19 research outputs found

    Hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan menjalankan pola hidup sehat pada pasien pasca intervensi koroner perkutan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

    Get PDF
    Latar belakang : Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan ancaman serius bagi kehidupan seseorang. Salah satu penatalaksanaan PJK adalah dengan intervensi koroner perkutan (IKP), akan tetapi tindakan IKP tetap mempunyai risiko mengalami kekambuhan, karena adanya faktor risiko PJK yang dimiliki sebelumnya. Dalam menurunkan faktor risiko tersebut, salah satunya dapat diatasi dengan cara menjalankan pola hidup sehat pasca IKP. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan pola hidup sehat pada pasien pasca IKP. Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah pasien pasca IKP yang sedang berobat di Instalasi Pelayanan Jantung. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, yaitu sebanyak 48 responden di Instalasi Pelayanan Jantung RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Instrumen yang digunakan terdiri dari; modifikasi instrumen Heart Disease Fact Questionnaire (HDFQ) dan instrumen Medication Adherence Scale (MAS) dengan menggunakan analisis data uji chi-square. Hasil : Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan (x2=12,800, p=0,000) terhadap kepatuhan menjalankan pola hidup sehat. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan dalam menjalankan pola hidup sehat.. Saran dari penelitian ini perawat sebaiknya memperhatikan pengetahuan pasien saat memberikan intervensi dalam meningkatkan kepatuhan menjalankan pola hidup sehat pada pasien pasca IKP. Kata Kunci : Intervensi koroner perkutan (IKP) , kepatuhan, penyakit jantung koroner (PJK), pola hidup sehat

    Intervensi masalah nutrisi pada masa kehamilan : studi literatur

    Get PDF
    Latar belakang: Asupan gizi yang tidak adekuat pada masa kehamilan akan mempengaruhi tumbuh kembang dan dapat menyebabkan stunting pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui intervensi yang dapat diberikan untuk mencegah kurang gizi pada ibu hamil sehingga dapat mencegah stunting pada anak yang dilahirkan. Metode: Metode yang digunakan scoping review dengan menelaah beberapa literatur yang terkait dengan intervensi gizi ibu hamil untuk mencegah ibu hamil kurang gizi sebagai salah satu faktor resiko stunting. Database yang digunakan untuk pencarian literatur adalah Google Scholar, Pubmed, EBSCOhost dan Proquest. Kata kunci yang digunakan yaitu intervensi, gizi, ibu hamil dan stunting. Jumlah literatur yang digunakan 18 artikel penelitian yang relevan yang dinilai dengan critical appraisal cheklis dari JBI. Hasil: Artikel tersebut terdiri dari 4 jenis intervensi yaitu pemberian makanan tambahan (PMT), suplemen zat gizi, konseling atau edukasi gizi dan kombinasi. Keempat intervensi berpengaruh terhadap ibu hamil dan anak yang dilahirkan. Kesimpulan: Intervensi ini dapat diaplikasikan pada ibu hamil untuk menurunkan resiko stunting pada anak yang dilahirkan dan diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait intervensi-intervensi tersebut agar angka kejadian stunting di Indonesia dapat menurun

    SWAMEDIKASI PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

    Get PDF
    Irrational use of antibiotics in self-medication often occurs in various groups, including students. Inappropriate use of antibiotics and self-medication can threaten health, such as unwanted drug reactions, risk of drug side effects, and antibiotic resistance. As future professional nurses, nursing students should be concerned about implementing rational self-medication before applying it to their patients. This descriptive study aims to identify the use of antibiotics among nursing students. Therefore, suitable implementation of self-medication is required. The sample in this study was the final year students of the Faculty of Nursing, Universitas Padjadjaran, recruited by purposive sampling technique, resulting in 188 students. The data were obtained quantitatively using google Forms. Then, the collected data were analyzed by descriptive analysis (frequency, percentage, average). The results showed the attitude of nursing students in self-medication using antibiotics. The majority of respondents used antibiotics when prescribed (88%), and more than half of respondents used antibiotics that had been prescribed (69%). The findings of this study can be used as primary data for further research related to the factors that influence students not to take antibiotics that have been prescribed to control the number of antibiotic resistance.Pemakaian antibiotik yang tidak rasional dalam swamedikasi sering terjadi di berbagai kalangan tidak terkecuali mahasiswa. Ketidaktepatan pemakaian antibiotik menyebabkan peningkatan resiko efek samping obat serta resistensi antibiotik. Mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi perawat professional perlu mendukung pelaksanaan swamedikasi secara rasional sebelum mengimplementasikannya kepada pasien. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana Pemakaian antibiotik di kalangan mahasiswa keperawatan. sehingga diperlukan implementasi swamedikasi yang tepat. Sampel pada penelitian yaitu Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran secara purposive sampling sebanyak 188 Metode pengumpulan diambil secara kuantitatif dengan menggunakan google form. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif (frekuensi, persentase, rata-rata, dll). Hasil penelitian menunjukan bahwa swamedikasi pemakaian antibiotik yang dilakukan responden yaitu mayoritas responden menggunakan antibiotik ketika diresepkan (88%) dan lebih dari setengah responden menghabiskan antibiotik yang telah diresepkan (69%). Temuan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk dilakukan penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang mempengaruhi  mahasiswa tidak menghabiskan antibiotik yang telah diresepkan dalam upaya pengendalian angka resistensi antibiotik..

