PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PUSAT STATISTIK DI KALIMANTAN BARAT DENGAN WORK ENGAGEMENT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Organisasi membutuhkan pemimpin yang baik karena kepemimpinan sangat penting dalam sebuah organisasi. Apabila organisasi memiliki pemimpin yang baik maka organisasi dapat mencapai tujuannya, sebaliknya apabila organisasi tidak memiliki pemimpin yang baik maka organisasi akan mengalami kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Gaya Kepemimpinan  terhadap  Kinerja  pegawai di BPS Kalimantan Barat dengan Work engagement sebagai mediator. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratifikasi, proporsional dan purposive, dan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1: Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Hipotesis 2: Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap work engagement. Hal ini berarti semakin baik kepemimpinan di BPS Kalimantan Barat, maka work engagement pegawai semakin meningkat. Hipotesis 3: Work engagement berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini berarti semakin baik work engagement, maka kinerja  pegawai semakin meningkat. Berdasarkan hasil perhitungan dengan membandingkan nilai β1 (pengaruh langsung gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai) dan nilai β2×β3 (pengaruh tidak langsung gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai) diperoleh β1à0,103 dan (β2×β3)à0,231 sehingga β1<(β2×β3), dimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai  secara tidak langsung lebih besar dari pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai secara langsung, ini berarti bahwa work engagement mampu memediasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Work Engagement, Kinerja Pegawa

The Role of Immune System in Thalassemia Major: A Narrative Review

Abstract Context: Thalassemia is a genetic disorder of hemoglobin production. Patients with thalassemia major (TM) require regular blood transfusions to keep a compatible hemoglobin level for oxygenating organs. These patients suffer from different complications such as infections, autoimmunity and alloimmunization due to transfusion. Such complications link the immune system to TM pathogenesis. In the present study, we have reviewed the latest data available on interactions of TM pathophysiologic determinants and immune system components. Evidence Acquisition: A comprehensive search was performed on PubMed, Scopous, and Web of Knowledge databases using keywords thalassemia, immune system, autoimmune, alloimmune, adaptive immunity, innate immunity, complications, and immunesenescnce. Results: It seems that persistent antigenic stimulation and oxidative stress from excessive iron are the 2 main pathophysiologic factors of TM impacting the immune system. Regarding innate immunity, functional activity of neutrophils, and natural killer cells (NKCs) is decreased in TM. On the other hand, higher levels of TNF-α and IL-1β, IL-6, IL-8, and C-reactive protein proinflammatory cytokines have been observed in the serum of patients. TM patients have demonstrated higher ratios of regulatory B lymphocytes (CD19+, CD38+, CD24+), helper T cells, suppressor T cells, and T regulatory (CD4+/CD25+/Foxp3+) lymphocytes. TM patients have shown significant higher levels of IgA immunoglobin respective to normal counterparts that may predispose them to diabetes and coeliac disease. Immune cells, however, rendered lower than optimal activity in TM patients, which may be due to nutritional insuf- ficiencies. Potential relationships have been suggested between immune system and various thalassemia compilations including heart infraction, hypertension, atherosclerosis, diabetes, thyroid dysfunction, and osteoporosis. Conclusions: Immune genetic determinants may be involved in modulating the clinical picture of TM. TM patients generally represents with higher immune cell counts, likely as a result of persistent antigenic challenge from blood transfusions. However, these patients face compromised immune cell functions. The role of immunologic interactions in pathogenesis of TM needs to be further divulged in future studies

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG RAWAT JALAN DI RSIA PKU MUHAMMADIYAH CIPONDOH

Mutu pelayanan kesehatan merupakan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan setiap penduduk serta pelaksanaannya sesuai dengan standar pelayanan dan kode etik profesi. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien itu memuaskan atau tidak, Karena minat pelanggan untuk memakai jasa dari pemberi jasa sangat dipengaruhi oleh pengalaman kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan sebelumnya. Pelayanan keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas  dan  memenuhi lima dimensi mutu utama yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan minat kunjungan ulang Rawat Jalan di RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh. Desain Penelitian yang digunakan, yaitu deskriptif kuantitatif dengan pendekatan   Cross Sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner mutu pelayanan dan minat kunjungan ulang yang telah di uji Validitas dan reliabilitas. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Rawat Jalan RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh yang berjumlah 57 responden yang diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik analisa menggunakan uji Chi Square. Didapatkan hasil bukti fisik nyata pelayanan baik sebesar 71,9%, kehandalan pelayanan  baik  sebesar  78,9%,  daya  tanggap  pelayanan  baik  sebesar 98,0%, jaminan pelayanan baik sebesar 70,2% dan empati pelayanan baik sebesar 82,5%. Terdapat hubungan mutu pelayanan keperawatan bukt fisik nyata (P value=0,024), kehandalan (P value=0,041), daya tanggap (P value=0,016), jaminan (P value=0,030) dan empati (P value=0,040) dengan minat kunjungan ulang di RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh. Saran agar lebih memperhatikan kembali mutu pelayanan yang ada untuk meningkatkan minat kunjungan ulang dari setiap pengunjung rumah sakit

