9 research outputs found

    RANCANG BANGUN MODUL PELATIHAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR, SISTEM KENDALI DAN AKTUATOR ELEKTRONIK

    Get PDF
    Penggunaan perangkat otomasi berupa sensor, sistem kendali, maupun aktuator berasal dari berbagai jenis, model, merk, dan tipe sudah lazim digunakan pada berbagai kegiatan di dunia industri. Pengetahuan pengguna sangat dperlukan untuk menggunakan perangkat industri yang berbeda-beda ini sebagai upaya kesalahan saat penggunaannya. Namun, masih banyak ditemukan mahasiswa dan masyarakat umum yang belum memahami cara penggunaan perangkat-perangkat yang lazim digunakan di dunia industri. Hal ini yang mendasari penulis untuk membuat sebuah modul pelatihan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang akan memberikan pengetahuan mengenai piranti yang lazim digunakan di industri seperti sensor proximity, temperature controller, dan relay. Modul pelatihan yang dirancang penulis ini digunakan sebagai media praktikum mahasiswa pada mata kuliah Sensor dan Transducer dengan harapan mahasiswa mampu memahami penggunaan sensor, kendali dan actuator elektronik sebagai persiapan mahasiswa menghadapi dunia industri.Kata Kunci: Modul pelatihan Sensor proximity Kendali suh

    Pengaruh Variasi Radius Sudu Turbin Angin Darrieus Tipe Sudu-J

    Get PDF
    Utilization of alternative energy, therefore this wind turbine is used as an alternative energy power plant. So this experimental study is used to determine how much influence on the performance of the Darrieus type J-blade vertical shaft wind turbine by varying the blade radius. The method used is a true experimental research method. The independent variables in this study are variations in wind speed of 3, 4, 5, 6, and 7 m / s. The dependent variable in this research is shaft power and efficiency. Then the controlled variables in this study were the number of blades 3 and the front radius of the blade: 5, 10, and 15 mm. The test results and data processing shows that the blade radius of the Darrieus J-blade type of wind turbine affects the performance of the Darrieus J-blade type wind turbine. In testing the highest value was achieved at a blade radius of 15 mm with a wind speed of 7 m / s, namely the shaft power value of 0.323 Watt and the efficiency value of 4.673%

    Pengaruh Variasi Lip Thickness Pada Nozzle Terpancung Terhadap Karakteristik Api Pembakaran Difusi Concentric Jet Flow

    Full text link
    Nozzle shape greatly influence turbulence between the fuel, air and formation of flow recirculation zone to produce a homogeneous mixing and get a near-perfect combustion. The recirculation zone is area that caused by flow rate breakdown, causing vortex and backflow around the end of nozzle. This backflow that hold up while lowering the flame so the flow rate of fuel and air mixture maintained lower or equal with flame speed. This study used variation of lip thickness of truncated nozzle 0, 4, 8, 12, and 16 mm.To obtain flame stability, fuel velocity and air velocity were variated. Thermocouples were used to measure flame temperature and its distribution. The results showed that stability of concentric jet diffusion flame flow increased with narrow lip thickness on a truncated nozzle. The wider stability area obtained in 4 mm lip thickness. In addition, temperature on diffusion flames concentric jet flow also more evenly distributed evenly with size of the nozzle lip thickness. The highest temperature and temperature distribution in the horizontal direction were occured in in the nozzle with lip thickness of 0 mm. A shadowgrapgh visualization was also used to identify phenomena of the nozzle exit flow

    Pengaruh Perlakuan Permukaan Pengikatan Terhadap Sifat Mekanik Komposit Serat Kaca Dengan Laminasi Almunium

    Get PDF
    Fiber metal laminates or commonly known as fiber metal laminates (FML) are composite structures made by combining 2 layers of material as the outer layer with the core material. The outer layer of this composite is called the laminate. Generally, laminated composites are produced by joining techniques under solid-state conditions, such as diffusion bonding, extrusion, friction-stir welding, and roller welding. In this study, glass fiber composites with aluminum lamination were made using the vacuum assisted resin infusion (VARI) method, using epoxy resin. The surface treatment of the aluminum laminate was carried out with the direction of roughing at certain angles and variations of the surface roughening of the laminate to test the mechanical bonding between the composite and the laminate. Mechanical bonding testing using three-point bending test method (three-point bending) and buckling test. The expected result is that by surface treatment on aluminum laminate, the best mechanical bonding to composites with glass fiber is obtained. The TKT to be achieved from this research is TKT level 3, which is an analytical study that supports the prediction of the performance of the effect of the bonding surface treatment on the mechanical properties of glass fiber composites with aluminum lamination

    PENGARUH VARIASI TRAVEL SPEED TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA PENGELASAN DISIMILAR METAL DENGAN MIG ROBOTIC WELDING