    PENGETAHUAN, SIKAP DAN KESIAPAN MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS DALAM PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE

    Get PDF
    Kebutuhan perawat profesional dapat dicapai melalui program profesi ners yang merupakan bagian dari program pendidikan keperawatan, dimana didalamnya terjadi proses pembelajaran klinik untuk menciptakan perawat profesional yang kompeten. Salah satu peran perawat professional adalah terus mengupdate keilmuan dengan cara menelaah jurnal terbaru untuk mengekplorasi intervensi keperawatan terbaik bagi pasien sehingga mendapat hasil yang optimal. Mahasiswa program profesi ners pada saat jenjang pendidikan perkuliahan telah terlatih untuk menelaah kasus dengan menggunakan metode EBP, namun belum terdapat evaluasi terkait pemahaman mahasiswa terhadap metode tersebut serta penerapannya pada tatanan praktik klinik. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengetahuan, sikap dan kesiapan mahasiswa dalam penerapan evidence based practice (EBP) pada pasien kelolaan di stase keperawatan medikal bedah.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa program profesi ners yang sedang menjalankan praktik klinik dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling, yaitu sebanyak 120 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Evidence Based Practice Questionnaire (EBPQ) dengan menggunakan analisis deskriptif (frekuensi, persentase, rata-rata, dll)Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan mahasiswa pada konsep Evidence based practice adalah baik sebanyak (68%), sebagian besar responden memiliki sikap yang positif (85%) dan lebih dari setengah responden mempunyai kesiapan yang cukup sebanyak (59%). Temuan hasil penelitian ini adalah penting untuk rekomendasi masukan terkait mengembangkan bahan ajar pada lingkup pendidikan keperawatan terkait praktik keperawatan dalam memberikan pelayanan terbaik untuk pasie

    The Relationship Between Stress Level and Sleep Paralysis During COVID-19 among Final-Year Nursing Students

    Get PDF
    World Health Organization warns that stress will increase due to the COVID-19 pandemic situation. Stress can disrupt sleep quality, and the potential for experiencing sleep paralysis is most common in students, which can reduce students' academic abilities. This study aimed to identify the correlation between stress levels and sleep paralysis in final-year nursing students during COVID-19.; The research design describes the correlation with a Cross-Sectional approach with a total sampling technique of 238 final-year nursing students. Data were analyzed using a chi-square test; Results: with Asymp.Sig 0.012˂0.05, there is a correlation between stress levels and sleep paralysis. More than half of 152 students (63.9%) with moderate stress levels experienced sleep paralysis, a small portion of 41 (17.2%) students with severe stress levels experienced sleep paralysis and students with mild stress levels 15 (6.3%) experienced sleep paralysis; Conclusions: in this study indicate that the highest stress level experiences sleep paralysis at moderate stress levels. Students are expected to further optimize the counseling activities held by the institution, and the institution can provide interventions such as progressive muscle relaxation therapy to reduce stress levels and sleep disturbances