Direct growth of ternary copper nickel cobalt oxide nanowires as binder-free electrode on carbon cloth for nonenzymatic glucose sensing

A new binder free electrode based on ternary copper nickel cobalt oxide nanowires grown on the carbon cloth (CuNiCoO4 NWs@ carbon cloth) was prepared and characterized by field emission scanning electron microscopy (FE-SEM), x-ray diffraction (XRD), Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDX), and cyclic voltammetry (CV). The prepared electrocatalyst was directly used for electrochemical sensing of glucose without using enzyme. The effect of different parameters such as potential scan rate, switching potential, and glucose concentration on the electrochemical oxidation of glucose was investigated. The results showed that such an electrode presents excellent catalytic activity toward the oxidation of glucose in aqueous alkaline solution. Under optimum conditions, the potential application of the electrode was evaluated by applying it to the analytical determination of glucose concentration. The results revealed that the electrocatalytic current increased linearly with the glucose concentration in the range from 0.02 to 1.4 mM with a low detection limit of 6.5 μM and good sensitivity of as high as 1782 μA mM−1 cm−2 . Selectivity investigations demonstrate that the CuNiCoO4 NWs@CC electrode could be used for selective detection of glucose in the presence of interfering species. Real sample analysis shows reasonable RSD values implying negligible matrix effect in determination of glucose in human serum samples

Assessment of expression of interferon γ (IFN-G) gene and its antisense (IFNG-AS1) in breast cancer

Background The role of long non-coding RNAs has been extensively appreciated in the contexts of cancer. Interferon γ-antisense RNA1 (IFNG-AS1) is an lncRNA located near to IFN-γ-encoding (IFNG) gene and regulates expression of IFNG in Th1 cells. Methods In the present study, we evaluated expression of IFNG and IFNG-AS1 in 108 breast samples including tumoral tissues and their adjacent non-cancerous tissues (ANCTs) using real-time PCR. IFNG-AS1 was significantly upregulated in tumoral tissues compared with ANCTs (expression ratio = 2.23, P = 0.03). Results Although the expression of IFNG was higher in tumoral tissues compared with ANCTs (relative expression = 1.89), it did not reach the level of significance (P = 0.07). IFNG expression was significantly higher in HER2-negative tumoral tissues compared with HER2-positive ones (P = 0.01) and in grade 1 samples compared with grade 2 ones (P = 0.03). No other significant difference was found in expressions of genes between other groups. Conclusion Significant strong correlations were detected between expression of IFNG and IFNG-AS1 in both tumoral tissues and ANCTs. The present study provides evidences for participation of IFNG and IFNG-AS1 in the pathogenesis of breast cancer and warrants future studies to elaborate the underlying mechanism

Optimalisasi Geometri Lereng Tambang Nikel Menggunakan Metode Probabilistik Pada Hill Pit 05 PT Vale Indonesia Tbk, Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan

PT Vale Indonesia Tbk melakukan evaluasi disain lereng awal dalam upaya memastikan lereng dalam kondisi stabil dan tidak berpotensi longsor dengan cara melakukan optimalisasi geometri lereng tunggal dan keseluruhan. Adapun metode yang digunakan mencakup metode uji baik suai untuk mengkarakterisasi data, metode kesetimbangan batas “Bishop Disederhanakan” untuk menentukan nilai faktor keamanan (FK), serta metode Probabilistik dengan menggunakan metode Sampling Monte Carlo untuk memperbanyak data serta menentukan nilai probabilitas kelongsoran (PK). Hasil uji baik suai didapatkan untuk batuan limonit, jenis distribusi yang paling baik untuk bobot isi adalah lognormal, kohesi adalah gamma dan sudut gesek dalam adalah normal. Sedangkan pada batuan saprolit, jenis distribusi yang paling baik untuk bobot isi adalah normal, kohesi adalah gamma dan sudut gesek dalam adalah normal. Hasil optimalisasi geometri lereng tunggal dengan tinggi lereng 10 meter dengan sudut lereng 60°, menghasilkan nilai FK 1.52 dan PK 23.9%. Hasil evaluasi disain awal lereng keseluruhan section I – I’ didapatkan tinggi lereng 58.6 meter dengan sudut lereng 22° menghasilkan nilai FK 1.09 dan PK 52.7%. Setelah dilakukan redisain didapatkan tinggi lereng 57,7 meter dengan sudut lereng 190 menghasilkan nilai FK 1.36 dan PK 14.5%

Modulation of the Immune Response to DNA Vaccine Encoding Gene of 8-kDa Subunit of Echinococcus granulosus Antigen B Using Murine Interleukin-12 Plasmid in BALB/c Mice

