34 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Malaka (Phyllantus emblica) Terhadap Jumlah dan Diferensial Leukosit Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinfeksi Trypanosoma evansi

    Get PDF
    Tripanosomiasis merupakan penyakit menular akut atau kronis pada hewan yang disebabkan oleh protozoa darah Trypanosoma sp. Tripanosomiasis tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dan menyerang hewan seperti kuda, sapi, kerbau, dan anjing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun malaka (Phyllantus emblica) dalam menurunkan jumlah leukosit dan diferensial leukosit tikus putih yang diinfeksikan Trypanosoma evansi. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih yang dibagi kedalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif (K0) tanpa infeksi T.evansi dan tanpa ekstrak etanol daun malaka, kelompok kontrol positif (K1) diinfeksikan T.evansi tanpa diberikan ekstrak etanol daun malaka, kelompok perlakuan K2, K3, dan K4 diinfeksikan T.evansi dan diberi ekstrak etanol daun malaka dengan dosis 300, 600, dan 900 mg/kg berat badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari keempat setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai leukosit dan diferensial leukosit (granulosit, monosit, dan limfosit) dari K1, K2, K3, dan K4 lebih tinggi dari K0. Jumlah masing-masing sel leukosit menurun setelah pemberian ekstrak etanol daun malaka. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa infeksi T. evansi meningkatkan jumlah leukosit dan diferensial leukosit dan pemberian ekstrak etanol daun malaka dosis 600 mg/kg bb mampu mengembalikan jumlah leukosit dan diferensial leukosit dalam nilai normal

    ANTI-TRYPANOSOMA ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OF NEEM LEAF (Azadirachta indica) ON Trypanosoma evansi IN RATS (Rattus norvegicus)

    Get PDF
    The aim of this study was to determine the effect of neem leaf extract (Azadirachta indica) on parasitemia of rats infected with Trypanosoma evansi (T. evansi) Aceh local isolate. A total of 24 male rats aged three months were used in this study and randomly divided into six treatment groups equally. The negative control group (K0) without T. evansi infection and neem leaf extract, the positive control group (K1) was infected with T. evansi but no neem leaf extract given, group K2, K3, K4, and K5 were infected with 5x104 T. evansi and were given neem leaf extract after patent infection with dose of 50, 100, 400, and 800 mg/kg BW respectively. The extract was given orally for three consecutive days. On the fourth day, rat blood was drawn for parasitemia examination. The results showed that no T. evansi detected in rats in negative control group (K0), while parasitemia in group K1; K2; K3; K4; and K5 was 12,295 x106/mL; 10,495 x106/mL; 9,360 x106/mL; 5,080x106/mL; and 2,398x106/mL of blood, respectively. Percentage of inhibition of parasitemia in K2, K3, K4, and K5 reached 14.64, 23.78, 58.68, and 80.50%, respectively. Based on the result of the study, neem leaf extract of 800 mg/kg BW gave the highest reduction of parasitemia in rats infected with T. evansi

    IDENTIFIKASI LEUKOSIT POLYMORPHONUCLEAR (PMN) DALAM DARAH SAPI ENDOMETRITIS YANG DITERAPI DENGAN GENTAMISIN, FLUMEQUIN, DAN ANALOG PGF2α

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase leukosit polymorphonuclear (PMN) dalam preparat ulas darah sapi endometritis. Enam ekor sapi endometritis dibagi dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok I (n=3) diterapi dengan 250 mg gentamisin/ekor, 250 mg flumequin/ekor, dan PGF2α sebanyak 12,5 mg/ekor secara intra uteri. Kelompok II (n=3) diterapi dengan menggunakan antibiotik dengan dosis dan cara pemberian yang sama seperti pada Kelompok I. Hasil penghitungan leukosit diferensial sebelum terapi menunjukkan persentase jumlah limfosit yang lebih tinggi dibandingkan bentuk leukosit lainnya pada Kelompok I dan II masing-masing adalah 62,50±1,17 dan 63,66±2,35, sedangkan persentase jumlah neutrofil pada Kelompok I dan II masing-masing adalah 29,33±0,94 dan 27,33±0,94. Setelah terapi, tidak ada perbedaan persentase (P0,05) bentuk leukosit antara kedua kelompok perlakuan. Terapi kombinasi antibiotik dan PGF2α pada sapi penderita endometritis tidak menghasilkan perubahan diferensial leukosit termasuk PMN

