1,093 research outputs found
Zanzibar and the Establishment of Blue Economy Strategies
Zanzibar prosperity is created, not inherited. It does not grow out of a countryâs natural endowments, ocean-based economy, its labor pool, its enabling environment and presence of good policy, legal and institutional frameworks as the blue economy insists. A country rapid economic growth accompanied with promotion and protection of the strategies planned to obtain sustainable development.In 2021 Government adopted a comprehensive roadmap for the development of its blue economy policy 2020 and Zanzibar Development Vision 2050 focus to Zanzibarâs efforts in the blue economy over the next 30 years. This paper gives a brief description of the Zanzibarâs Blue Economy and discusses some of the key blue economy frameworks. However, the aim of the paper is to look at the contemporary situation in Zanzibar in the context of the Blue Economy and its frameworks through effective initiatives done by the Zanzibar Government. Effective implementation of panned strategies will play the major role for obtaining sustainable economic development in Zanzibar. Finally, the paper provides recommendations towards a sustainable blue economy in Zanzibar. Keywords: Blue economy, Policy, Legal, Institutional framework, Zanzibar DOI: 10.7176/JRDM/74-05 Publication date:March 31st 202
PERAN KEPEMIMPINAN KIAI DALAM PENINGKATAN KUALITAS PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN CIAMIS
Penelitian ini bertolak dari peran kepemimpinan kiai di pondok pesantren Ar-Risalah, dimana kiai sebagai pembina di pondok pesantren memerankan peran sentral kepemimpinannya. Pondok pesantren Ar-Risalah yang baru berdiri 15 tahun dan sudah memiliki lembaga pendidikan formal komprehensif dari SD hingga perguruan tinggi serta bisnis dan usaha mandiri pondok pesantren dalam berbagai bidang sebagai proses pencapaian kemandirian pondok pesantren tidak akan terlepas dari peran kepemimpinan kiai sebagai figur sentral pesantren yang memiliki kharisma serta visi yang jauh kedepan untuk mengakomodasi kebutuhan lembaga. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Peran Kepemimpinan Kiai, 2) Proses Pengambilan Keputusan Kiai dan 3) Kepemimpinan Kiai dalam proses perubahan untuk meningkatan kualitas di pondok pesantren Ar-Risalah, Cijantung IV. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi dokumen. Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah catatan lapangan, kamera dan alat perekam percakapan. Analisis data berupa unitisasi data, kategorisasi dan penafsiran data serta uji keabasahan data. Adapun lokasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah di Pondok Pesantren Ar Risalah Cijantung IV, Ciamis, Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bagaimana KH. Asep Saefulmillah menjalankan peran kepemimpinannya baik peran interpersonal, informational serta decisional dengan sangat baik, serta optimalisasi aset pesantren untuk peningkatan kualitas pondok pesantren. Dalam proses pengambilan keputusan KH. Asep Saefulmillah menekankan pada proses mufakat/participation decision making sebagai bagian dari kepemimpinan demokratis beliau. Sikap terbuka, dan akomodatif kiai terhadap pentingnya perubahan dan perkembangan zaman, membuat beliau melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas pondok pesantren melaui perubahan bentuk pesantren menjadi yayasan wakaf, metode pembelajaran dan integrasi kurikulum pesantren-sekolah. --------------
This research is based on the role of kiai leadership in Ar-Risalah Islamic Boarding School, where kiai as the maker in pondok pesantren plays the central role of leadership. The Ar-Risalah Islamic Boarding School newly established 15 years and already has a formal educational institutions konferhensif from Elementary to College. Business and independent business in various fields as the process of achieving independence islamic pondok pesantren will not be separated from the role of kiai leadership as a central figureof the pesantren Has a charisma and a vision far ahead for accomodation institution needs. The purpose of this research is to know: 1) Role of Kiai Leadership, 2) Kiai Decision Making Process and 3) Leadership of Kiai in Change Process to Improve Quality in Ar-Risalah Islamic Boarding School, Cijantung IV. This research used case study research method with qualitative approach. Technique Data collection was done by interview, observation and document study. Instrument data collection used was field note, camera and conversation recorder. Data analysis in the form of data unitization, categorization and interpretation of data and test data of data. The location that became the object of this research was in Ar-Risalah Islamic Boarding School, Cijantung IV, Ciamis, West Java. The results of this study showed how KH. Asep Saefulmillah had good leadership role, good interpersonal, informational and decional role, and optimization of pesantren asset to improve the quality of boarding school. In KH the decision-making process, KH. Asep Saefulmillah emphasizes the mufakat / participation decision-making as part of his democratic leadership. The attitude open of kiai and his accommodative toward the importance of change and the development of the era made him make changes to improve the quality of islamic boarding school through the change of pesantren form into a waqf foundation, the method of learning and the integration of curriculum of pesantren-school
ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG MUTU TINGGI MENGGUNAKAN FLY ASH BATU BARA, ABU CANGKANG SAWIT, DAN ABU POZZOLANIK ALAM SEBAGAI ADITIF
Kondisi alam dan kebutuhan akan nilai estetika memberi dampak pada kekuatan dan kapasitas lentur suatu komponen konstruksi, seperti balok, dalam perencanaan dimensinya. Bahan aditif non fabrikasi alam maupun limbah (fly ash batu bara, abu cangkang sawit, dan abu pozzolanik alam) banyak mengandung silika (SiO2) dan alumina (Al2O3). Pemanfaatan bahan aditif tersebut dalam perencanaan beton bertulang untuk meningkatkan kekuatan dan kapasitas lentur balok menjadi salah satu opsi solusi yang tepat, dan ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan bahan aditif non fabrikasi tersebut menjadi sebuah alternatif pengganti bahan aditif fabrikasi dalam perencanaan campuran beton untuk meningkatkan kapasitas lentur balok. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan benda uji balok beton bertulang mutu tinggi yang direncanakan akan gagal lentur dengan dimensi 15 x 30 x 220 cm sebanyak 4 balok (3 dengan penambahan bahan aditif dan 1 tanpa penambahan aditif). Perencanaan lainnya nilai FAS 0,3, mutu beton desain 70 MPa, baja tulangan tarik 4D15,8 dengan fy 437,17 MPa, baja tulangan tekan 2D11,9 dan geser D11,9-100 dengan fy 374,71 MPa, ukuran agregat maksimum 12 mm, superplasticizer tipe polycarboxilate ether (ViscoCrete 10) sebanyak 1,5%, bahan aditif non fabrikasi fly ash batu bara 15%, abu cangkang sawit 15%, dan abu pozzolanik alam 10% dari berat semen. Balok dengan penambahan bahan aditif akan dibandingkan dengan balok tanpa penambahan bahan aditif pada umur beton 28 hari. Hasil penelitian didapatkan kapasitas lentur balok tanpa penambahan aditif (BMT-NORMAL) sebesar 246,916 KN dengan lendutan 23,14 mm dan daktilitas 2,523. Kapasitas lentur balok dengan penambahan fly ash batu bara (BMT-FABB) sebesar 273,305 KN dengan lendutan 48,78 mm (meningkat 110,804%) dan daktilitas 5,487. Kapasitas lentur balok dengan penambahan abu cangkang sawit (BMT-CSA) sebesar 243,875 KN dengan lendutan 31,8 mm (meningkat 37,424%) dan daktilitas 2,159. Kapasitas lentur dengan penambahan abu pozzolanik alam (BMT-PPA) sebesar 241,521 KN dengan lendutan 21,44 mm (menurun 7,347%) dan daktilitas 2,618. Penambahan bahan aditif non fabrikasi dapat meningkatkan sebagian besar kapasitas lentur balok beton bertulang mutu tinggi
Agama, Pengetahuan dan Transformasi: Meneguhkan Fungsi dan Eksistensi Madrasah Melalui Peran Guru Agama
Guru memiliki peran penting dalam pendidikan, baik dalam lembaga formal maupun non-formal. Interaksi guru dengan peserta didik memiliki potensi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mempertahankan eksistensi lembaga. Kriteria ideal seorang guru memiliki pengaruh besar terhadap tujuan pendidikan yang lestari, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data manusia dan non-manusia. Subyek penelitian adalah Guru Agama di Madrasah Aliyah Al-Islam Joresan Ponorogo. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran memiliki peran signifikan dalam mencapai tujuan pendidikan di lembaga pendidikan. Guru agama di Madrasah Aliyah Al-Islam memiliki tanggung jawab dan pengetahuan khusus, serta berperan penting dalam mempertahankan eksistensi madrasah sebagai lembaga tafaqquh fi ad-dÄ«n. Guru perlu menjalankan tugas dengan komitmen, kepribadian yang baik, jiwa sosial yang tinggi, dan semangat profesionalisme. Keberhasilan guru dalam tugasnya berimplikasi pada kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah Aliyah Al-Islam, yang menjaga eksistensinya. Guru agama melaksanakan fungsi-fungsi seperti Ustadz, muâallim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan muâaddib dalam mempertahankan fungsi lembaga sebagai lembaga tafaqquh fi al-diin
Bridging Al-Dunya Wa Al-Diin: A Case Study on Prophetic-Integrative Education on Madrasah-Based Pesantren
Purpose â This study aims to analyze the practice of integrating education in Islamic boarding schools based on the perspective of prophetic education.