    Karakteristik dan Efikasi Diri Keluarga Pasien dengan Infark Miokard

    Get PDF
    Infark miokard menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka kematian dan kecacatan di Indonesia. Perkembangan pengobatan telah banyak terbukti menurunkan angka kematian akibat infark mioard. Dukungan keluarga diperlukan untuk mengoptimalkan penderita patuh terhadap pengobatan dan menjalankan pola hidup sehat sebagai bagian dari rehabilitasi jantung. Efikasi diri menjadi penting dalam memberi dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik dan efikasi diri keluarga pasien dengan infark miokard di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang melibatkan 60 anggota keluarga pasien dengan infark miokard yang dirawat di CICU dan HCCU Rumah Sakit Hasan Sadikin. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling dan responden diminta untuk mengisi kuesioner. Hasil penelitian ini, usia rata-rata anggota keluarga pasien adalah 45,58 tahun dan mayoritas berjenis kelamin  perempuan. Hampir setengah dari keluarga pasien memiliki tingkat pendidikan SMA dan lebih dari setengah pasien memiliki riwayat keluarga terkait dengan penyakit jantung. Mayoritas anggota keluarga pasien tidak memiliki pengalaman dalam merawat pasien penyakit jantung sebelumnya. Skor rata-rata efikasi diri anggota keluarga untuk merawat pasien adalah 6,55. Kesimpulannya, memberikan intervensi kepada pasien dan keluarga sangat penting untuk meningkatkan efikasi keluarga dalam merawat pasien infark miokard pasca serangan. Kata kunci: Efikasi diri, infark miokard, karakteristik keluarga  Abstract Characteristics and Self-Efficacy of Family Care Giver of Patient with Myocardial Infarction in Indonesia. Myocardial infarction is one of the diseases that cause high mortality and disability in Indonesia. The development of treatment has been shown to reduce the incidence of death due to myocardial infarction. Family support is essential to optimize the patient's adherence to treatment and promote a healthy lifestyle as part of cardiac rehabilitation. Self-efficacy is important in providing family support. This study aimed to provide an overview of the characteristics and self-efficacy of family of patients with myocardial infarction in Indonesia. This study was a quantitative descriptive study involving 60 family members of patients with myocardial infarction hospitalized at CICU and HCCU in Hasan Sadikin Hospital. The sampling procedure in this study used convenience sampling techniques and respondents were asked to fill out a questionnaire. The average age of the patient's family members was 45.58 years and the majority was female. Nearly half of patients' families have high school education levels and more than half of patients have a family history of heart disease. The majority of patients' family members have no experience in treating heart disease patient previously. The average score for self-efficacy of family members to treat patients is 6.55. Conclusions is giving intervention to patients and families is very important to improve family efficacy in treating patients with myocardial infarction after an attack. Keywords: Self-efficacy, myocardial infarction, family characteristic

    Studi Kasus : Status Neurologi Pasien Space Occupying Lesion Dengan Hiv dan Toxoplasmosis Cerebri

    Get PDF
    Space occupying lesion merupakan desakan ruang yang diakibatkan peningkatan volume di dalam ruang intrakranial. Desakan ruang di intrakranial dapat mengakibatkan jaringan otak mengalami nekrosis sehingga dapat menyebabkan gangguan neurologik progresif. Pasien SOL dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri menunjukkan hampir 80-90% ditemukan memiliki kelainan neurologik. Tujuan : menganalisis karakteristik pasien dan menganalisis status neurologi. Metode : penelitian dekriptif dengan pendekatan studi kasus observasi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan lembaran ceklis yang merupakan kriteria status neurologis berdasarkan Nanda, lembar observasi dan MMSE. Hasil : Durasi mulai sakit yang di alami kedua pasien lebih dari 3 bulan dengan lama hari perawatan lebih dari 7 hari. Kedua pasien mempunyai riwayat penyakit penyerta yang sama dan baru mendapatkan terapi Atiretroviral setelah dirawat di rumah sakit. Gangguan status neurologis yang paling dominan tampak pada pasien Space Occupying Lesion dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri diantaranya : Keluhan sakit kepala, gangguan kognitif dan gangguan berbicara serta kelemahan otot. Saran : Monitoring status neurologi secara komprehensif merupakan bagian penting terutama pada pasien Space Occupying Lesion dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri, agar pelayanan yang diberikan akan lebih optimal dan berkualitas. Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh gangguan fungsi neurologi. Case Study : Neurology Status of Patients Space Occupying Lesion with HIV and Cerebri Toxoplasmosis. Space occupying lesion is the insistence of space caused by an increase in volume in the intracranial space. Pressure in the intracranial space can brain tissue to experience necrosis so that it can cause progressive neurologic disorders. SOL patients with HIV and Cerebri Toxoplasmosis show nearly 80-90% are found to have neurological abnormalities. Aims : To analyze patient characteristics and analyze neurological status. Method : Descriptive research with an observational case study approach. The sampling technique used was consecutive sampling. Data collection tools use checklist sheets which are neurological status criteria based on Nanda, observation sheets and MMSE. Results : Duration of pain started in both patients was more than 3 months with a length of treatment more than 7 days. Both patients had a history of the same comorbidities and had only received Atiretroviral therapy after being hospitalized. The most dominant neurological status disorders seen in Space Occupying Lesion patients with HIV and Cerebri Toxoplasmosis include: Complaints of headaches, cognitive disorders and speech disorders and muscle weakness. Suggestion: Monitoring Neurology Status comprehensively is an important part especially in the patient's occupying lesion with HIV, so that the service provided will be more optimal and quality. Thus, it can reduce the morbidity and mortality rates caused by impaired neurological functions.

