13 research outputs found

    FOLK SENTIMENT ON VOC AND DUTCH COLONIAL: Syekh Lemah Abang Discourse in Colonial Period of Cirebon

    Get PDF
    The controversy of Syekh Lemah Abang in Cirebon manuscripts occurs in his ambiguous narrative. This ambiguity of Syekh Lemah Abang narrative refers to the anachronism of historiography of manuscript. Based on this narrative ambiguity and anachronistic story, this research answer the question of what is relationship between story of Syekh Lemah Abang of 16th century. and the situation of Cirebon people in VOC and Dutch colonial Era in 18th century. the time when the manuscripts on it are produced and reproduced.First, political history of Cirebon society is covered by domination of the foreign ruler. Only in the period of Sunan Gunung Jati until Panembahan Ratu II is an independence occurred in Cirebon. This situation was expressed in the narrative of Syekh Lemah Abang by presenting opposition between “Islamic state” represented by Wali Songo, and “the deviate community” represented by Syekh Lemah Abang 16th century. Second, resurrection of Syekh Lemah Abang narrative is the call for resurgence of Cirebon society against VOC and Dutch colonial domination. Syekh Lemah Abang and Wali Songo, both of them are the riches and heritage of Cirebon society. This resurrection answer the unrest feeling against the domination of VOC and Dutch colonial in 18th, the time when the manuscript on Syekh Lemah Abang written and reproduced

    TRADISI HAUL DI PESANTREN (KAJIAN ATAS PERUBAHAN-PERUBAHAN PRAKTIK HAUL DAN KONSEP YANG MENDASARINYA DI BUNTET PESANTREN, KECAMATAN ASTANAJAPURA KABUPATEN CIREBON TAHUN 2000-2019)

    Get PDF
    Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya dan tradisi. Selain tradisi keilmuan dan sufistik, pesantren juga memiliki kultur yang khas. Salah satu ciri khas tradisi pesantren yang dianggap sakral dan dilaksanakan dalam rangkaian tahlil, pengajian dan sedekah adalah haul. Seiring dengan perkembangan zaman, haul di Buntet Pesantren mengalami perubahan dan perkembangan baik dalam tata cara maupun konsep yang mendasarinya. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perubahan praktik haul di Pesantren Buntet Cirebon dari waktu ke waktu dan bagaimana konsep yang mendasari perubahan praktik haul itu terjadi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang merupakan sebuah metode yang menjelaskan dan mengungkap makna konsep dan pengalaman, terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan praktik haul yang terjadi di Buntet Pesantren dan konsep apa yang mendasarinya. Sementara itu, landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi pengetahuan Emile Durkheim yang hasilnya menunjukkan bahwa praktikpraktik haul yang terjadi dari tahun ke tahun semakin berkembang dalam hal cara pelaksanaannya. Dimana sebelumnya, haul dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan bersifat ukhrawi. Akan tetapi seiring perkembangan zaman dan globalisasi, sakralitas haul menjadi tergeser dan bersifat biasa saja bahkan cenderung bersifat duniawi

    BIAS GENDER DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN BUNTET DAN KEBON JAMBU BABAKAN CIWARINGIN CIREBON (Studi Kritis Fenomenologis Budaya Patriakhi)

    Get PDF
    Penelitian ini berkaitan dengan isi dan implementasi kurikulum pendidikan di Pesantren Buntet Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif (penelitian lapangan) dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang meliputi reduksi, penyajian data (penyajian data), dan verifikasi (penarikan kesimpulan). Dasar teoretis yang digunakan oleh penulis adalah teori ketidakadilan gender Mansour Fakih, yaitu subordinasi, marginalisasi, stereotip, kekerasan, dan beban ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  ada bias gender, ini dapat dilihat dari komponen kurikulum yang memiliki empat jenis, yaitu tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Penulis menemukan tiga aspek bias gender dalam implementasi kurikulum pendidikan di pesantren Buntet dan Kebon Jambu

    EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN ABU BAKAR MUHAMMAD BIN ZAKARIA AL-RAZI TENTANG KENABIAN

    Get PDF
    Menurut al-Razi, ada tiga sumber pengetahuan, yaitu; logika, tradisi para pendahulu dan naluri yang membimbing manusia tanpa perlu banyak berpikir. Berdasarkan ketiga sumber pengetahuan ini, maka ukuran kebenaran yang dipegang oleh al-Razi lebih dekat dengan apa yang dipegang dalam pandangan modern sebagai seorang yang positif. Karena, kecenderungannya pada hal-hal mengenai eksperimen seperti yang dijelaskan dalam buku alHawi. Dia mengakui bahwa nubuat adalah karunia dari Tuhan, tetapi potensi untuk setiap pikiran manusia adalah sama. Jadi, tidak ada yang bisa mengklaim bahwa ia diberkati dengan kecerdasan tinggi sejak lahir termasuk seorang Nabi. Untuk alasan ini, itu tidak benar dan dapat dibenarkan pandangan yang menyatakan bahwa al-Razi adalah ateis atau mulhid (bidat), karena sebenarnya dia adalah seorang pemikir bebas

    MITOS RELIGIUS YANG TERDAPAT DALAM IKLAN SARUNG MANGGA VERSI MENCARI CALON MENANTU

    Get PDF
    Seperti iklan lainnya, versi iklan sarung Mangga mencari calon menantu, menyimpan ideologi tertentu yang digunakan untuk menarik konsumen. Di mana dalam iklan ini ada tanda, petanda dan penanda yang sangat menarik untuk dipelajari. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan karena mengacu pada sumber perpustakaan. Studi ini menggunakan teori analisis mitos semiotik Roland Barthes dan analisis ideologis Louis Althusser. Penelitian ini menjelaskan bahwa versi Sarung Mangga Mencari Calon Menantu memasukkan mitos yang sudah ada di masyarakat, yaitu mitos agama yang ditanamkan dalam produk komoditas, yaitu sarung. Mitos agama yang terkandung dalam iklan terdiri dari banyak tanda dalam iklan yang saling berkelanjutan, yaitu stereotip dalam lajang, dominasi patriarki dan religiusitas dalam sebuah sarung. Ideologi ini direpresentasikan dalam mitos yang melekat pada tanda-tanda dalam iklan dalam bentuk verbal dan nonverbal

    Para Pejuang Perempuan Dalam Sejarah Awal Penyebaran Islam Di Cirebon (Studi Pendekatan Filsafat Sejarah Kritis)

    Get PDF
    Cirebon dikenal sebagai kota wali, karena dalam sejarahnya, Cirebon merupakan pusat pertemuan para Wali Sanga untuk memusyawarahkan strategi-strategi dakwah di Indonesia, khususnya Tanah Jawa. Syekh Nurjati adalah guru para Wali Sanga. Suatu tempat bernama Puser Bumi di Gunung Sembung, Amparan Jati adalah tempat yang sangat bersejarah, tempat bertemunya para wali tersebut. Para Wali Sanga yang diakui di Indonesia semua laki-laki. Akan tetapi sesungguhnya, di balik peran para Wali Sanga, ada peran para wali perempuan yang tidak bisa dipandang enteng peran pentingnya.. Akan tetapi, permasalahannya peran para Wali perempuan tidak pernah diangkat, disosialisasikan, baik secara lisan maupun tulisan. Tentu ini mereduksi keberadaan dan peran mereka yang sangat menentukan. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif, memakai metode hermeneutika wilhem Dilthey, karena banyak menggunakan sumber data naskah sejarah. Wawancara pada para sesepuh pihak keraton juga dilakukan untuk triangulasi sumber data. Data yang telah diperoleh diolah secara reduktif dan display, dikuatkan dengan analisis triangulasi. Untuk alat analisis terhadap data penulis menggunakan teori filsafat sejarah kritis Wilhem Dhilthey. Temuan: Perempuan hebat dan mulia yang ikut berperan penting dalam pengembangan Islam di Cirebon di masa awal, antara lain, pertama Hadijah, cucu dari Haji Purwa Galuh, yakni Raden Bratalegawa. Setelah menikah dengan Syekh Nurjati, harta kekayaan Hadijah diserahkan pada suaminya untuk membangun pondok pesantren pertama dan tertua di Pasambangan Jati atau bukit Amparan Jati Cirebon. Tokoh lainnya, Putri Aci Bedaya, putri raja Pejajaran, yang dinikahi Sultan Bagdad. Siti Rara Bagdad putri dari Sultan Bagdad juga memiliki peran penting