Design/methods/approach â This study used a case study design and was conducted in Madrasah Tsanawiyah and Aliyah Modern Boarding School (PM) Al-Islam. Data were collected using interview observations and documentation and then analyzed using the Miles and Huberman interactive model.
Findings â This studyâs findings show that the spirit and practice of education in Madrasah Tsanawiyah and Aliyah Al-Islam align with prophetic values by prioritizing transcendent spirituality with critical humanist principles framed in the form of institutional integration and content.
Research implications/limitations â This study strengthens and complements previous research findings on integrating Islamic scholarship in Islamic educational institutions in Indonesia. However, it is also important to continue conducting similar research with a broader scope to strengthen related research findings.
Practical implications â The findings of this study can be a bridge to close the dichotomous gap and balance the gap in educational orientation to achieve educational goals between religious and pragmatic educational goals
NAVIGASI WAYPOINT PADA MOBILE ROBOT OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR KOMPAS DAN GPS
Robot pada umumnya masih memerlukan bantuan manusia untuk dapat bergerak dengan pengendali sebuah remot kontrol. Remot kontrol berkerja dengan cara mentrasmisikan frekuensi sinyal ke robot, tentu saja dalam hal ini terdapat batasan jarak maksimum frekuensi sinyal yang dapat diterima oleh robot sehingga pergerakan dari robot menjadi terbatas. Oleh sebab itu dibuatlah sebuah robot yang dapat bergerak secara otomatis tanpa terhalang oleh batasan frekuensi, yang dinamakan autonomous mobile robot. Autonomous mobile robot merupakan robot yang mampu bergerak secara otomatis dengan bantuan sensor sebagai penentu arah gerak robot. Salah satunya ialah sensor GPS, sensor GPS digunakan agar autonomous mobile robot mampu mengenali posisi dari koordinat bumi sehingga mobile robot dapat bergerak sesuai pembacaan arah koordinat yang diberikan. Mobile robot dapat bergerak bila kontroler (ATmega2560) menerima input dari GPS. Input yang diberikan oleh GPS berupa data waypoint awal dan waypoint akhir yang akan dituju oleh mobile robot, data tersebut kemudian akan digabungkan dengan data pembacaan sensor kompas dan sensor ultrasonik untuk penentuan arah gerak mobile robot. Jika pembacaan arah waypoint sesuai dengan arah pergerakan robot maka robot akan bergerak lurus, lalu jika pembacaan waypoint lebih dekat ke kiri maka robot akan berbelok ke kiri dan apabila pembacaan waypoint lebih dekat ke kanan maka robot akan berbelok kanan. Namun pada saat kondisi tertentu dimana sensor ultrasonik mendeteksi halangan maka pembacaan waypoint diabaikan terlebih dahulu sampai halangan tersebut terlewati. Dari hasil pengujian diketahui terdapat perbedaan antara jalur pergerakan mobile robot yang tercatat dengan jalur pergerakan mobile robot yang direncanakan, dengan persen error sebesar 2-12% untuk pengujian mobile robot tanpa penghalang, dan 8-54% untuk pengujian mobile robot dengan penghalang. Tingginya persen error disebabkan karena kegagalan GPS untuk membaca koordinat sehingga mengakibatkan robot berhenti dan keterlambatan pembacaan sensor ultrasonik yang menyebabkan robot menabrak penghalang dan berhenti
KAJIAN KESIAPAN MIGRASI SISTEM TELEVISI ANALOG KE SISTEM TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL DI BANDA ACEH