    Studi Kasus: Status Pernafasan Pada Pasien Myasthenia Gravis di Ruang Azalea RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

    Get PDF
    Myasthenia gravis (MG) merupakan penyakit autoimun kronis yang dimediasi oleh antibodi terhadap acetylcholin receptor (AChR)  pada membran postsynaptic dari tautan otot saraf. Hilangnya situs AchR mengakibatkan kelemahan pada otot rangka yang berhubungan dengan pernafasan serta pergerakan ekstrimitas. Sebanyak 15 % – 20 % pasien dengan MG setidaknya mengalami satu kali myasthenic crisis. Myasthenic crisis  merupakan keadaan darurat medis yang terjadi akibat kelemahan otot-otot pernafasan sehingga pasien mengalami penurunan status pernafasan. Tujuan : untuk mengetahui gambaran karakteristik dan menganalisis status pernafasan pasien MG. Metode : penelitian dekriptif dengan pendekatan observasi studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan  consecutive sampling. Pengumpulan data dan pengkajian menggunakan form pengkajian asuhan keperawatan RSHS dan lembar observasi status pernafasan nursing intervention clasification. Hasil : karakteristik  pasien dalam studi ini adalah pasien MG dengan riwayat gagal nafas,  jenis kelamin perempuan, dengan klasifikasi klinis MG IIb dan IIIb. Hasil Kedua pasien mengalami keluhan kesulitan bernafass namun saat diobservasi pasien kedua mengalami dua kali gagal nafas karena melakukan aktivitas seperti berbicara lama, mengedan, dan tertawa berlebih yang mengakibatkan kelemahan pada otot-otot pernafasan sehingga terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan penurunan saturasi oksigen. Simpulan : edukasi yang tepat mengenai aktivitas serta observasi status pernafasan secara berkala dibutuhkan pasien MG agar dapat mengontrol dan mencegah terjadinya gagal nafas yang dapat menyebabkan kematian. Case Study: Respiratory Status of Patients Myasthenia Gravis at Azalea Room Hasan Sadikin Bandung Hospital. Myasthenia gravis (MG) is a chronic autoimmune disease that is mediated by antibodies to the acetylcholine receptor (AChR) in the post-synapses membrane of the neural muscle tissues.  Loss of the AchR site results in weakness in skeletal muscle associated with breathing and limb movements. A total of 15%-20% of patients with MG have suffered a one-time crisis. The Myasthenic crisis is a medical emergency that occurs due to the weakness of the respiratory muscles so that the patient experiences decrease in respiratory status. Objective: to determine the characteristics and analyze the respiratory status of MG patients. Method: Descriptive research with an observation approach to case studies. The sampling technique uses consecutive sampling. Data collection and assessment used the RSHS nursing care assessment form and an observation sheet about the classification status of nursing interventions. Results: The characteristics of the patients in this study were MG patients with a history of respiratory failure, female sex, with clinical classification of MG IIb and IIIb. Both patients had a history of respiratory failure but when observed the second patient experienced two symptoms of respiratory failure due to activities such as prolonged talking, straining, and excessive laughter which resulted in weakness in the respiratory muscles which resulted in an increase in respiratory frequency and decreased oxygen saturation.  Conclusion: proper education about the activity and observation of respiratory status regularly is needed by MG patients to be able to control and prevent respiratory failure which can cause death

    Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Tentang Perawatan Diri Pada Keluarga Pasien Bedah Laki-Laki

