2 research outputs found

    Penggunaan Indole Butirat Acid (IBA) untuk Induksi Akar Setek Amorphophallus titanum dan Amorphophallus gigas

    Get PDF
    Amorphophallus titanum dan Amorphophallus gigas merupakan flora endemik Sumatera yang terancam punah. Perbanyakan tanaman melalui setek dapat digunakan untuk menunjang kegiatan konservasi. Keberhasilan setek ditentukan oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk menginduksi terbentuknya akar, corm dan tunas, sehingga kajian tentang konsentrasi ZPT penting untuk dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi IBA terbaik untuk menginduksi akar dan corm pada A. titanum dan A. gigas. Penelitian telah dilakukan dari bulan Juli-Oktober 2022. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak lengkap dengan perlakuan konsentrasi IBA yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 5, 10, 15, 20 dan 25 mg L-1. Setek pada A. titanum menggunakan rachis dan petiole, sedangkan pada A. gigas hanya menggunakan rachis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setek petiole menunjukkan respons yang lebih baik dibandingkan dengan rachis dalam menginduksi terbentuknya akar pada A. titanum. Konsentrasi IBA 15 mg L-1 menghasilkan persentase berakar sebesar 80% pada setek petiole A. titanum dan 20% pada setek rachis A. gigas.Kata Kunci : biodiversitas, endemik, konservasi, punah, zat pengatur tumbuhAmorphophallus titanum and Amorphophallus gigas are endemic flora of Sumatera that are threatened with extinction. Plant propagation by cuttings can be used to support plant conservation. The success of cuttings is determined by the concentration of plant growth regulators (PGR) required to stimulate root, corms and shoot formation. Therefore, study about PGR concentrations is crucial for research. This study aimed to obtain the best concentration of IBA to induce roots and corms in A. titanum andA. gigas. The study was conducted from July-October 2022. The study was arranged based on a completely randomized design with IBA concentration treatment consisting of 5 levels: 5, 10, 15, 20, and 25 mg L-1. Cuttings in A. titanum use rachis and petiole, whereas in A. gigas only use rachis. The results showed that petiole cuttings showed a better response than rachis in inducing root formation. IBA concentration of 15 mg L-1 resulted in a rooting percentage of 80% in petiole cutting of A. titanum and 20% in rachis cutting of A. gigas.Keywords: biodiversity, conservation, endemic, extinct, plant growth regulato

    PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa var. ascalonicum L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM

    Get PDF
    Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dan menjadi devisa negara melalui perdagangan luar negeri. Peningkatan produktivitas bawang merah dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya dengan pengaturan penggunaan jarak tanam. Percobaan ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang pada bulan September sampai Desember 2019. Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa jarak tanam terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum L.). Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kelompok menggunakan 3 taraf perlakuan jarak tanam bawang merah yaitu : 15 cm x 10 cm, 20 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5 %. Jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel, maka dianalisis dengan uji lanjut DNMRT pada taraf α 5%. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan jarak tanam 15 cm x 10 cm memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Hasil per hektar tertinggi diperoleh dari penggunaan jarak tanam 15 cm x 10 cm yaitu 8,75 ton/ha, dan terendah 2,05 ton/ha pada jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dari hasil penelitian disarankan untuk menggunakan jarak tanam 15 cm x 10 cm dengan pemilihan waktu yang tepat. Kata kunci : bawang merah, jarak tanam, pertumbuhan dan hasil, produktivita
    corecore