Abstract Background: The current study was designed to evaluate immune responses induced by DNA vaccines encoding 8-kDa subunit of antigen B (HydI) of Echinococcus granulosus and murine interleukin 12 (IL-12) as genetic adjuvants in BALB/c mice. Methods: Expression plasmid pcDNA3.1 containing HydI (pcHyd1) as vaccine along with the murine interleukin 12 (pcMIL12) as adjuvant were used. Thirty-five mice in the five experimental groups received PBS, empty pcDNA3.1, pcHydІ, pcMIL-12, and pcHydІ+ pcMIL-12 in days zero, 14th and 28th. Two weeks after the last immunization, evaluation of the immune response was performed by evaluating the proliferation of splenic lymphocytes, IFN-γ and IL-4, determination of IgG isotyping titer. Results: Mice that received the pcHydI+pcMIL12 exhibited higher levels of lymphocyte proliferation compared to mice that received the pcHydI alone (P<0.001), and produced significantly more IFN-γ in comparison to other groups (P< 0.001). In addition, they produced significantly less IL-4 than mice receiving the PBS and the empty plasmid (P<0.023). The IgG2a levels were clearly higher in pcHydI+pcMIL12 group in comparison with the groups of pcHydI alone, empty plasmid, and PBS. In contrast, IgG1 was elevated in the group of pcHydI. Conclusion: Co-delivery of IL-12 with DNA encoding 8-kDa subunit of antigen B was effective significantly in inducing the immune response in mice

Perancangan alat pengupas sabut kelapa dengan metode ripping gear

Tamanan kelapa merupakan tanaman serbaguna dalam kehidupan ekonomi masyarakat, dimana seluruh bagian pohon kelapa sangan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu akar, batang pohon, daun,serta buahnya. Sebagian besar manfaat yang sering digunakan adalah daging buah kelapa dan tempurung yang terpisah dari sabut kelapa. Mengupas sabut atau kulit yang terdapat pada bagian luar masih dilakukan dengan menggunakan baji yang ditanjapkan pada tanah, atau menggunakan golok yang membutuhkan waktu yang sangat lama dan kurangnya efesien dari hasil produksi sedikit. Maka penulis membuat inovasi baru untuk membuat alat pengupas sabut kelapa dengan menggunakan motor listrik daya 0,12 KW dan 0,18 HP, kecepatan yang dimiliki motor sebesar 1400 rpm. Gerak dari motor akan diteruskan melalui Pully dan V belt akan meneruskan ke pully ripping gear yang berfungsi untuk mengupas sabut kelapa. Dari hasil kinerja mesin pengupas sabut kelapa ini jauh lebih efesien dari pada menggunakan secara manual yaitu bisa mencapai 20 sampai 25 buah per jam

Naltrexone; as an efficient adjuvant in induction of Th1 immunity and protection against Fasciola hepatica infection

Toxic effects of available therapeutics are major drawbacks for conventional management approaches in parasitic infections. Vaccines have provided a promising opportunity to obviate such unwanted complications. In present study, we examined immune augmenting capacities of an emerging adjuvant, Naltrexone, against Fasciola hepatica infection in BALB/c mice. Seventy BALB/c mice were divided into five experimental groups (14 mice per group) including 1- control (received PBS), 2- vaccine (immunized with F. hepatica E/S antigens), 3- Alum-vaccine (immunized with Alum adjuvant and E/S antigens), 4- NLT-vaccine (immunized with NLT adjuvant and E/S antigens), and 5- Alum-NLT-vaccine (immunized with mixed Alum-NLT adjuvant and E/S antigens). Lymphocyte stimulation index was assessed by MTT assay. Production of IFN-γ, IL-4, IgG2a and IgG1 was assessed by ELISA method. Results showed that NLT, either alone or in combination with alum, can induce immune response toward production of IFN-γ and IgG2a as representatives of Th1 immune response. Also, using this adjuvant in immunization experiment was associated with significantly high proliferative response of splenocytes/lymphocytes. Utilization of mixed Alum-NLT adjuvant revealed the highest protection rate (73.8%) in challenge test of mice infected with F. hepatica. These findings suggest the potential role of NLT as an effective adjuvant in induction of protective cellular and Th1 immune responses against fasciolosis. © 2018 Elsevier Inc

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Kelas Tunagrahita Menggunakan Metode Weight Product

The core problem in this study is the difficulty of determining classes for mentally retarded children. Mentally retarded children are children with special needs that must be considered in terms of education, to assist in the teaching and learning process for mentally retarded children, a very good class grouping is needed to support the teaching and learning process. The purpose of this study is to build a decision system that can determine and classify classes for mentally retarded children. The method used in this study is the Wight Product method by determining a criterion that exists in this study. The results of this study are a system that can determine classes for special needs that can assist in the learning process with mental retardation needs.Permasalahan inti pada penelitian ini yaitu sulitnya menentukan kelas untuk anak anak tunagrahita. Tunagrahita merupakan anak dalam kebutuha khusus yang harus diperhatikan dalam segi pendidikan, untuk membantuk dalam proses belajar mengajar pada anak tunagrahita diperlukan pengelompokan kelas yang sangat baik untuk menunjang proses blajar mengajar. Tujuan penelitian ini yaitu membangun sistem keputusan yang dapat menentukan dan mengelompokan kelas pada anak tunagrahita. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Wight Product dengan menentukan sebuah kriteria yang ada dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini berupa sistem yang dapat menentukan kelas untuk kebutuhan khusus yang dapat membantu dalam proses belajar dengan kebutuhan tunagrahita