30 research outputs found
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI TUBERKULOSIS LATEN PADA PETUGAS RS KHUSUS PARU LUBUK ALUNG
Latar Belakang : TB merupakan penyakit menular paling mematikan di dunia. Individu terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis, akan terinfeksi dan dapat reaktivasi kembali menjadi TB. Identifikasi populasi beresiko terinfeksi TB laten (ITBL) merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tuberkulosis.
Metode : Desain penelitian adalah potong lintang pada petugas RS Khusus Paru Lubuk Alung pada Maret-Mei 2016 dengan pengisian data dan pemeriksaan IGRA.
Hasil : Terdapat 42 sampel penelitian yaitu wanita (71,4%), rerata usia 37,7 tahun, menikah (81%) dengan pendidikan sarjana (47,6). Pekerjaan terbanyak adalah perawat (40,5%) dengan lama bekerja 1-≤5 tahun (40,5%). Sebanyak 73,7% tidak merokok dan tidak memiliki penyakit komorbid (97,6%). Riwayat vaksinasi BCG 64,3% dan 83,3% tidak pernah melakukan tes tuberkulin. Prevalensi ITBL sebesar 38,1% pada petugas RS Khusus Paru Lubuk Alung. Wanita dan usia ≤35 tahun beresiko meningkatkan ITBL 1,2 kali dan 1,6 kali. Pekerjaan dengan paparan lansung TB, beresiko 1,8 kali. Lama bekerja >10 tahun 2,2 kali beresiko untuk ITBL. Komorbid meningkatkan resiko ITBL sebanyak 1,6 kali. Hubungan semua faktor resiko dengan ITBL, dengan p >0,05.
Kesimpulan : Faktor yang berhubungan dengan ITBL pada petugas RS Khusus Paru Lubuk Alung adalah wanita, usia ≤35 tahun, pekerjaan dengan paparan lansung TB, bekerja >10 tahun, memiliki komorbid. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik.
Background : Tuberculosis is the most deadly spreading disease in the world. Individual exposed to Mycobacterium tuberculosis would be infected, and could be reactivated to tuberculosis. Identified the population with risk of latent tuberculosis is the important part in controlling tuberculosis.
Methods : Study design is cross-sectional design in healthcare worker in Lubuk Alung Pulmonary Hospital on March-May 2016 with data based and IGRA test (Quantiferon Gold).
Result : There is 42 responden ; there were woman (71,4%), mean age 37,7 years old, married (81%), bachelor (47,6). The most common occupation is nures (40,5%), duration of working for 1-≤5 years (40,5%). There is non-smoker healthcare worker (73,3%), without comorbid (97,6%). History of BCG vaccination were 64,3% and never perform tuberculin test (83,3%). LTBI prevalence were 38,1%. Women and age ≤35 years old were 1,2 times and 1,6 times increase risk for LTBI. Occupation that had direct contact with TB and working duration > 10 years were 1,8 times and 2,2 times increased risk in LTBI. Comorbid increased risk for LTBI 1,6 times. Association all factors with LTBI with p >0,05.
Conclusion : Related factors with LTBI is woman, age ≤35 years old, occupation with direct contact, >10 years duration of work and with comorbid. There were no statistically significant relationship
Posisi prone pada terapi oksigenasi pasien COVID-19
AbstrakPenyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) yang dimulai sejak akhir tahun 2019 cepat menyebar di seluruh dunia hingga dinyatakn sebagai pandemi. Pneumonia menjadi alasan dirawatnya pasien COVID-19 dan memerlukan terapi oksigen. Pneumonia berat menyebabkan terjadinya hipoksemia akibat kegagalan respirasi yang dikenal dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Posisi prone sudah dikenal sejak lama dapat digunakan sebagai terapi adjuvan untuk meningkatkan ventilasi pasien COVID-19 yang mengalami ARDS.Kata kunci: COVID-19, Pneumonia, Hipoksemia, ARDS, Posisi proneAbstractCoronavirus disease 2019 (COVID-19), which began at the end of 2019 rapidly spread around the world until it was declared as pandemic. Pneumonia is the reason for COVID-19 patients to hospitalized and requires oxygen therapy. Severe pneumonia causes hipoxemia due to respiratory failure which known as acute respiratory distress syndrome (ARDS). The prone position, which has been known for a long time can be used as an adjuvant therapy to improve ventilation for COVID-19 patients who suffrered ARDS.Keywords: COVID-19, Pneumonia, Hypoxemia, ARDS, Prone positio
Pneumothoraks Spontan Bilateral: Komplikasi Inhalasi Metamfetamin
Metamfetamin adalah obat yang sering disalahgunakan karena efek stimulan dan euforia. Penggunaan inhalasi metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pernapasan karena sebagian besar pengguna metamfetamin menghirup zat tersebut, sehingga paru secara langsung terpapar zat toksik. Pneumothoraks adalah akumulasi udara dalam rongga pleura, merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada penyalahgunaan methamfetamin. Mekanisme terjadinya pneumothoraks adalah adanya barotrauma dan peningkatan tekanan intraalveolar akibat inhalasi amphetamin. Mekanisme lain adalah akibat toksik dan mediator inflamasi dari zat yang diinhalasi. Kasus ini melaporkan pneumothoraks spontan akibat inhalasi metamfetamin, menekankan kewaspadaan tentang komplikasi pneumothoraks akibat penggunaan metamfetamin