    FOLK SENTIMENT ON VOC AND DUTCH COLONIAL: Syekh Lemah Abang Discourse in Colonial Period of Cirebon

    No full text
    The controversy of Syekh Lemah Abang in Cirebon manuscripts occurs in his ambiguous narrative. This ambiguity of Syekh Lemah Abang narrative refers to the anachronism of historiography of manuscript. Based on this narrative ambiguity and anachronistic story, this research answer the question of what is relationship between story of Syekh Lemah Abang of 16th century. and the situation of Cirebon people in VOC and Dutch colonial Era in 18th century. the time when the manuscripts on it are produced and reproduced.First, political history of Cirebon society is covered by domination of the foreign ruler. Only in the period of Sunan Gunung Jati until Panembahan Ratu II is an independence occurred in Cirebon. This situation was expressed in the narrative of Syekh Lemah Abang by presenting opposition between “Islamic state” represented by Wali Songo, and “the deviate community” represented by Syekh Lemah Abang 16th century. Second, resurrection of Syekh Lemah Abang narrative is the call for resurgence of Cirebon society against VOC and Dutch colonial domination. Syekh Lemah Abang and Wali Songo, both of them are the riches and heritage of Cirebon society. This resurrection answer the unrest feeling against the domination of VOC and Dutch colonial in 18th, the time when the manuscript on Syekh Lemah Abang written and reproduced

    Folk sentiment on VOC and Dutch colonial: Syekh lemah Abang discourse in colonial period of Cirebon

    No full text
    Kontroversi Syekh Lemah Abang dalam manuskrip Cirebon terjadi pada narasi ambigunya. Ambiguitas narasi Syekh Lemah Abang menacu pada historiografi anakronisme naskah. Berdasarkan ambiguitas narasi dan cerita anakronistik ini, penelitian ini menjawab pertanyaan tentang apa hubungan antara kisah Syekh Lemah abang pada abad ke-16 dan situasi masyrakat Cirebon pada masa VOC dan masa kolonial Belanda pada abad ke-18, saat naskah diproduksi dan direproduksi. Pertama, sejarah politik masyarakat Cirebon ditutupi oleh dominasi penguasa asing. Hanya di periode Sunan Gunung Jati hingga Panembahan Ratu II saja independensi terjadi di Cirebon. Keresahan perasaan pada situasi tersebut diwujudkan pada narasi dari Syekh Lemah Abang menghadirkan pertentangan antara "negara Islam" yang diwakili oleh Walisongo, dan "masyarakat menyimpang" diwakili oleh Syekh Lemah Abang, dalam periode kehidupan mereka sendiri, yakni pada abad ke-16. Kedua, kebangkitan narasi Syekh Lemah Abang adalah panggilan untuk kebangkitan masyarakat Cirebon terhadap VOC dan dominasi kolonial Belanda. Syekh Lemah Abang dan Walisongo, merupakan kekayaan dan warisan masyarakat Cirebon. kebangkitan ini menjawab keresahan perasaan terhadap dominasi VOC dan kolonial Belanda di abad ke-18, saat naskah pada Syekh Lemah Abang tertulis dan direproduksi

    STRATEGI TRANSFORMASI SOSIAL NABI MUHAMMAD SAW DALAM PIAGAM MADINAH (619-622 M)

    No full text
    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi dan mendeskripsikan lebih dalam tentang konsep strategi dakwah Nabi Muhammad SAW  sehingga terbentuk Piagam Madinah.Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan pendekatan kualitatif biografi. Objek penelitian ini adalah Sirah Nabawiyah Ibn Ishak tahqiq Ibn Hisyam. Kerangka teori yang digunakan adalah prespektif filsafat sosial Antonio Gramsci. Pengumpulan data dilakukan dengan merujuk literature yang berkaitan dengan fokus penelitian. Teknik analisa data yang digunakan melibatkan kerangka teori sebagai alat analisa terkait objek yang diteliti.Hasil temuan dan analisis penelitian menunjukan bahwa: Strategi transformasi sosial Nabi Muhammad SAW membangun kesepakatan dengan masyarakat Madinah dalam dakwahnya menggunakan empat strategi: strategi pewacanaan, strategi pemetaan intelektual organik, strategi pengorganisiran intelektual organik dan counter hegemony terhadap hegemoni Yahudi.Kata Kunci: Nabi Muhammad SAW, Counter Hegemon
    corecore