    No full text
    ABSTRAK  Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang. Kondisi seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena masalah kebersihan dianggap masalah kecil, akan tetapi jika hal tersebut dibiarkan terus dapat memengaruhi kesehatan secara umum. Tujuan dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri (personal hygiene). Pemeliharaan perawatan diri diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan terutama pada pasien bedah. Metode  pelaksanaan Program pengabdian Masyarakat ini adalah pendidikan dalam bentuk penyuluhan kesehatan yang dilakukan evaluasi melalui pretest dan posttest. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 25 orang, 10 orang mahasiswa. Tahapan kegiatan dimulai dari perencanaa, pelaksanaan kemudian evaluasi. Hasil kegiatan yaitu terdapat perubahan dalam pengetahuan (100%). Aspek keterampilan hampir semua peserta dapat mempraktekan cara perawatan diri pada pasien bedah (100%). Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai perawatan diri pada pasien bedah dapat dijadikan salah satu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dengan upaya perawatan diri pasien yang dirawat di pelayanan kesehatan. Diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan menjadi usaha promosi kesehatan dalam perawatan diri pada pasien di ruang perawatan bedah. Kata kunci: Bedah, Perawatan Diri    ABSTRACT  Personal hygiene is a very important thing and must be considered because it affects one's health and psychological well-being. Cleanliness is influenced by individual values and habits. A person's condition is sick, hygiene problems are usually less attention. This happens because hygiene problems are considered minor problems, but if left unchecked can continue to affect general health. The aim is to provide health education about personal care (personal hygiene). Self-care maintenance is needed for individual comfort, safety, and health especially in surgical patients. The method of implementing this Community Service Program is education in the form of health education which is evaluated through pretest and posttest. The number of participants who attended was 25 people, 10 students. Stages of activities start from the planning, implementation and then evaluation. The result of the activity is that there is a change in knowledge (100%). The skill aspects of almost all participants can practice self-care in surgical patients (100%). Health education activities regarding self-care for surgical patients can be used as an effort to prevent and control infection with self-care efforts for patients treated in health services. It is hoped that this activity can be carried out as a health promotion effort in self-care for patients in the surgical inpatient room. Key words: Personal hygiene, Surgica

    Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku tentang manajemen diet pada pasien hipertensi di Garut, Indonesia

    No full text
    Hypertension knowledge, attitudes, and behavior related to diet management among patient with hypertension in Garut-IndonesiaBackground: Hypertension is a non-communicable disease in which cases are still many in Indonesia. The knowledge, attitude and patient behavior with proper diet management would like to recover. Knowledge is something that can underlie or encourage someone to take action or behavior. The recommended hypertension diet for people with hypertension is the consumption of food that is low in salt, low in fat, increase fibre, increase potassium intake, do not consume cigarette, coffee and alcohol, increase consumption of vegetable and fruit.Purpose: To determine description of Hypertension knowledge, attitudes, and behavior related to diet management among patient with hypertension in Garut-IndonesiaMethod: A quantitative approach with the population were patient with hypertension in Guntur Health Center, the samples were of 159 respondent using accidental sampling techniques. The instrument used as a questionnaire which includes knowledge, attitude and behaviour. Data analysis used univariate analysis.Results: Showed that most respondents had a good level of knowledge of 152 (95,6%) respondent,159 people (100%) had a supportive attitude, and of 159 (100%) respondent had a positive behavior. Reported that there were some behaviours need to change or preserve as local wisdom such as reducing the consumption of full cream milk, biscuit and egg yolk and maintaining consumption of fruit, vegetable and food that contain low fat.Conclusion: Base on the result expected to use as a reference and learning both in the provision of health education or other nursing care for the knowledge, attitude and behaviour of hypertension sufferers about dietary.Keywords: Hypertension; Knowledge; Attitudes; Behavior; Diet management; Patient.Pendahuluan: Diet hipertensi merupakan salah satu penatalaksanaan hipertensi yang mudah untuk diubah. Diet hipertensi bisa meningkatkan status kesehatan seseorang, status kesehatan seseorang bisa dipengaruhi oleh perilaku. Faktor yang yang erat kaitanya dengan perilaku adalah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung akan membantu terlaksananya penatalaksanaan hipertensi dengan benar.Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku penderita hipertensi tentang manajemen diet.  Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif, populasinya semua pasien yang menderita hipertensi di wilayah Garut dengan jumlah sampelnya sebanyak 159 responden dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuesioner, yang meliputi: pengetahuan, sikap dan perilaku. Analisis data menggunakan analisis univariatHasil: Menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 152 orang (95,6%), sebanyak 159  (100%) responden memiliki sikap yang mendukung dan 159 (100%) responden memiliki perilaku yang positif.Simpulan: Ada beberapa perilaku yang harus ditingkatkan seperti mengurangi konsumsi susu full cream, biskuit dan kuning telur serta mempertahankan perilaku yang sudah baik seperti konsumsi buah, sayur dan makanan yang mengandung rendah lemak. 
    corecore