3,790 research outputs found

    Absence of dystrophin alters the passive properties of the extensor digitorum longus muscle in mice

    Get PDF
    Dystrophin is a cytoskeletal protein not directly participating the myosin-actin contractile apparatus in muscle. The loss of dystrophin leads to Duchenne muscular dystrophy. It is well-established that contractility is reduced in dystrophin-null muscle. Surprisingly, little is known about the influences of dystrophin-deficiency on the passive properties of muscle. We hypothesize that the loss of dystrophin alters the passive properties of the skeletal muscle. To test this hypothesis, we examined the passive properties of the extensor digitorum longus (EDL) muscle from normal BL10 and dystrophin-null mdx mice

    Analisis Disparitas Pendapatan Antar Daerah Di Provinsi Aceh Dengan Pendekatan Indeks Ketimpangan Williamson Periode Tahun 2008-2011

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis disparitas pendapatan antar daerah di provinsi Aceh menggunakan pendekatan indeks ketimpangan williamson pada periode tahun 2008-2011 yang datanya diperoleh dari data sekunder yaitu data realisasi pendapatan daerah setiap kabupaten yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil Penelelitian diperoleh tingkat disparitas pendapatan terendah secara rata-rata maka Kabupaten Simeulu dan Aceh Singkil dengan indeks wiliamson sebesar 0,2248 dan 0,3564. Tingkat disparitas pendapatan tertingi dalam wilayah Provinsi Aceh secara rata-rata adalah Aceh Besar dan Aceh Utara dengan indeks Williamson sebesar 0,5869 dan 0,5723. Kata kunci : Disparitas Pendapatan dan Indeks Ketimpangan Williamson Pendahuluan Pembangunan ekonomi pada umumnya akan mengalami suatu dilema antara kepentingan perkembangan ekonomi dan pemerataan. Perkembangan ekonomi akan menghasilkan output nasional yang akan dinikmati oleh warga negara. Pembagian output nasional yang dihasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang merata dapat dicapai apabila pembangunan output nasional atau hasil pembangunan ini tidak merata, hanya dinikmati oleh sebagian warga negara maka terjadi kesenjangan dalam pembagian pendapatan antar warga negara, kesenjangan ini pada gilirannya akan sangat rentan menimbulkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menimbulkan gejolak atau konflik nasional.Pembangunan Ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola setiap sumber daya yang ada. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan peluang kerja untuk masyarakat daerah. Apabila pemerataan pembangunan daerah dapat diwujudkan maka akan mempertinggi pendapatan masyarakat yang penghasilannya rendah dan menciptakan banyak lapangan pekerjaan sehingga dapat merangsang perekonomian suatu daerah. Disparitas Pendapatan Disparitas pendapatan merupakan hal yang wajar dalam konsep pembangunan nasional. Pada tahap awal pembangunan ekonomi nasional, perbedaan laju pertumbuhan regional yang cukup besar antar provinsi di Indonesia telah mengakibatkan disparitas dalam distribusi pendapatan antar Provinsi. Peningkatan pendapatan perkapita memang menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daera

