40 research outputs found

    PENGARUH INDUKSI PROBIOTIK Bacillus CgM22 PADA PAKAN TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT IKAN DAN MORFOMETRIK VILLI USUS IKAN MAS (Cyprinus carpio)

    Get PDF
    Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan air tawar budidaya paling penting, sehingga performa pertumbuhan diharapkan terus meningkat. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis induksi Bacillus CgM22 sebagai probiotik terhadap pertumbuhan mutlak dan morfometrik villi usus pada mas (Cyprinus carpio).  Penelitian terdiri dari tahapan, (1) Pengambilan mikroba usus dan uji proteolitik, (2) Pemeliharaan ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan induksi oral melalui pakan di Laboratorium Akuakultur FPIK Unpad, dan (3) Pembuatan preparat histologi anterior usus dan pengukuran villi usus, yang dilaksanakan di Laboratorium Biosistem Fakultas Biologi Unpad. Feeding trial dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan induksi probiotik dari supernatan Bacillus CgM22 pada pakan dengan dosis masing-masing 0, 5, 10, dan 15 ml/kg, yang diulang sebanyak tiga kali. Berdasarkan hasil pengukuran pertambahan bobot dan morfometrik vili usus pada ikan mas didapatkan bahwa perlakuan C (induksi Bacillus CgM22 dosis 10 ml/ kg pakan) memperlihatkan kedalaman dan panjang crypta dan menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak tertinggi 8, 8 gr, dengan bobot akhir sebesar 12,8 g.Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan air tawar budidaya paling penting, sehingga performa pertumbuhan diharapkan terus meningkat. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis induksi Bacillus CgM22 sebagai probiotik terhadap pertumbuhan mutlak dan morfometrik villi usus pada mas (Cyprinus carpio).  Penelitian terdiri dari tahapan, (1) Pengambilan mikroba usus dan uji proteolitik, (2) Pemeliharaan ikan Mas (Cyprinus carpio) dengan induksi oral melalui pakan di Laboratorium Akuakultur FPIK Unpad, dan (3) Pembuatan preparat histologi anterior usus dan pengukuran villi usus, yang dilaksanakan di Laboratorium Biosistem Fakultas Biologi Unpad. Feeding trial dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan induksi probiotik dari supernatan Bacillus CgM22 pada pakan dengan dosis masing-masing 0, 5, 10, dan 15 ml/kg, yang diulang sebanyak tiga kali. Berdasarkan hasil pengukuran pertambahan bobot dan morfometrik vili usus pada ikan mas didapatkan bahwa perlakuan C (induksi Bacillus CgM22 dosis 10 ml/ kg pakan) memperlihatkan kedalaman dan panjang crypta dan menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak tertinggi 8, 8 gr, dengan bobot akhir sebesar 12,8 g

    Effect of Additional Feed Supplement Fermentation Shrimp Waste Extract on Digestibility in Sentul Chicken Growth Phase

    Get PDF
    This study aims to determine the effect of adding feed supplements of fermented shrimp waste extract in the ration on the digestibility of local chicken rations in the growth phase. The research was carried out in Jatinangor District as well as the Laboratory of Ruminant Animal Nutrition and Animal Feed Chemistry, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University, Sumedang. The method used in this study was experimental with a Complete Randomized Design (RAL). The data were analyzed by fingerprint test (ANOVA) with further tests using the Dunnet test. The object of this study consisted of 20 Sentul chickens raised from the age of 1 day to 12 weeks, divided into 5 treatments and 4 tests. The treatment consists of P0 = Basal ration without the addition of feed supplement fermented shrimp waste extract, P1 = Basal ration + 0.5% feed supplement fermented shrimp waste extract, P2 = Basal ration + 1.0% feed supplement fermented shrimp waste extract, P3 = Basal ration + 1.5% feed supplement fermented shrimp waste extract, and P4 = Basal ration + 2.0% feed supplement fermented shrimp waste extract. The changes observed are the digestibility of dry matter, the digestibility of organic matter, and the digestibility of proteins. The results showed that the addition of feed supplements for fermented shrimp waste extract had a significantly different influence on the digestibility of dry matter, the digestibility of organic matter, and the digestibility of protein. This study concludes that the addition of a feed supplement of 2% fermented shrimp waste extract in the ration can produce a high ration digestibility value for Sentul chicken in the growth phase

