4 research outputs found

    PEMBERDAYAAN PESANTREN MIFTAHUL ULUM MELALUI BUDIDAYA SAYURAN SECARA ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI TAKAKURA

    Get PDF
    ABSTRAKYayasan Ponpes Miftahul Ulum yang berada di Desa Ambangah memiliki lahan seluas 10 ha yang belum terkelola dan dimanfaatkan. Pengelolaan lahan tersebut masih terkendala karena sumberdaya dan keuangan. Praktek bercocok tanam saat ini hanya untuk kegiatan pembelajaran siswa pada mata pelajaran Muatan Lokal. Kemampuan manajerial usaha juga masih rendah dan tidak ada pembukuan yang jelas. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah supaya pihak pesantren memahami Teknik budidaya sayuran organik dengan teknologi takakura. Kegiatan pemberdayaan pesantren melalui pertanian organik takakura akan menjadi sarana pembelajaran yang efektif dan menjadi nilai tambah serta meningkatkan kemampuan usaha dan ekonomi ponpes khususnya para siswa. Selain itu kegiatan pertanian di pesantren akan menambah variasi kegiatan dan aktivitas baru yang produktif serta menjadi percontohan bagi masyarakat sekitar. Para siswa dan stakeholders terkait juga diajarkan pembuatan pupuk organik sistem takakura, budidaya tanaman sayuran yang sesuai rekomendasi, diajarkan kemampuan pengelolan Lembaga dan keuangan serta pemasaran produk. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada mitra serta praktik langsung dilapangan. Evaluasi kegiatan dilaksanakan secara berkala untuk memantau pelaksanaan dan tindak lanjut kegiatan di lapangan dengan cara survey langsung ke lokasi mitra dan pemberian kuesioner. Adapun capaian yang sudah dilaksanakan yaitu meningkatan pengetahuan  dan keterampilan sumberdaya manusia dalam pembuatan kompos takakura, budidaya tanaman sayuran organik dengan metode yang efektif yaitu sistem takakura dan pemanfaatan lahan tidur yang dimiliki pondok pesantren untuk budidaya empat jenis sayuran. Kata kunci: pemberdayaan; pertanian organik; takakura. ABSTRACTThe Foundation of Miftahul Ulum Ponpes, which is located in Ambangah Village, has a land area of 10 hectares that has not been managed and utilized. The land management is still constrained due to resources and finance. The current farming practice is only for student learning activities in Local Content subjects. Business managerial ability is still low and there is no clear accountancy. The purpose of implementing this activity is so that the partners understand the organic vegetable faarming technique using takakura technology.The activities of empowering the boarding school through takakura organic farming will be an effective means of learning and become an added value as well as increase the business and economic capacity of the boarding school, especially students. In addition, agricultural activities at the boarding school will add variety to new productive activities and activities as well as become a model for the surrounding community. The students and related stakeholders were also taught how to make organic fertilizer for the takakura system, cultivate vegetables according to recommendations, teach the ability of institutional management and finance and product marketing. The method of implementing activities is through counseling, training and mentoring to partners and direct practice in the field. Evaluation of activities is carried out regularly to monitor the implementation and follow-up of activities in the field by means of direct surveys to partner locations and giving questionnaires.The training is carried out to coach any partners and direct practice in the field. The training has been increasing the knowledge and skills of human resources in making takakura compost, cultivating organic vegetable with effective methods, namely the takakura system and the use of land owned by the boarding school for the cultivation of several types of vegetables. Keywords: empowerment; organic farming; takakura

    Respon Morfofisiologi Tanaman Kelapa Sawit Pre Nursery pada Pemberian Kompos Kotoran Walet dan Bakteri Synechococcus sp.

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the effect of swallow manure and Synechococcus sp. bacteria on the morphophysiology of oil palm plants in Pre Nursery. The experiment used a factorial Randomized Block Design (RAK) and three replication. The first factor being swallow manure compost, W0 = 0 grams/plant, W1 = 100 grams/plant, W2 = 150 grams/plant, W3 = 200 grams/plant. The second factor was concentration of Synechococcus sp. Bacteria, S1 = concentration 10 ml/L, S2 = concentration 15 ml/L, S3 = concentration 20 ml/L. Parameters observed were plant height, stem diameter, the number of leaves, total chlorophyll, stomata density, stomatal opening width, and transpiration rate. Application of swallow manure compost had a significant effect on the parameters of plant height, number of leaves and total chlorophyll. Concentration of Synechococcus sp. gave a significant effect on the parameters of the transpiration rate while on morphology there was no significant effect on all parameters. The best dose of compost for plant height was 200 g of compost and 10 ml/L of bacterial concentration, while the treatment of 200 g of compost and 15 ml/L of bacterial concentration was the best dose of total chlorophyll and stomatal density parameters. Combination treatment of swallow manure compost and Synechococcus sp. gave a significant effect on the parameters of plant height, total chlorophyll and stomatal density. Keywords: Morphophysiology, Organic Fertilizer, Pre Nursery, Palm Oil, Synechococcus s

