32 research outputs found

    PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIMER BERPENGUAT SERAT ALAM

    Get PDF
    PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT POLIMER BERPENGUAT SERAT ALAM. Telah dilakukan pembuatan komposit dengan matriks polimer yaitu epoksi dan poliester dengan bahan penguat (filler) serat alam, yaitu serat pisang dan serat ijuk yang dikombinasikan satu sama lain menjadi empat macam komposit yaitu komposit epoksi-pisang, epoksi-ijuk, poliester-pisang, dan poliester-ijuk. Untuk keempat macam komposit tersebut, pengaruh penambahan lapisan serat pada matriks polimer terhadap sifat mekanik dan mikrostruktur bahan komposit dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum penambahan lapisan serat menurunkan nilai kekuatan tarik komposit, kecuali untuk komposit bermatriks epoksi dengan penguat serat ijuk. Nilai kekuatan tarik tertinggi diperoleh komposit epoksi-serat ijuk 3 lapis yaitu 45,44 MPa, sedangkan komposit epoksi-serat pisang 3 lapis memiliki nilai kekuatan tarik sebesar 30,47 MPa. Nilai kekuatan tarik terendah diperoleh komposit poliester-serat pisang 3 lapis yaitu 15,62MPa, sedangkan jika ditambahkan serat ijuk 3 lapis kekuatan tariknyamenjadi 22,18MPa. Selain itu, penambahan serat pada matriks polimer secara umum menurunkan nilai kekerasan komposit. Dari pengamatan strukturmikro ternyata kurangnya ikatan antara serat dengan matriks polimer dan distribusi serat pada matriks polimer mempengaruhi nilai kekuatan tarik dan nilai kekerasan bahan komposit

    Diversity oriented biosynthesis via accelerated evolution of modular gene clusters.

    Get PDF
    Erythromycin, avermectin and rapamycin are clinically useful polyketide natural products produced on modular polyketide synthase multienzymes by an assembly-line process in which each module of enzymes in turn specifies attachment of a particular chemical unit. Although polyketide synthase encoding genes have been successfully engineered to produce novel analogues, the process can be relatively slow, inefficient, and frequently low-yielding. We now describe a method for rapidly recombining polyketide synthase gene clusters to replace, add or remove modules that, with high frequency, generates diverse and highly productive assembly lines. The method is exemplified in the rapamycin biosynthetic gene cluster where, in a single experiment, multiple strains were isolated producing new members of a rapamycin-related family of polyketides. The process mimics, but significantly accelerates, a plausible mechanism of natural evolution for modular polyketide synthases. Detailed sequence analysis of the recombinant genes provides unique insight into the design principles for constructing useful synthetic assembly-line multienzymes

    Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keaktifan Mahasiswa melalui Project Based Learning

    Full text link
    Prestasi belajar dan keaktifan mahasiswa penting untuk ditingkatkan dalam proses pembelajaran, sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif. Dari begitu banyak model pembelajaran inovatif, salah satu yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan mahasiswa adalah pembelajaran berbasis proyek (project based learning), karena lebih menekankan pada pendekatan kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks, melibatkan mahasiswa dalam melakukan investigasi pemecahan masalah dan kegiatan bermakna, memberi kesempatan bekerja secara mandiri dalam mengkontruksi pengetahuan, serta menghasikan produk nyata. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan menggunakan kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar dan lembar observasi keaktifan mahasiswa. Penelitian dilaksanakan di dua kelas reguler angkatan 2014 program studi pendidikan matematika STKIP Siliwangai Bandung. Subjek penelitian berjumlah 120 mahasiswa yang terbagi di kelas A1 dan A3. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive, karena penelitian ini diterapkan pada mahasiswa di kelas yang mengambil mata kuliah media pembelajaran matematika. Berdasakan analisis data, diperoleh rerata peningkatan prestasi belajar kelas eksperimen dan kontrol masing-masing sebesar 84,57 dan 72,79. Persentase keaktifan mahasiswa kelas eksperimen dan kontrol masing-masng sebesar 70,93% dan 69,41%. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dan keaktifan mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan project based learning lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori

    Penurunan Total Suspended Solid dan Kekeruhan Air Baku Menggunakan Pipa Circular dan Gravel Bed Flocculator dengan Koagulan Poly Aluminium Chloride

    Full text link
    Air permukaan mengandung banyak zat padat berupa partikel tersuspensi maupun koloidal dapat menyebabkan kekeruhan pada air sehingga tidak memenuhi baku mutu dan tidak layak digunakan sebagai air bersih. Zat padat dapat disisihkan dengan proses koagulasi-flokulasi, di mana adanya penambahan bahan kimia untuk membentuk flok. Proses koagulasi-flokulasi hidrolis adalah proses pengadukan dengan aliran air sebagai pengaduk karena adanya energi hidrolik. Pipa sirkular memiliki keuntungan dapat menghemat tempat. Gravel bed flocculator memiliki kemampuan dapat mempersingkat waktu flokulasi (3-5 menit). Pada penelitian ini, variasi yang diterapkan adalah dosis koagulan (55, 65, 75, 85, dan 95 (mg/L)), waktu kontak flokulasi (3, 4, dan 5 (menit)), dan perbandingan ketinggian ukuran media kerikil 20 mm:30 mm (2:1 dan 1:2) untuk mengetahui pengaruh terhadap penyisihan total suspended solid (TSS) dan kekeruhan. Hasil penelitian menunjukkan pengadukan hidrolis optimum pada dosis koagulan 95 mg/L, waktu kontak flokulasi 5 menit, dan perbandingan ketinggian ukuran media kerikil 20 mm:30 mm (1:2) mampu menyisihkan kandungan total suspended solid (TSS) sebesar 83,22% dan kekeruhan 92,06%

    Elaboration and characterization of acellular glass based culletloaded with carbon fibers

    No full text
    The foams glass whose porosity is very important, are counted among the new glass products that meet certain desired comfort needs in the particular building area (thermal and acoustic insulation). The objective of this study is to determine the influence of the carbon fibers addition influence on the porosity, the thermal insulation and dielectric loss of foams glass prepared by sintering at 800 °C, which opens the way to foam glass many possibilities for industrial to extend their opportunities that are very varied from thermal insulation to electromagnetic waves absorption. The carbon fibers addition used for this study is 1, 2, 3.5 and 5 wt% in relation to the foam glass load. Physico-chemical analysis techniques such as SEM-EDS, porosity, thermal insulation, differential thermal analysis, and dielectric tests have been used for the foams glass characterization. The obtained microstructure results clearly show that the 5 wt% carbon fibers addition increases the foam glass porosity which leads to low thermal conductivity (λ=0.0281 W/m°C) and increases its thermal insulating capacity. Furthermore the specific dielectric properties as real permittivity (ε'=2.7619) and high dielectric loss (tan δ=0.02969) favor the use of these glass filled foams with carbon fibers in the electromagnetic waves microwave absorption in the weakest working frequencies (mobile phones and Wi-Fi). © 2015 Elsevier B.V. All rights reserve

    LifeLine dialogues with Roberta

    Get PDF
    This paper describes work on dialogue data collection and dialogue system design for personal assistant humanoid robots undertaken at eNTERFACE 2016. The emphasis has been on the system’s speech capabilities and dialogue modeling of what we call LifeLine Dialogues, i.e. dialogues that help people tell stories about their lives. The main goal behind this type of application is to help elderly people exercise their speech and memory capabilities. The system further aims at acquiring a good level of knowledge about the person’s interests and thus is expected to feature open-domain conversations, presenting useful and interesting information to the user. The novel contributions of this work are: (1) a flexible spoken dialogue system that extends the Ravenclaw-type agent-based dialogue management model with topic management and multi-modal capabilities, especially with face recognition technologies, (2) a collection of WOZ-data related to initial encounters and presentation of information to the user, and (3) the establishment of a closer conversational relationship with the user by utilizing additional data (e.g. context, dialogue history, emotions, user goals, etc.). © 2017, Springer International Publishing AG.Peer reviewe
    corecore