    Prebiotics(BAS) (Bacillus sp., Aspergillus n., and Sacharomyces c.) as Feed Supplement on Nutrients and its Effects on Digestibility Value of Fish Feed

    Full text link
    Feed quality shown from level of digestibility can affect fish growth.Some of omnivorous fish have complete digestive organs as a place to live abiotic and biotic ecosystems in the form of living microflora. Growth performance can be improved through the addition of exogenous microflora as feed supplements to help produce simpler components of food substances (amino acids, fatty acids, simple sugars, organic vitamins and minerals). The microflora tested consisted of bacteria Bacillus sp. and fungi (Aspergillus Niger and Saccharomycescereviseae) with optimization of its prebiotic bioprocess conditions (bioprocess temperature, inoculum dose, and bioprocess time). Furthermore, to see the quality and value of benefits of feed supplement products, measurements were taken of their digestibility.The experiment was carried out experimentally in a laboratory in two stages. The first stage, using a nested design (3×3) which was repeated three times. The second stage used a completely randomized design, consisting of six ration treatments and repeated four times. The variables observed in the first stage: nutrient content (crude protein, crude fibre, extract ether, calcium and phosphorus) of prebioticsBAS; second stage: digestibility of dry matter and crude protein.The data were subjected to analysis of variance, and the differences between treatments were tested by Duncan's multiple range test.Conclussion: The following results were obtained the best bioprocess conditions for making PrebioticsBAS from Bacillus sp. was a dose of 2% with temperature of 45oC, and fermentation time 2 days, while Aspergillus Niger 2% at a temperature of 35oCalong 2 days, and Saccharomyces cereviseae 2% with a temperature of 35oC, and fermentation time 2 days. The use of a mixture of three types of microbial each a much 1.5% in the ration, resulting in the best digestibility value in fish. The dry matter and crude protein digestibility valueof PrebioticsBAS were respectively 76.07%, and 75.28%

    EFEKTIVITAS KOMBINASI PENGGUNAAN DAUN TALAS (Colocasia esculenta) DAN TEPUNG IKAN RUCAH SUBTITUSI DALAM FORMULASI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

    Get PDF
    Ikan nila merupakan ikan omnivora yang membutuhkan sumber protein yang berasal dari protein nabati dan hewani untuk keseimbangan nutrisinya. Penggunaan bahan baku dari daun talas dan limbah ikan rucah, dapat menjadi alternatif pakan yang murah, mudah di dapat, namun memerlukan kajian mengenai rasio penggunaannya dalam formulasi pakan buatan. Riset ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penggunaan daun talas (Colocasia esculenta) dan kombinasinya dengan tepung ikan rucah subtusi pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL 4×4), terdiri dari penggunaan tepung daun talas (DT) dan subtitusi tepung ikan oleh tepung ikan rucah (IR), yaitu A (kontrol), B (15%  DT), C (20% DT + tepung ikan rucah subtitusi 50%), dan D (25% DT + tepung ikan rucah subtitusi 100%).  Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan DT dan IR, tidak berefek negatif terhadap kelangsungan hidup ikan dan kualitas air.  Rasio konversi pakan dan efisiensi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan C (20% DT dengan subtitusi 50% IR),yaitu masing-masing sebesar 3,09 ± 0,098 dan 32,36 ± 1,089 sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein pakan pengganti bungkil kedele dan tepung ikan pada ikan nila.Ikan nila merupakan ikan omnivora yang membutuhkan sumber protein yang berasal dari protein nabati dan hewani untuk keseimbangan nutrisinya. Penggunaan bahan baku dari daun talas dan limbah ikan rucah, dapat menjadi alternatif pakan yang murah, mudah di dapat, namun memerlukan kajian mengenai rasio penggunaannya dalam formulasi pakan buatan. Riset ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penggunaan daun talas (Colocasia esculenta) dan kombinasinya dengan tepung ikan rucah subtusi pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL 4×4), terdiri dari penggunaan tepung daun talas (DT) dan subtitusi tepung ikan oleh tepung ikan rucah (IR), yaitu A (kontrol), B (15%  DT), C (20% DT + tepung ikan rucah subtitusi 50%), dan D (25% DT + tepung ikan rucah subtitusi 100%).  Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan DT dan IR, tidak berefek negatif terhadap kelangsungan hidup ikan dan kualitas air.  Rasio konversi pakan dan efisiensi pakan terbaik diperoleh pada perlakuan C (20% DT dengan subtitusi 50% IR),yaitu masing-masing sebesar 3,09 ± 0,098 dan 32,36 ± 1,089 sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein pakan pengganti bungkil kedele dan tepung ikan pada ikan nila

