5 research outputs found

    Kegiatan Pengabdian Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kesadaran untuk mengurangi risiko Penyakit Kronis di Wilayah Tengger

    Get PDF
    Suku Tengger merupakan salah satu suku yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukapura yang masih mempertahankan tradisi leluhur seperti perayaan adat. Pada saat perayaan tersebut, masyarakat Tengger menyajikan makanan bersantan dan tinggi lemak. Hal itu diindikasi sebagai salah satu penyebab penyakit kronis yang menyerang usia pralansia dan lansia seperti hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas. Berdasarkan data dari puskesmas setempat, diketahui angka tersebut cukup tinggi sehingga tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk melakukan deteksi dini, pemeriksaan serta melakukan penyuluhan kepada warga setempat tentang masalah penyakit kronis. Kegiatan yang dilakukan antara lain analisis masalah dengan pihak puskesmas serta melakukan kerja sama, kemudian melaksanakan kegiatan berupa pemeriksaan kesehatan serta penyuluhan. Pemeriksaan dilakukan selama tiga hari untuk melakukan screening untuk memeriksa hipertensi, kadar gula darah, dan obesitas. Pasien yang ditemukan pada kondisi kronis dirujuk ke puskesmas setempat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan diberikan edukasi untuk melakukan pemeriksaan rutin. Kegiatan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) tetap dilakukan pada masyarakat. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat disusun dan dilaporkan pada pemerintah setempat

    PULMONARY AND EXTRAPULMONARY PATHOLOGICAL FEATURES IN PATIENTS WITH COVID-19

    No full text
    COVID-19, pertama kali muncul Desember 2019, di Wuhan, Cina menjadi pandemi global. Di Indonesia angka kematian akibat COVID-19 mencapai 3.797 jiwa. SARS-CoV-2 dapat menyebabkan berbagai manifestasi pernapasan, hepar, enterik, dan kulit. Meskipun angka kematian tinggi, namun patobiologi COVID-19 masih belum sepenuhnya dipahami. Pemeriksaan patologi anatomi bukanlah metode diagnosis  yang tepat, namun dapat menjelaskan perubahan patologis, patogenesis penyakit, dan penyebab kematian. Diagnosa definitif didasarkan pada deteksi RNA virus oleh RT-PCR. Patogenesis COVID-19 terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap asimptomatik, respons jalan nafas konduksi, perubahan menjadi ARDS. Virus COVID-19 terikat pada reseptor ACE-2 kemudian menimbulkan respons imun dan kerusakan jaringan. Gambaran patologis pada paru bisa diamati dengan metode sitologi, histopatologi, imunohistokimia dan pemeriksaan mikroskop elektron. Dari pemeriksaan sitologi didapatkan sebukan sel radang plasma dan intranuclear inclusion, namun infeksi virus lain seperti adenovirus dan influenza juga bisa menunjukkan gambaran yang serupa. Dari sediaan makroskopis paru bisa diamati adanya edema dan konsolidasi paru, sedangkan dari sediaan mikroskopis gambarannya adalah kerusakan alveolar difus. Infeksi COVID-19 juga dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal. SARS-CoV-2 ditemukan pada kasus dengan klinis diare. Gambaran patologis, tidak didapatkan kerusakan yang signifikan pada epitel mukosa saluran GI. Temuan makroskopis hepar berwarna merah gelap dengan hepatomegali. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan kongesti sinus hepatik dengan mikrotrombus, phlebosclerosis, tanda-tanda yang menunjukkan tekanan arterial. Manifestasi kulit hampir menyerupai infeksi virus pada umumnya, dengan gambaran mikroskopis perivascular dermatitis, trombus dan kerusakan pembuluh darah, serta degenerasi dan nekrosis keratinosit. Pada jantung didapatkan kardiomegali, dilatasi ventrikel kanan, serta degenerasi myosit dengan infiltrasi limfosit ringan. Plasenta menunjukkan gambaran fetal vascular malperfusion. Literature review ini merupakan sumbangsih dari ilmu Patologi Anatomi untuk para dokter dalam webinar series topik Early Case Finding & Prompt Treatment (5 level of prevention), membuka kemungkinan alternatif pemeriksaan selain RT-PCR sebagai definitive diagnosis tools, juga sebagai bahan kajian ulang terhadap kemungkinan port of entry lain COVID-19 di luar respiratory tract

