13 research outputs found
PEMILIHAN LAGU ANAK DAN PENERAPANNYA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER BERLANDASKAN FASE PERKEMBANGAN ANAK DI USIA SEKOLAH DASAR
Pendidikan karakter merupakan sebuah hal yang harus diperkenalkan sejak dini. Hal ini karena terbentuknya kepribadian seseorang dimulai pada usia kanak-kanak. Pendidikan yang didapatkan anak sejak Sekolah Dasar dapat menjadi pondasi awal yang akan membekali moral mereka hingga beranjak ke usia dewasa. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pendidikan karakter pada anak usia Sekolah Dasar dengan menggunakan lagu anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai penting untuk diterapkan agar dapat membentuk watak, kepribadian, sikap, dan membimbing seseorang untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan agar memiliki moral yang baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode literatur review. Pada tulisan ini, penulis membahas tentang pemilihan lagu anak dan penerapannya sebagai pendidikan karakter berlandaskan fase perkembangan anak di usia Sekolah Dasar. Pemilihan lagu anak dan penerapannya sebagai pendidikan karakter disesuaikan dengan fase perkembangan anak di usia sekolah dasar yang terdiri dari 5 aspek, yaitu 1) aspek fisik-motorik, 2) aspek kognisi, 3) aspek sosio-emosional, 4) aspek bahasa, dan 5) aspek moral keagamaan
PERKEMBANGAN MUSIK TANJIDOR DI KECAMATAN PEMANGKAT
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji mendalam tentang musik Tanjidor di Kecamatan Pemangkat. Metode penelitian ini adalah historis. Hasil penelitian sebagai berikut. Tanjidor di Pemangkat telah ada sekitar tahun 50-an kemudian hilang pada tahun 60-an, dan muncul kembali tahun 80-an. Tanjidor yang masih eksis di Pemangkat sekarang yaitu Sinar Pemangkat dan Perapakan, di Pemangkat dulu (wilayah sebelum 2003) yaitu Semparuk dan Sepinggan. Pada era 50-an s/d 70-an pemain Tanjidor telah mengenal not balok, mereka cenderung membawakan mars. Kemunculan musik Band mengakibatkan penurunan eksistensi Tanjidor. Di Kecamatan Pemangkat terdapat tokoh penting bernama Akis yang dianggap sebagai guru Tanjidor pertama. Fungsi utama musik Tanjidor untuk digunakan pada pesta perkawinan. Bentuk penyajian Tanjidor didominasi alat tiup. Idealnya pemain berjumlah 12 dengan kostum seragam. Genre yang dibawakan bervariasi. Teknik pembawaan terdapat staccato, aksen, variasi irama genre, meniru kaset, dan pembagian fungsi alat musik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran seni budaya kelas X semester II.  Kata Kunci: Perkembangan Musik Tanjidor, Kecamatan Pemangkat  Abstract: This research puposes review in depth about Tanjidor musik in Pemangkat District. Method of this research using historical methodology. Conclusion are as follows. Tanjidor musik in Pemangkat now has been around in 50s, disappeared in 60s, and reappear around 80s. Tanjidor that stil exist today in Pemangkat now are Sinar Pemangkat and Perapakan, at Pemangkat in past (region before 2003) are Semparuk and Sepinggan. In 50s to 70s players have known musikal scores, and tendency to bring mars. The exsistence of Tanjidor decrease with development of the band’s musik. There are important figure named Akis regarded as first Teacher of Tanjidor. The main function of Tanjidor is wedding celebration. Form of presentation Tanjidor is playing with dominant wind intruments. The ideal amount for one grup is 12 people and  wear the same outfit. Songs are sung varied. Carriage technique in Tanjidor are staccato, accents, variation changing genre, imitating cassette, and divison of instruments function. This research result is expected can be implementation to the learning art and culture subject in grade X semester II.  Keywords: Development of Tanjidor Musik, Pemangkat District
Pelatihan Penciptaan Tari Anak Bagi Guru Seni Budaya SD Dan SMP di Kabupaten Kayong Utara
Pelatihan penciptaan tari anak bagi guru seni budaya SD dan SMP di Kabupaten Kayong Utara menjadi hal yang penting mengingat kurangnya pelatihan penciptaan tari anak khususnya dalam pembelajaran seni budaya. Tari anak menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh para guru seni budaya, karena mengingat sifat dan kemampuan anak dalam bergerak akan memiliki perbedaan dikarenakan perkembangan kemampuan motorik kasar dan halusnya. Metode pelaksanaan PKM memiliki tahapan-tahapan yaitu persiapan dengan berkoordinasi dengan mitra, tahap pelaksanaan menyampaikan materi tari anak, tahap mempraktikan tari anak, dan tahap pendemonstrasian peserta akan hasil ciptaan tarinya. . Hasil yang diperoleh dalam PKM ini yaitu peserta memiliki kemampuan dalam menciptakan tari anak. Meningkatkan wawasan peserta didik mengenai elemen-elemen komposisi taru, tahap eksplorasi,improvisasi, evaluasi gerak hingga menjadikan 1 karya tari yang utuh guna dijadikan referensi menari kedepannya. Pelatihan penciptaan tari anak bagi guru SD dan SMP di Kayong Utara sebagai program Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tanjungpura membuahkan hasil kerjasama antar pelaksana dan mitra