    Analisis Pengaruh Pendapatan Kepala Keluarga Terhadap Konsumsi Rumah Tangga Di Kecamatan Bandar Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan kepala keluarga terhadap konsumsi rumah tangga di Kecamatan Bandar Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. Penelitian ini menggunakan data primer dengan jumlah 20 sampel pengamatan yang merupakan jenis data Cross Section. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier sederhana dengan variabel dependen adalah Konsumsi rumah tangga dan variabel independen adalah pendapatan kepala keluarga dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan kepala keluarga memberikan pengaruh yang positif terhadap Konsumsi rumah tangga. Penelitian ini menggunakan uji satu sisi, maka daerah penolakannya berada di sisi kanan kurva (hipotesis positif) dan sisi kiri kurva (hipotesis negatif) yang luasnya a (5 persen) dan derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu:df =n – k. Hasil estimasinya adalah Y = 1050862.069 + 0.4942528736*X. Secara statistik hasil estimasi di menunjukan semakin bertambah pendapatan per 1 rupiah maka konsumsi rumah tangga akan naik sebesar Rp 0,49425 dengan asumsi variabel lainnya tetap (ceteris paribus).Kata kunci: Pendapatan, Konsumsi PENDAHULUANSetiap rumah tangga tidak akan terlepas dengan perilaku konsumsi, baik untuk memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dalam kelangsungan hidup berumah tangga.Konsumsi akan selalu berhubungan dengan rumah tangga dan konsumsi merupakan salah satu variabel utama dalam konsep ekonomi makro yang mana apabila rumah tangga melakukan aktivitas konsumsi maka akan memberikan input ke pendapatan nasional. Konsumsi rumah tangga yang semakin tinggi dikarenakan perkembangan masayarakat serta daerah yang begitu cepat.Kota Lhokseumawe lahir akibat pemekaran daerah dari Kabupaten Aceh Utara berdasarkan Undang-undang No.2 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Lhokseumawe. Kota Lhokseumawe memiliki potensi untuk membangun kompetensi daerah yang berdaya saing dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki meliputi Sumber Daya Manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecamatan Banda Sakti dahulunya merupakan bagian dari daerah Kerajaan Samudera Pase, salah satu kerajaan tertua yang pernah dicatat dalam sejarah Aceh. Kecamatan Banda Sakti dengan Ibu Kotanya Lhokseumawe, yang kini merupakan pusat pemerintahan Kota Lhokseumawe.Luas Kecamatan 11,24 KM2 terdiri dari 2 kemukiman dan 18 gampong

    Dakwah Dalam Film Islam Di Indonesia (Antara Idealisme Dakwah Dan Komodifikasi Agama)

    Full text link
    Booming-nya film-film bertemakan Islam dewasa ini dalam industri perfilman nasional sesungguhnya bisa dilihat dari dua perspektif, yaitu pertama dari perspektif idealisme dakwah dan kedua dari perspektif komodifikasi agama. Dalam perspektif idealisme dakwah, film-film bertemakan Islam bisa dimaknai sebagai strategi dan politik dakwah yang dikemas melalui artefak budaya. Dakwah harus "berkompromi" dengan teknologi sehingga aktualisasi dakwah semakin bergerak dinamis menyesuaikan dinamika sosial dan budaya.Sementara dalam perspektif komodifikasi agama, film-film bertemakan Islam sesungguhnya merupakan komodifikasi atas agama oleh produksi massa dalam bentuk budaya populer. Dalam hal ini Islam mengalami komodifikasi ketika kepercayaan dan simbol-simbolnya berubah menjadi “komoditas yang bisa dibeli dan dijual demi keuntungan".Dalam konteks ini, komodifikasi agama melalui film-film bertemakan Islam cenderung melegitimasi budaya populer di kalangan umat Islam, utamanya kaum muda Islam. Agama pada gilirannya hanya dikonstruksi untuk memenuhi kepentingan industri (pasar) yang menganut prinsip supply dan demand.Melalui film-film bertemakan Islam, ada semacam upaya mencari visibilitas dan legitimasi di ruang publik nasional bagi agama. Dalam kasus ini, Islam ditampilkan dengan cara yang menarik, segar, dan hybrid dalam rangka membuatnya sebuah alternatif yang menarik bagi budaya kapitalis perkotaan. Di sinilah agama tidak lagi sakral, namun beralih menjadi barang komoditas yang diproduksi oleh pasar. Terlepas dari sejumlah kritik terhadap kehadiran film-film bertemakan Islam, yang pasti film-film bertemakan Islam setidaknya memenuhi "kehausan" dan kerinduan umat Islam terhadap produk budaya yang mewakili kepentingan umat Islam, utamanya dalam kerangka pengembangan dakwah berbasis teknologi modern. Film Islami dengan demikian sesungguhnya tidak sekadar mengusung idealisme dakwah, namun juga telah berkontribusi bagi pelanggengan budaya populer melalui komodifikasi agama