    PELATIHAN PEMBUATAN BIOCHAR DARI SERESAH GAMBUT UNTUK MEMINIMALISIR KEBAKARAN LAHAN DI DESA RASAU JAYA II

    Get PDF
    ABSTRAKLahan gambut di Desa Rasau Jaya II relatif luas yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian walaupun kondisinya marginal. Petani umumnya membakar lahan tersebut pada musim kemarau untuk meningkatkan kesuburan namun efek negatifnya adalah munculnya titik api dan polusi udara dari asap hasil kebakaran lahan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu teknologi agar lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan risiko yang minimal terhadap lingkungan, seperti pembuatan biochar dengan teknik pembakaran terkontrol dari serasah gambut. Tujuan: (1) Meningkatkan pengetahuan petani mengenai pengelolaan lahan tanpa dibakar dan cara pembuatan biochar, (2) Meningkatkan keterampilan petani dalam pembuatan biochar, (3) Meningkatkan jiwa wirausaha terutama produk biochar. Kegiatan ini menggunakan metode observasi, partisipator dan eksperimental serta survey dengan kegiatan penyuluhan, pelatihan, pembuatan dan aplikasi biochar yang dibuat dari serasah gambut serta evaluasi di Desa Rasau Jaya II. Hasil dari kegiatan tersebut yaitu 97% peserta mengetahui dampak positif pengelolaan lahan tanpa dibakar dan mengetahui cara pembuatan biochar, 93% petani sudah terampil dalam membuat biochar, serta 93% petani juga tertarik untuk mengaplikasikan biochar dalam budidaya tanaman dan menjadikan produk usaha. Kegiatan ini telah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan jiwa wirausaha dalam pertanian khususnya pembuatan biochar dan cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian petani cabai di Desa Rasau Jaya serta mengurangi pembakaran hutan dan lahan. Kata kunci: arang; charcoal; histosol; peat. ABSTRACTThe peat land in Rasau Jaya II Village are relatively wide which could be used for agriculture potentially even though its in marginal condition. Generally, the farmers would burned the land in the dry season to increase fertility, but the negative effects are emergence of hotspots and air pollution from smoke. Therefore, a technology is needed so that the land can be used for agriculture with minimal risk to the environment, such as making biochar with controlled burning techniques from peat litter or twigs. Objectives: (1) Increase farmers' knowledge about eco-friendly peat land management and how biochar are made, (2) Improve farmers' skills in making biochar, (3) Increase entrepreneurial spirit, especially biochar. This community service activity used observation, participatory and experimental methods as well as surveys with extension activities, training, manufacture and application of biochar made from peat litter as well as evaluation in Rasau Jaya II Village. The results of this activity are that 97% of participants know about positive impact in peat land management without burning activity wich is relatively new for them , 93% of farmers are skilled in making biochar, and 93% of farmers are also interested in applying biochar in plant cultivation and making business products. This activity has increased knowledge, skills and entrepreneurial spirit in agriculture, especially in producing biochar and has the potential to improve the economy of chili farmers in Rasau Jaya Village and reduce forest and land burning activity.Key words: charcoal; charcoal; histosol; peat

    Pemberdayaan Pesantren Miftahul Ulum Melalui Budidaya Sayuran Secara Organik Dengan Teknologi Takakura

    Full text link
    Yayasan Ponpes Miftahul Ulum yang berada di Desa Ambangah memiliki lahan seluas 10 ha yang belum terkelola dan dimanfaatkan. Pengelolaan lahan tersebut masih terkendala karena sumberdaya dan keuangan. Praktek bercocok tanam saat ini hanya untuk kegiatan pembelajaran siswa pada mata pelajaran Muatan Lokal. Kemampuan manajerial usaha juga masih rendah dan tidak ada pembukuan yang jelas. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah supaya pihak pesantren memahami Teknik budidaya sayuran organik dengan teknologi takakura. Kegiatan pemberdayaan pesantren melalui pertanian organik takakura akan menjadi sarana pembelajaran yang efektif dan menjadi nilai tambah serta meningkatkan kemampuan usaha dan ekonomi ponpes khususnya para siswa. Selain itu kegiatan pertanian di pesantren akan menambah variasi kegiatan dan aktivitas baru yang produktif serta menjadi percontohan bagi masyarakat sekitar. Para siswa dan stakeholders terkait juga diajarkan pembuatan pupuk organik sistem takakura, budidaya tanaman sayuran yang sesuai rekomendasi, diajarkan kemampuan pengelolan Lembaga dan keuangan serta pemasaran produk. Metode pelaksanaan kegiatan yaitu melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan kepada mitra serta praktik langsung dilapangan. Evaluasi kegiatan dilaksanakan secara berkala untuk memantau pelaksanaan dan tindak lanjut kegiatan di lapangan dengan cara survey langsung ke lokasi mitra dan pemberian kuesioner. Adapun capaian yang sudah dilaksanakan yaitu meningkatan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia dalam pembuatan kompos takakura, budidaya tanaman sayuran organik dengan metode yang efektif yaitu sistem takakura dan pemanfaatan lahan tidur yang dimiliki pondok pesantren untuk budidaya empat jenis sayuran
    corecore