    EKSPRESI BRAF DAN TERT PADA KASUS PAPILLARY THYROID CARCINOMA VARIAN KLASIK BERDASARKAN STRATIFIKASI RISIKO ATA

    Get PDF
    Latar Belakang: Papillary thyroid carcinoma (PTC) adalah keganasan tiroid terbanyak, lebih 80% dari kanker tiroid. Rekurensi mencapai 30% kasus. BRAF dan TERT berkaitan dengan sifat agresif pada kanker, keduanya terlibat pada patogenesis PTC dan telah menjadi target baru untuk terapi molekular. Sistem stratifikasi risiko ATA dinilai dapat menentukan risiko rekurensi pada PTC. Sampai saat ini belum ditemukan marker untuk menentukan risiko rekurensi PTC. Tujuan: Menganalisa korelasi ekspresi BRAF dan TERT terhadap stratifikasi risiko ATA pada kelompok-kelompok kasus PTC. Metode: Metode penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada 56 sampel PTC varian klasik di Departemen Patologi Anatomik RSUD.Dr.Soetomo periode Januari 2015 - Desember 2017 dengan parameter ATA yang terbagi menjadi kelompok risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi. Ekspresi dinilai dengan pewarnaan imunohistokimia menggunakan antibodi BRAF dan TERT monoklonal Santa Cruz. Korelasi antar variabel dianalisis dengan uji korelasi Spearman’s rho. Hasil: Didapatkan korelasi bermakna ekspresi BRAF (p=0,004) dengan nilai r= 0,374 dan TERT (p=0,032) dengan nilai r= 0,287 terhadap sistem stratifikasi ATA. Terdapat korelasi signifikan BRAF dan TERT terhadap stratifikasi risiko ATA pada kasus PTC varian klasik. Kesimpulan: Terdapat korelasi signifikan BRAF dan TERT terhadap stratifikasi risiko ATA pada kasus PTC varian klasik

    Analisis Ekspresi BRAF dan TERT pada Kasus Papillary Thyroid Carcinoma Berdasarkan Stratifikasi Risiko ATA

    Get PDF
    Abstract ABSTRAK Latar belakang Papillary thyroid carcinoma (PTC) adalah jenis keganasan tiroid terbanyak, lebih 80% dari kanker tiroid. Rekurensi mencapai 30% kasus. BRAF dan TERT adalah marker yang berkaitan dengan sifat agresif pada kanker, yang keduanya terlibat pada patogenesis PTC dan telah menjadi target baru untuk terapi molekular. Sistem stratifikasi risiko ATA dinilai dapat menentukan risiko rekurensi pada PTC. Sampai saat ini belum ditemukan marker yang dapat digunakan untuk menentukan risiko rekurensi PTC. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis korelasi ekspresi BRAF dan TERT terhadap stratifikasi risiko ATA pada kasus PTC. Metode Metode penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada 56 sampel PTC varian klasik di SMF Patologi Anatomik RSUD. Dr. Soetomo periode Januari 2015-Desember 2017 dengan parameter ATA yang terbagi menjadi kelompok risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi. Ekspresi BRAF dan TERT dinilai dengan pulasan imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal Santa Cruz. Korelasi antar variabel dianalisis dengan uji korelasi Spearman's rho. Hasil Pada penelitian ini didapatkan untuk masing-masing kelompok berdasarkan stratifikasi risiko ATA untuk risiko rendah sebanyak 13 sampel (23,20%), risiko sedang sebanyak 25 sampel (44,62%), dan risiko tinggi sebanyak 18 sampel (32,12%). Ekspresi BRAF (p=0,004) dengan nilai r=0,374 dan TERT (p=0,032) dengan nilai r=0,287 terhadap sistem stratifikasi ATA menunjukkan korelasi yang bermakna Kesimpulan: Ekspresi BRAF dan TERT menunjukkan korelasi signifikan terhadap stratifikasi risiko ATA pada kasus PTC varian klasik. Kata Kunci: papillary thyroid carcinoma, BRAF, TERT, stratifikasi risiko ATA. ABSTRACT Background Papillary thyroid carcinoma (PTC) is the most common malignancy in thyroid, accounting for more than 80% of all thyroid cancer. Rrecurrences of the disease reach 30% cases. It has been widely observed that BRAF and TERT is associated with aggressiveness behaviors in human cancer. Both are involved in the pathogenesis of PTC that may be used as targets for new therapies. American Thyroid Association (ATA) risk stratification can define the risk of recurrence in PTC. No marker has been found to determine the risk of PTC recurrence. The purpose of this study is to analyzed BRAF and TERT expression in ATA risk stratification system in PTC classic variant samples. Methods The methods of this study is an analytical observational study with cross sectional approach, conducted on 56 samples of PTC classic variant selected from Department of Anatomical Pathology Dr. Soetomo General Hospital between January 2015-December 2017 by determined criteria in ATA risk stratification groups of low risk, intermediate risk and high risk. The expression BRAF and TERT observed using immunohistochemical staining of Santa Cruz monoclonal antibody. Results The result for each group based on ATA risk stratification groups of low risk were 13 samples (23.20%), intermediate risk were 25 samples (44.62%) and high risk were 18 samples (32.12%). The correlation was assessed with Spearman's rho correlation test. There is significant correlation BRAF (p=0.004) with a value of r=0.374 and TERT(p=0.032) with a value of r=0.287 for ATA risk stratification. Conclusion BRAF and TERT expression showed significant correlation to ATA risk stratification in classic variant PTC