Seiring perkembangan zaman, penggunaan sistem televisi mulai bermigrasi dari sistem televisi analog menuju sistem digital dengan berbagai pertimbangan. Televisi analog yang saat ini digunakan dianggap tidak efisien. Selain tidak memberikan kualitas layanan yang optimal, juga tidak efisien terhadap spektrum frekuensi. Mengikuti perkembangan yang terjadi, proses migrasi siaran televisi analog menjadi siaran televisi digital terrestrial juga sedang dilakukan di beberapa wilayah Indonesia termasuk Banda Aceh. Terkait dengan kesiapan migrasi sistem televisi tersebut, maka dilakukan tinjauan kesiapan terhadap tiga pihak terkait, antara lain pihak pemerintah sebagai regulator, pihak stasiun TV sebagai operator, dan masyarakat sebagai penikmat siaran televisi. Dari pihak regulator, pemerintah telah mengatur regulasi terkait migrasi sistem televisi dan telah mengalokasikan frekuensi untuk penyiaran digital, namun program tersebut belum dapat terealisasi sepenuhnya karena adanya penundaan izin penyiaran digital terestrial terhadap stasiun TV swasta sampai waktu yang tidak ditentukan. Tinjauan kesiapan terhadap 14 stasiun TV yang ada di Banda Aceh, 12 diantaranya menyatakan sudah siap melakukan migrasi dan 2 stasiun TV lainnya tidak memberikan keterangan terkait kesiapan mereka. Begitu pula dari pihak masyarakat, sebagian besar menyatakan telah siap untuk mengikuti langkah migrasi sistem televisi analog ke sistem televisi digital terestrial
Pancasila, Kearifan Lokal Dan Pengembangan Daerah
In this paper, Pancasila, local wisdom and regional development are critically analyzed from the perspective of regional representative board. It was a real situation that the emergence of central-regional dichotomies in the terminology of âcapitalistic developmentâ was continuously designed by the new order regime. As its result, the dichotomy emerged unproductive impacts for Indonesian community in the region. The regional development's mission should be understood as an effort of regional autonomy stabilization, primarily in the implementation of development and government tasks, acceleration of regional development by strengthening and raising âcapacity for competenceâ as a foundation of regional growth. Therefore, the regional development is proposed to develop and strengthen the government in accordance with the regional autonomy implementation such as realistic, dynamic, harmonious, and responsible governance
The Impact of Chronic Liver Diseases on the Level of Heart-Type Fatty Acid-Binding Protein (H-FABP) Concentrations
Objectives: Heart-type fatty acid binding-protein (H-FABP) has been reported to be a potential novel biochemical marker for the early diagnosis of acute myocardial infarction (AMI). The presence of H-FABP in the liver has not been reported. The aim of this study was to compare the effect of chronic liver diseases on the level of H-FABP concentrations. Methods: The effects of chronic liver diseases including infective hepatitis and cirrhosis on the concentration of H-FABP was studied in a small group of patients (n=10, mean age ±SD = 58.33 ± 7.19 years). The serum concentrations of the following markers were measured: H-FABP, alanine aminotransferase (ALT) and bilirubin and compared with a reference control group (20 healthy blood donors, mean age ±SD = 63.8 ±8.01). Results: The serum concentrations of these markers in the control group as compared to patients with chronic liver disease were as follows (mean ± SD): H-FABP = 6.86 ±2.21 ”g/L versus 6.44 ±3.06 ”g/L (p = NS); ALT = 29.8 ±14.7 U/L versus ALT = 198.67 ±122.89 U/L (p < 0.0005) and bilirubin = 9.6 ±4.0 ”mol/L versus bilirubin = 100.89 ±87.85 ”mol/L (p < 0.0001). Conclusion: These data illustrate clearly that there is no significant interference with the normal concentration of H-FABP in the presence of liver diseases, despite the significant elevation of liver enzymes and proteins. These data may support a useful role of H-FABP for the diagnosis of myocardial injury in patients with liver diseases
- âŠ