CLINICAL PRESENTATION, DIAGNOSIS AND TREATMENT OF PULMONARY FUNGUS BALL RELATED TUBERCULOSIS
Fungus Ball paru merupakan komplikasi yang sering terjadi pada Tuberkulosis (TB) paru dengan kavitas, terutama pada bekas TB paru. Agen penyebab selain Aspergilus sp yaitu Candida sp. Terapi definitif untuk penyakit ini adalah terapi bedah. Pada kondisi khusus dapat digunakan tatalaksana lainnya. Penelitian ini mengevaluasi 6 pasien Fungus Ball paru dengan riwayat obat anti tuberkulosis, dengan beberapa metode diagnosis dari tahun 2010 sampai 2013. Tatalaksana dan hasil pengobatan pasien dianalisis pada penelitian ini. Hemoptisis terdapat pada seluruh pasien dan tiga diantaranya dengan hemoptisis masif. Semua pasien memiliki gambaran yang khas untuk Fungus Ball paru dari radiologi toraks. Spesies jamur terkonfirmasi pada 5 pasien: pemeriksaan serologis (1), kultur jamur (2) dan pemeriksaan histopatologi (2). Spesies yang didapatkan adalah Aspergilosis sp = 3, Candida paraspilosis = 1 dan Candida sp = 1. Dua pasien mendapatkan terapi bedah dengan tidak adanya keluhan hemoptisis setelah itu. Empat pasien yang hanya mendapatkan anti jamur, ternyata 75% memberikan respon yang baik secara klinis dan radiologis. Kavitas yang menetap pada TB paru dan bekas TB paru, dapat menimbulkan insiden Fungus Ball paru yang membutuhkan lobektomi sebagai terapi definitif. Pada kondisi tertentu dimana terapi pembedahan tidak dapat dilakukan, anti jamur dapat menjadi terapi alternatif dan memberikan hasil yang baik
Gambaran Karakteristik Tingkat Kontrol Penderita Asma Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di Poli Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada Tahun 2016
Asma adalah penyakit heterogen, yang ditandai dengan terjadinya inflamasi kronik saluran pernapasan. Salah satu faktor risiko asma yang berkaitan erat dengan kontrol asma adalah obesitas. Selain itu underweight juga terkait dengan fungsi paru yang menurun dan asma. Tujuan penelitian ini adalah menentukan gambaran karakteristik tingkat kontrol penderita asma berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) di Poli Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional restrospektif dengan menggunakan data rekam medis pasien asma rawat jalan di Poli Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang antara 1 Januari sampai 31 Desember 2016 dan didapatkan sebanyak 63 data yang memenuhi kriteria sampel. Data diolah dengan menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien asma laki-laki (49,2%) dan perempuan (50,8%) hampir merata, sebagian besar berusia 40 – 60 tahun (47,6%), bekerja sebagai PNS (31,7%), memiliki IMT ≥ 23,0 (49,2%), dengan tingkat kontrol asma berupa asma terkontrol sebagian (61,9%), asma terkontrol penuh terbanyak ditemukan pada IMT normal (3,2%), asma tidak terkontrol terbanyak pada IMT normal (17,5%), dan asma terkontrol sebagian terbanyak pada IMT berat badan lebih & obes (31,7%)
Hubungan Komorbid dengan Outcome Pasien Terkonfirmasi COVID-19 Di RSUP M. Djamil Padang Tahun 2020
Tujuan : Penelitian bertujuan Untuk mengetahui hubungan komorbid dengan outcome pasien terkonfirmasi COVID-19 di RSUP. M. Djamil Padang tahun 2020. Metode : Penelitian bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan teknik total sampling , yaitu semua pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di RSUP M.Djamil Padang berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi . Jumlah sampel penelitian sebanyak 468 pasien terkonfimasi COVID-19 yang dirawat pada periode Maret – Desember 2020. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat berupa Chi-Square . Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara komorbid dengan outcome pada pasien terkonfirmasi COVID-19 (p=0,010) di RSUP. M.Djamil Padang. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara komorbid dengan outcome pada pasien terkonfirmasi COVID-19
SK Dekan Tentang Penugasan tenaga Dosen FK UNAND sebagai Dokter Spesialis di RS Rumah Sakit UNAND
Pulmonary Embolism: A Narrative Literature Review
Pulmonary embolism (PE) is a pulmonary emergency that is quite common with various clinical manifestations, from asymptomatic to life-threatening. The incidence of pulmonary embolism is reported to be 1 per 1000 population, with 50,000 deaths per year. Making the diagnosis is difficult because the symptoms vary widely in each patient. Management of acute pulmonary embolism is carried out with a systematic approach involving early intervention, patient risk stratification, selection of therapy, and determination of the length of treatment