    Distinguished non-Archimedean representations

    Full text link
    For a symmetric space (G,H), one is interested in understanding the vector space of H-invariant linear forms on a representation \pi of G. In particular an important question is whether or not the dimension of this space is bounded by one. We cover the known results for the pair (G=R_{E/F}GL(n),H=GL(n)), and then discuss the corresponding SL(n) case. In this paper, we show that (G=R_{E/F}SL(n),H=SL(n)) is a Gelfand pair when n is odd. When nn is even, the space of H-invariant forms on \pi can have dimension more than one even when \pi is supercuspidal. The latter work is joint with Dipendra Prasad

    Synthesis, characterization and applications of metal oxides with hierarchical nanoporous structure

    Get PDF
    Hierarchical porous materials incorporate pores at two different length scales in the same body and thus offer multiple benefits from characteristic pore sizes. Smaller mesopores (3-10 nm) provide high surface area for fluid contact while larger macropores (0.5-5 ym) allow facile mass transport. Design of materials with structural hierarchy is of primary interest due to their potential applicability in a variety of fields such as catalysis, adsorbents, storage, and biomaterials. A better understanding of the synthesis factors can yield greater control over the porous properties, which, in turn, can lead to new applications for these materials. In the current work, hierarchically structured porous alumina, zirconia and titania materials were synthesized via a spontaneous template-free self-assembly in solution. Starting materials are liquid alkoxides, which undergo rapid hydrolysis and condensation in aqueous solution to form a solid metal oxide network. The self-assembly taking place at two different length scales gives rise to bimodal porosity in the system. This study focused separately on the formation of macropores and mesopores. Firstly, the information available in literature regarding the formation of macropores in these materials was unified in a consistent fashion. A systematic comparison of these materials was provided, which were split based on the differences between their characteristic chemistries. The synthesis conditions and parameters producing a maximum extent of macroporosity were identified. The resultant materials were amorphous in nature and in some cases, the conditions leading to maximum macroporosity produced poor meso-structure. Thus, secondly, the as-synthesized materials were subjected to hydrothermal treatment and the influence on textural properties, phase composition and, in turn, on previously formed macropore structure was investigated under the conditions identified earlier for maximum macroporosity. The results indicated that by a selective combination of self-assembly, hydrothermal treatment and thermal treatment, hierarchical structures with crystalline walls can be obtained for all the three materials: alumina, titania and zirconia. Next, the knowledge from the study of porous structure at the individual length scale was utilized to synthesize a hierarchically porous aluminosilicate material that is also catalytically active. In this mixed metal oxide, alumina was the structure forming component while mixing it with silica created surface acid sites. A hierarchical porous structure with the presence of both Brynsted and Lewis acidity was confirmed by means of a variety of characterization techniques. The activity of the acid catalyst was demonstrated with an esterification reaction of palmitic acid with ethanol

    A comparative study of macroporous metal oxides synthesized via a unified approach

    Get PDF
    A variety of macroporous metal oxides was synthesized via a spontaneous self-assembly process in aqueous solution starting from organic alkoxide precursors under a common set of conditions to present a consistent set of data for evaluation of macropore formation in these materials that are known to yield such structural patterns. Sol-gel-type chemistry appears to be governing the structure formation in these materials, so the influence of sol-gel parameters such as the alkyl group in the alkoxide, the central metal atom, and the pH of the reaction mixture were investigated in order to gain insight on the denning mechanism dictating the formation of these structures. The results revealed that depending upon the central metal atom or the alkyl group, the alkoxide precursors had characteristic hydrolysis and condensation rates, which, when balanced appropriately, resulted in structured macroporous pattern formation in the final materials. Powders obtained in the spontaneous self-assembly processes were found to have varying macropore sizes as well as extents of macroporosity upon adjusting standard sol-gel synthesis parameters, which control the relative rates of the hydrolysis and condensation reactions
    • …
    corecore