Recommended from our members
Political fictions in contemporary French cinema
EThOS - Electronic Theses Online ServiceGBUnited Kingdo
« Tu te vois avec un enfant, toi et moi, oui ou non ? » Arrangements homonormatifs et futurisme reproductif dans Comme les autres de Vincent Garenq
Dans cet article, les auteurs analysent la représentation de la construction de la famille queer dans des films français à thématique gaie et lesbienne. Leur analyse se focalise plus précisément sur le film Comme les autres de Vincent Garenq (2008), une production qui tente d’aborder les enjeux de l’adoption homoparentale en France avant l’autorisation du « mariage pour tous ». En s’inspirant de la littérature queer anti-normative et des perspectives féministes sur la gestation pour autrui, les auteurs discutent de la manière dont Comme les autres, caractérisé par sa focalisation sur le trope cinématographique émergent de l’« homo normal » ainsi que par son alignement avec les institutions (hétéro)normatives telles que l’éducation des enfants, le modèle binaire des genres et le « patriarcat queer blanc », soutient une politique homonormative qui favorise la (re)production de l’enfant figuratif.In this article, the authors analyze the depiction of queer family building in lesbian- and gay-themed French films. Specifically, their analysis focuses on Vincent Garenq’s Comme les autres (2008), a pre-mariage pour tous production that attempts to address the challenges of gay adoption in France. Building from queer anti-normative literature and feminist perspectives of surrogacy, the authors discuss the extent to which Comme les autres, characterized by its focus on an emerging cinematic trope of the “homo normal,” as well as its alignment with (hetero)normative institutions, such as child rearing, the gender binary and “white queer patriarchy,” supports a homonormative politics that privileges the (re)production of the figural child
Le chercheur, la caméra et l’organisation
In this article, we give an analysis of the work of researchers who circulate in multiple sites with a camera. By observing a company of land surveyors in situation, we identify the techniques and strategies implemented in situ by researchers in order to account for the organizational actors' real activity within different spatio-temporal frameworks. We show how capturing an "organizational reality" in multiple sites and temporalities is based on interpretive choices made in context and involve specific filming techniques
Le chercheur, la caméra et l’organisation
Dans cet article, nous proposons une analyse du travail du chercheur circulant dans des sites multiples Ă©quipĂ© d’une camĂ©ra. En nous appuyant sur une observation en situation dans une compagnie d’arpenteurs-gĂ©omètres, nous identifions les techniques et stratĂ©gies que le chercheur met en Ĺ“uvre in situ pour rendre compte de l’activitĂ© rĂ©elle des acteurs organisationnels qui Ĺ“uvrent dans des cadres spatio-temporels diffĂ©rents. Nous tentons ainsi de montrer en quoi le travail de captage d’une « rĂ©alitĂ© organisationnelle » dans des sites et temporalitĂ©s multiples repose sur des choix interprĂ©tatifs faits en contexte et impliquant des techniques de filmage spĂ©cifiques.In this article, we give an analysis of the work of researchers who circulate in multiple sites with a camera. By observing a company of land surveyors in situation, we identify the techniques and strategies implemented in situ by researchers in order to account for the organizational actors' real activity within different spatio-temporal frameworks. We show how capturing an "organizational reality" in multiple sites and temporalities is based on interpretive choices made in context and involve specific filming techniques.El investigator, una cĂ mara y una organizaciĂłn : Reflexion sobre la video-etnografĂa multisitiosEn este artĂculo proponemos un análisis del trabajo de un investigador circulando en mĂşltiples sitios equipado con una cámara de video Apoyándonos en una observaciĂłn situada en una compañĂa de topĂłgrafos y agrimensores, identificamos las tĂ©cnicas y estrategias que el investigador implĂ©menta in situ para registrar la actividad real de los actores organizacionales que trabajan en cuadros espacio-temporales diferentes. Intentamos asĂ mostrar cĂłmo el trabajo de captura de una “realidad organizacional” en lugares y temporalidades mĂşltiples reposa sobre decisiones interpretativas hechas en un contexto e implicando tĂ©cnicas de grabaciĂłn en video especĂficas
Where? : l'identité ailleurs que dans l'identification /
Includes bibliographical references