    Efektivitas Edukasi Pencegahan Napza Oleh Mahasiswa Kedokteran Dalam Meningkatkan Pengetahuan Generasi Muda Terkait Napza

    No full text
    ABSTRAK Narkoba atau NAPZA merupakan tantangan serius bagi generasi muda Indonesia. Kurangnya pengetahuan akan obat-obatan berbahaya ini dan dampaknya yang serius baik dari segi kesehatan dan ancaman hukum dapat menjadi salah satu faktor penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda. Salah satu komunitas yang menaungi banyak anak muda adalah Pelayanan Kasih Anak Bangsa. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh para anggota komunitas yaitu terbatasnya pengetahuan mitra tentang narkoba. Solusi dari permasalahan tersebut yang sudah disepakati dengan mitra adalah edukasi tentang narkoba, pemberian poster yang melibatkan mahasiswa kedokteran dalam menyampaikan materi terkait jenis narkoba, dampak narkoba dan pencegahan penyalahgunaan narkoba yang disampaikan kepada 30 orang peserta. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan  terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan (p=0,000). Sesudah mendapatkan materi dan tanya jawab, pengetahuan peserta terkait NAPZA semakin meningkat dari nilai rata-rata pre-test sebesar 70 menjadi nilai post-test dengan rata-rata 92,67. Hal ini menunjukkan edukasi yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran efektif untuk meningkatkan pengetahuan peserta. Saran kedepannya agar terdapat peran serta dari keluarga dan pemangku kebijakan lainnya untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda. Kata Kunci: Sosialisasi, Narkoba, Remaja, Pengetahuan, Pencegahan  ABSTRACT Drugs abuse are a serious challenge for Indonesia's young generation. Lack of knowledge about these dangerous drugs and their serious effects both in terms of health and legal threats can be one of the factors of drug abuse among young people. One of the communities that serves many young people is Pelayanan Kasih Anak Bangsa. This community service aims to overcome the problems faced by community members, namely the limited knowledge of partners about drugs. The solutions to these problems that have been agreed with partners are education about drugs and giving posters. All activities will involve medical students in conveying material related to types of drugs, the impact of drugs and prevention of drug abuse which are delivered to 30 participants. The results of community service show that there are differences in knowledge before and after the activity (p=0,000). After receiving the material and asking questions, participants' knowledge about drugs increased from the average pre-test value of 70 to the average post-test value of 92.67 This shows that the education conducted by medical students is effective in increasing participants' knowledge. Suggestion for the future, participation of families and other policy makers is very important to prevent drug abuse among the younger generation. Keywords: Socialitation, Drugs, Adolescent, Knowledge, Preventio
    corecore