    PENGARUH BERBAGAI IMBANGAN ENERGI-PROTEIN RANSUM SILASE IKAN TERHADAP EFISIENSI PAKAN PADA IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophtalmus SAUVAGE)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh berbagai imbanganenergi protein pada ransum yang mengandung silase ikan terhadap efisiensiprotein dan energi ikan jambal siam (Pangasius hypophtalmus SAUVAGE) stadiamuda . hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi protein pakan kontrol, yaitupellet komersial (protein 25% energi 3300 kkal) menghasikan efisiensi proteintertinggi, tetapi tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan perlakuanransum yang mengandung silase 75% (protein 36,50%; energi 2953 kkal) dansilase 50% (protein 26,17%; energi 2827 kkal). Efisiensi protein perlakuanransum yang mengandung silase 25% (protein 16,26%; energi 2700 kkal) sangatnyata lebih rendah dibanding ketiga perlakuan lainnya. Rendahnya efisiensiprotein tersebut disebabkan oleh kandungan protein yang tidak mencukupikebutuan, dan serat kasar yang melebihi batas penggunaan. Penggunaan energiyang paling efisien diperoleh pada ikan yang mendapat perlakuan silase 25%,kemudian diikuti silase 50%, pellet komersial, dan silase 75%, tetapi masingmasingperlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Peningkatanefisiensi protein dan energi dari ransum yang mengandung silase ikan 25%,kemudian silase 50%, dan silase 75% tersebut seiring dengan meningkatnyapenggunaan silase ikan dan menurunnya imbangan energi-protein dari 16,6 padaransum yang mengandung silase ikan 25% menjadi 8,18 kkal/g protein padaransum yang mengandung silase ikan 75%. Hal tersebut menunjukkan bahwaprotein merupakan zat gizi utama pada ikan jambal siam stadia muda.Kata kunci: Silase ikan, efisiensi protein dan energi; jambal sia

    The effect of chitosan levels in feed on the growth and daily feed consumption of giant gourami (Osphronemus goramy)

    Get PDF
    Chitosan is an ingredient that can be used as a feed additive. In aquaculture, chitosan can be used as an antimicrobial, antifungal, antioxidant growth-promoting and immunostimulant. This study aims to determine the optimum addition of chitosan to feed to increase growth and daily feed consumption of giant gourami. The method used in this research is an experimental method using a completely randomized design (CRD), which consists of five treatments and three replications. The treatments used were (A) without chitosan (control), (B) 2.5 g/kg feed, (C) 5 g/kg feed, (D) 7.5 g/kg feed, and (E) giving chitosan of 10 g/kg feed. The test fish used were giant gourami with a 6 – 8 cm length and a weight of 8 – 10 g. The container used was hapa measuring 1 x 1 x 1 m3 with a density of 15 fish per treatment and 42 days of maintenance. The feeding rate was 3% of the fish biomass. Data from observations of length and weight were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) with a 95% confidence level; if there was a significant difference, Duncan's multiple distance test was performed. The results showed that addition of chitosan 7.5 g/kg feed was effective in improving growth on giant gourami. During maintenance, absolute length growth was 2.90 ± 0.10 cm, absolute weight growth was 15.33 ± 1.19 g, daily growth was 36.51 ± 2.84%, feed conversion ratio was 1.69 ± 0.06, and survival rate was 100 ± 0.00%. This research concluded that the optimum level of addition of chitosan to increase growth and daily feed consumption of giant gourami was 7.5 g/kg feed.Keywords:ChitosanFeed additiveGiant gouramiGrowt