    PROFIL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINFEKSIKAN Trypanosoma evansi DAN DIBERIKAN EKSTRAK KULIT BATANG JALOH (Salix tetrasperma Roxb)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah (hematokrit, eritrosit, leukosit, dan diferensial leukosit) tikus yang diinfeksi Trypanosoma evansi (T. evansi) dan diberi ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Duapuluh lima ekor tikus jantan dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok 0 (K0) tanpa perlakuan, kelompok I (K1) hanya diinfeksikan dengan 103 T. evansi, kelompok II (K2) diinfeksikan dengan 103T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 30 mg/kg bobot badan, kelompok III (K3) diinfeksikan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 45 mg/kg bobot badan, dan kelompok IV (K4) diinfeksi dengan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 60 mg/kg bobot badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai hematokrit dan eritrosit tikus dari K1, K2, K3 dan K4 lebih rendah dari K0. Sebaliknya, rata-rata ± SD jumlah leukosit (103/µl) lebih tinggi dari K0. Diferensial leukosit menunjukkan jumlah masing-masing sel leukosit semua tikus dalam kelompok perlakuan meningkat setelah pemberian ekstrak kulit batang jaloh kecuali eosinofil dan limfosit yang justru menurun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Infeksi T. evansi menurunkan kadar hematokrit dan eritrosit namun meningkatkan kadar leukosit tikus dan pemberian ekstrak kulit batang jaloh dosis rendah dalam waktu yang singkat mampu mengembalikan profil darah tikus mendekati nilai normal

    Ovitrap use in epidemiology study of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Kuta Alam sub-district Banda Aceh, Indonesia

    Get PDF
    A study on the mosquitoes Aedes spp. has been conducted in Kuta Alam Sub-district, Banda Aceh, to find out the percentage and distribution of positive ovitrap with eggs of Aedes aegypti and A. albopictus, based on location of ovitrap, level of rainfall as well as different landuse of settlement areas. Sampling was conducted by setting up ovitrap monthly, from January to December 2010 in settlement area that have more trees versus less trees, both indoor and outdoor. Data of the ovitrap percentage that was proved to be positive with eggs of A. aegypti and A. albopictus was analized using Student T-Test. The study revealed that rainfall value did not significantly affect (P0.05) the percentage of positive A. aegypti and  A. albopictus ovitraps and neither  did the location of ovitrap (indoor versus outdoor). The settlement areas with more trees have significantly higher percentage of ovitraps containing A. albopictus than areas with less trees, but not significant for A. aegypti (P0.05). It was suggested that rainfall and location of ovitrap did not influence the number of ovitrap containing Aedes aegypti and Aedes albopictus eggs, while settlement landuse  influenced significantly the percentage of positive ovitraps for Aedes albopictus, but not for Aedes. aegypti. Between two villages in Kuta Alam sub-district, it was found out that Gampong Beurawe was dominated by Aedes albopictus while Gampong Kuta Alam by Aedes aegypti. Overall, the sensitivity of ovitrap in Kuta Alam subdistrict was 83,7%. The usage of ovitrap is thus recommended for monitoring of Aedes spp. control program

    PROFIL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINFEKSIKAN Trypanosoma evansi DAN DIBERIKAN EKSTRAK KULIT BATANG JALOH (Salix tetrasperma Roxb)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran darah (hematokrit, eritrosit, leukosit, dan diferensial leukosit) tikus yang diinfeksi Trypanosoma evansi (T. evansi) dan diberi ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb). Duapuluh lima ekor tikus jantan dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok 0 (K0) tanpa perlakuan, kelompok I (K1) hanya diinfeksikan dengan 103 T. evansi, kelompok II (K2) diinfeksikan dengan 103T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 30 mg/kg bobot badan, kelompok III (K3) diinfeksikan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 45 mg/kg bobot badan, dan kelompok IV (K4) diinfeksi dengan 103 T. evansi dan diberikan ekstrak kulit batang jaloh 60 mg/kg bobot badan. Infeksi T. evansi dilakukan secara intraperitoneal sedangkan ekstrak diberikan secara oral selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ± SD nilai hematokrit dan eritrosit tikus dari K1, K2, K3 dan K4 lebih rendah dari K0. Sebaliknya, rata-rata ± SD jumlah leukosit (103/µl) lebih tinggi dari K0. Diferensial leukosit menunjukkan jumlah masing-masing sel leukosit semua tikus dalam kelompok perlakuan meningkat setelah pemberian ekstrak kulit batang jaloh kecuali eosinofil dan limfosit yang justru menurun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Infeksi T. evansi menurunkan kadar hematokrit dan eritrosit namun meningkatkan kadar leukosit tikus dan pemberian ekstrak kulit batang jaloh dosis rendah dalam waktu yang singkat mampu mengembalikan profil darah tikus mendekati nilai normal

