasalah gizi global, termasuk di Indonesia. Peneltian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja stunting tentang mengolah makanan bergizi seimbang. Kegiatan dilakukan secara tatap muka sebanyak 5 kali. Kegiatan penyediaan makanan dilakukan penilaian dengan cara observasi untuk mengetahui efektifitas penyuluhan yang diberikan. Sebelum dilakukan pelatihan, pengetahuan remaja stunting tentang makanan bergizi seimbang masih rendah yaitu 53% menjawab pertanyaan dengan benar; pengetahuan remaja tentang dasar-dasar pengolahan pangan berdasarkan gizi seimbang termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 60% responden mengetahui tentang pengolahan sayur, memasak air, wawasan tentang profesi pengolah makanan. Setelah mengiktu pelatihan remaja mampu mengolah makanan berdasarkan gizi seimbang yaitu menyediakan sarapan, snack pagi, makan siang, snack siang, makan malam dan snack malam. Perlu melakukan kompanye tentang pentingya remaja mempunyai keterampilan menyelenggarakan makanan. &nbsp
    corecore