    Penggunaan Jenis Binder Terhadap Kualitas Fisik Pakan Udang

    Get PDF
     Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jenis binder dengan dosis yang berbeda dalam pakan buatan terhadap durabilitas dan stabilitas. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan lima perlakuan masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali Perlakuan A: Pakan dengan pemberian binder berupa CMC sebanyak 5% (kontrol), Perlakuan B          : Pakan dengan pemberian binder berupa tepung tapioka sebanyak 5%, Perlakuan C: Pakan dengan pemberian binder berupa tepung tapioka sebanyak 10%, Perlakuan D: Perlakuan dengan pemberian binder berupa tepung rumput laut sebanyak 5%, Perlakuan E: Perlakuan dengan pemberian binder berupa tepung rumput laut sebanyak 10%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis binder pakan, memiliki nilai durabilitas dan stabilitas yang baik. Binder rumput laut pada dosis 10% menghasilkan nilai durabilitas dan stabilitas masing-masing sebanyak 94,44% dan 69,47%

    Pengaruh Berbagai Imbangan Energi-protein Ransum Silase Ikan terhadap Efisiensi Pakan pada Ikan Jambal Siam (Pangasius Hypophtalmus Sauvage)

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh berbagai imbanganenergi protein pada ransum yang mengandung silase ikan terhadap efisiensiprotein dan energi ikan jambal siam (Pangasius hypophtalmus SAUVAGE) stadiamuda . hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi protein pakan kontrol, yaitupellet komersial (protein 25% energi 3300 kkal) menghasikan efisiensi proteintertinggi, tetapi tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan perlakuanransum yang mengandung silase 75% (protein 36,50%; energi 2953 kkal) dansilase 50% (protein 26,17%; energi 2827 kkal). Efisiensi protein perlakuanransum yang mengandung silase 25% (protein 16,26%; energi 2700 kkal) sangatnyata lebih rendah dibanding ketiga perlakuan lainnya. Rendahnya efisiensiprotein tersebut disebabkan oleh kandungan protein yang tidak mencukupikebutuan, dan serat kasar yang melebihi batas penggunaan. Penggunaan energiyang paling efisien diperoleh pada ikan yang mendapat perlakuan silase 25%,kemudian diikuti silase 50%, pellet komersial, dan silase 75%, tetapi masingmasingperlakuan tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Peningkatanefisiensi protein dan energi dari ransum yang mengandung silase ikan 25%,kemudian silase 50%, dan silase 75% tersebut seiring dengan meningkatnyapenggunaan silase ikan dan menurunnya imbangan energi-protein dari 16,6 padaransum yang mengandung silase ikan 25% menjadi 8,18 kkal/g protein padaransum yang mengandung silase ikan 75%. Hal tersebut menunjukkan bahwaprotein merupakan zat gizi utama pada ikan jambal siam stadia muda

    Effect of Fermented Shrimp Waste Level in Feed on Biological Value on Native Chicken

    Get PDF
    The purpose of the study was to determine the effect and obtain the level of use of fermented shrimp waste in the feed that produces the best biological value in native chickens. The study used 125 one-day-old chickens (DOC) placed in 25 cages randomly, containing five chickens reared for eight weeks. The study used experimental methods, and the experimental design used was a completely randomized design with five types of treatment, namely, feed without the use of fermented shrimp waste (R0), feed containing 5% fermented shrimp waste (R1), feed containing 10% fermented shrimp waste (R2), feed containing 15% fermented shrimp waste (R3), and feed containing 20% fermented shrimp waste (R4), each treatment was repeated five times. The observed variables were absorbed nitrogen, nitrogen stored in the body, and biological value. Data were analysed using ANOVA and Duncan's Multiple Distance Test. The results showed that the use of fermented shrimp waste at a level of 20% in feed resulted in the best biological value in native chickens
    corecore