    The Use of Sour Soup (Annona murricata) Seed Powder as Acaricide on Cow and Goat

    Get PDF
    This research was aimed to study curative effect of sour soup seed powder on cattle invested with ticks and goat infected with scabies. This study was using 12 cattle invested with ticks and 12 goats with scabies. The cattle divided into 4 groups (S1, S2, S3 and S4) while goats were divided into 3 groups (K1, K2, and K3) equally. For cattle with ticks group S1 received water (control group), while group S2, S3, and S4 received 1%, 5%, and 10% sour soup powder respectively. Ticks that fell to the ground and not engorged were collected and identified. Statistical analysis showed that all concentrations of sour soup were effective in paralyzing and or killing ticks of the genera Boophilus sp. and Dermacentor sp. but were not effective against Rhipicepalus sp. For goats with scabies, groups K1, K2, and K3 received 1, 5 and 10% sour soup powder respectively mixed with water applied to whole area of infected and uninfected skin surrounding infected area. Number of mites per cm2 before and after treatment was counted. Statistical analysis showed that 1, 5, and 10% sour soup powder effective in reducing the number of scabies mites on day 1 and 7 after treatment and were significantly different from those number of mites before treatment (P0.01). Statistical analysis also showed that no significant difference among concentration of sour soup seed powder in decreasing the number of mites (P0.05)

    Prevalence of F. Gigantica and Pathological Changes in Liver of Simeulue Buffalo

    Full text link
    The aim of this study was to identify the prevalence of fasciolosis of Simeulue's buffalo using macroscopic approach by observing pathological changes in the liver. The sample were obtained from slaughterhouse in Sinabang. A number of 60 livers were obtained on July to September 2015 based on post mortem examination. From this sample, a total of 57 livers were found positive indication of infested by F. gigantica (95%). The length and width of F. gigantica was 25 mm and 7 mm. The body was flat as a leaf, blunt on posterior, gray, brown, transparant and do not have a real shoulder shapes. The liver which were not infested with F. gigantica showed sharp edges and a very high degree of elasticity. On the other hand, in the infested liver was found F. gigantica in the bile duct and showed a color of pale, the dark brown exudate as well as objects looks like gravel. The buffaloes sample were supplied to the abattoir from the paddy fields or oil palm plantations area. In comparison, the buffaloes raised in both areas were not different on the pathological changes of liver. In conclusion, this study showed that simeulue's buffalo is very prevalence to F. gigantica

    GAMBARAN KLINIS SAPI PIOMETRA SEBELUM DAN SETELAH TERAPI DENGAN ANTIBIOTIK DAN PROSTAGLANDIN SECARA INTRA UTERI

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran klinis sapi pyometra sebelum dan setelah diterapi dengan antibiotik dan prostaglandin. Dalam penelitian ini digunakan enam ekor sapi betina yang didiagnosis menderita piometra berdasarkan pemeriksaan secara klinis dan ultrasonografi pada organ reproduksi. Sapi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan, masing-masing 3 ekor sapi untuk tiap kelompok. Kelompok I diterapi dengan 5 ml antibiotik (gentamicine, flumequine) ditambah 15 ml NaCl fisiologis dan PGF2α (Luprostiol) 12,5 mg secara intra uteri, sedangkan kelompok II diterapi hanya dengan menggunakan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan pada sapi yang didiagnosis piometra ditemukan adanya cairan yang penuh mengisi uterus (100%), korpus luteum persisten pada salah satu ovarium (100%), discharge di sekitar ekor, perineum, dan vulva yang berwarna kuning (50%), krem (33,3%), dan hijau keabu-abuan (16,6%). Sapi yang diterapi dengan antibiotik dan PGF2α menyebabkan pengeluaran leleran yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan sapi yang diterapi hanya dengan antibiotik
    corecore