    Get PDF
    Welding using dissimilar metals is a new phenomenon in the industrial world. Some studies have already addressed dissimilar metal welding, but they are limited to variations in welding current strength and voltage. None have yet explored welding travel speed, mainly due to the difficulty in controlling it in manual welding. Because of this background, the researcher conducted a study on welding by varying the travel speed. The aim of this research is to elucidate the influence of travel speed on tensile strength in dissimilar metal welding using MIG robotic welding. The study involved joining dissimilar metals, namely low carbon steel and stainless steel (SS 304), using the MIG Robotic Welding process with travel speed variations of 50 cm/second, 60 cm/second, and 70 cm/second. The welding results were then subjected to tensile testing and macrostructure observation of the fracture surfaces. The research findings indicate that the highest tensile strength was achieved at a travel speed of 50 cm/minute, with a maximum tensile strength of 839.8879 MPa

    Pengaruh Variasi Lip Thickness Pada Nozzle Terpancung Terhadap Karakteristik Api Pembakaran Difusi Concentric Jet Flow

    No full text
    Salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik api difusi adalah geometri nozzle bahan bakar dalam instalasi sistem pembakaran. Bentuk nozzle sangat mempengaruhi aliran bahan bakar dan udara dan berperan dalam pembentukan zona resirkulasi aliran. Zona resirkulasi adalah daerah yang timbul akibat pemecahan laju aliran sehingga menimbulkan pusaran dan aliran balik di sekitar ujung nozzle. Aliran balik inilah yang menghambat sekaligus menekan nyala api sehingga kecepatan aliran campuran bahan bakar dan udara terjaga lebih rendah atau sama dengan kecepatan nyala. Dengan kata lain, zona resirkulasi aliran berperan penting dalam meningkatkan kestabilan api difusi. Selain kestabilan api difusi, zona resirkulasi aliran juga berpengaruh terhadap temperatur pembakaran. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi temperatur pembakaran adalah proses pencampuran antara bahan bakar dengan udara. Semakin baik proses pencampuran bahan bakar dan udara maka temperatur yang dihasilkan juga semakin tinggi. Dalam hal ini vortex-vortex yang terbentuk dalam zona resirkulasi aliran berperan dalam proses pengadukan reaktan. Oleh sebab itu, semakin luas zona resirkulasi aliran maka proses pencampuran antara bahan bakar dengan udara juga semakin baik sehingga menghasilkan campuran reaktan lebih homogen dan pembakaran yang lebih sempurna. Peneltian ini dilakukan secara eksperimental dengan variasi lip thickness nozzle terpancung : 0 mm, 4 mm, 8 mm, 12 mm, dan 16 mm, dimana data yang diambil adalah kestabilan nyala dan temperatur api difusi concentric jet flow. Untuk memperoleh diagram kestabilan api, setiap variasi nozzle bahan bakar dilakukan pengambilan data kecepatan aliran bahan bakar pada kondisi lift off dan blow off. Sedangkan untuk mengetahui distribusi temperatur api setiap variasi nozzle, digunakan termokopel yang dihubungkan dengan data logger. Untuk menunjang dan mempertegas hasil dari penelitian, maka digunakan visualisasi direct photograph dan shadowgraph agar didapatkan gambaran nyata dari pola aliran reaktan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum kestabilan api difusi concentric jet flow mengalami peningkatan dengan semakin kecilnya lip thickness pada nozzle terpancung. Selain itu temperatur pada api difusi concentric jet flow juga semakin meningkat seiring dengan kecilnya lip thickness pada nozzle terpancung akibat perluasan zona resirkulasi aliran

    Pengaruh Penggunaan Turbojet Accelerator dan Penambahan Uap Minyak Kelapa terhadap Unjuk Kerja Motor Otto Empat Langkah,

    No full text
    Saat ini kendaran yang paling banyak digunakan adalah kendaraan bermotor berbahan bakar minyak bumi. Untuk menghadapi masalah kurang maksimalnya kinerja motor dan menipisnya bahan bakar minyak bumi maka perlu adanya upaya penyermpurnaan proses pembakaran dan pemanfaatan bahan bakar alternatif pengganti BBM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu penggunaan alat turbojet accelerator dan penambahan uap minyak kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan turbojet accelerator dan uap minyak kelapa terhadap unjuk kerja serta emisi gas buang yang berupa gas CO dan gas HC. Dalam penelitian ini variasi putaran mesin (rpm) yang diuji untuk mengetahui unjuk kerja motor otto empat langkah adalah 1500, 2000, 2500, 3000 dan 3500 dengan kondisi standart, penambahan turbojet accelerator, penambahan uap minyak kelapa, penambahan turbojet accelerator dan uap minyak kelapa. Data hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan turbojet accelerator dan uap minyak kelapa dapat meningkatkan torsi, daya efektif, serta efisiensi termal efektif dari motor otto empat langkah jika dibandingkan dengan kondisi standart. Hal ini dikarenakan dengan penambahan turbojet accelerator dan uap minyak kelapa dapat menambah massa bahan bakar serta menyeimbangkan campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke ruang bakar, sehingga pembakaran semakin sempurna, energi yang dihasilkan setelah proses pembakaran meningkat dan akhirnya meningkatkan unjuk kerja motor otto empat langkah. Sedangkan untuk emisi gas CO dan gas HC yang paling rendah juga didapat dengan penambahan turbojet accelerator dan uap minyak kelapa. Secara keseluruhan, unjuk kerja yang baik dan emisi gas buang yang rendah dicapai dengan penambahan turbojet accelerator dan uap minyak kelapa
    corecore