32 research outputs found

    HUBUNGAN JUMLAH CD4+ DENGAN PENURUNAN HEMOGLOBIN PADA PASIEN TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)/ACQUIRED IMMUNEDEFICIENCY SYNDROME (AIDS) DI RSUDDr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

    Get PDF
    Latar belakang : Acquired Immunedeficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakansistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ditandai denganimunosupresi berat yang dapat menyebabkan komplikasi terjadinya anemia, yang ditandai dengan penurunaan jumlahCD4+. Sel limfosit CD4+ merupakan target utama pada infeksi HIV dimana sel ini berfungsi sentral dalam sistem imun tubuh.Pada mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi HIV, semakin lama terinfeksi HIV akan menimbulkan penurunanjumlah sel limfosit CD4+ <200 sel/mm3, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel lainnya dalam sistem imun tersebut.Tujuan : Mengetahui hubungan penurunan jumlah CD4+ dengan penurunan hemoglobin pada pasien terinfeksiHIV/AIS di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2014.Metode : Jumlah kadar CD4+ dan kadar hemoglobin didapatkan dari rekam medik pasien yang datang ke KlinikVCT Kanca Sehati RSUAM dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah survey analitik denganrancangan cross-sectional study.Hasil : dari 60 responden didapatkan rerata hb pada pasien terinfeksi HIV/AIDS dengan CD4+ kurang dari 50sel/mm rerata Hb 6,7 gr/dL (11,7%), CD4+ 50-99 sel/mm rerata Hb 7,1 gr/dL (40%) dan CD4+ 100-200 sel/mm rerata Hb 9,4gr/dL (48,3%). Dengan pria mendominasi sebanyak 32 (53,3%). Rentan usia terbanyak 20-30 tahun sebanyak 27 (45%).Kesimpulan : Terdapat korelasi positif antara penurunan jumlah CD4+ dengan penuruunan kadar Hb. Semakinrendah CD4+ maka terjadinya penurunan Hb semakin besar

    KORELASI JUMLAH CD4 DENGAN KEJADIAN KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)/ CQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013

    Get PDF
    Kandidiasis merupakaninfeksi jamur yang disebabkan Candida danmudah terjadi pada orang yang mengalamipenurunan system imun, termasuk padapenderita HIV/AIDS. AIDS merupakankumpulan gejala penyakit yang disebabkanoleh menurunnya system imun akibat infeksivirus HIV dan kandidiasis merupakan infeksijamur yang sering terjadi. Penelitiansebelumnya yang dilakukan dibeberapa rumahsakit menunjukkan terdapat korelasi jumlahkadar CD4 dengan kejadian kandidiasis oral,semakin rendah jumlah kadar CD4, semakinmudah penderita HIV/AIDS mengalamikandidiasis oral.Tujuan:Mengetahui korelasi jumlah kadarCD4 dengan kejadian kandidiasis oral padapasien terinfeks iHIV/AIDS di RSUD dr. H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung periodeJanuari-Desember 2013.Metode: Jumlah kadar CD4 dan data pasienterinfeksi kandidiasis oral didapatkan darirekam medic pasien yang datang ke KlinikVCT Kanca Sehati RSUAM dr. H. AbdulMoeloek. Jenis penelitian ini adalah surveyanalitik dengan rancangan cross-sectionalstudy.Hasil: Dari 50 responden, 43(86%) terinfeksikandidiasis oral dan 7(14%) tidak terinfeksi.Dengan jumlah kadar CD4 200-100 sel/μlsebanyak 2 responden (4,7%), CD4 100-50sel/μl7 responden (16,3%) dan 34 responden(79,1%) dengan CD4 ≤50sel/μl. Dengan priamendominasi yaitu 24 responden (55,8%).Rentan usia terbanyak 31-45 tahun sebanyak22(51,2%).Kesimpulan:Terdapat korelasi positif antarajumlah kadar CD4 dengan kejadiankandidiasis oral, didapatkan sebagian besarjumlah kadar CD4 <50sel/μl

    Hubungan Tekanan Darah Terkontrol dan Tidak Terkontrol terhadap Kadar High Density Lipoprotein Pasien Hipertensi

    Get PDF
    Background: Hypertension is a non-communicable disease (PTM) which is a very serious health problem both in the World and in Indonesia. Deaths of hypertension in the World are around 8 million every year, in Southeast Asia around 1.5 million. Increased blood pressure or hypertension is often followed by metabolic changes such as impaired glucose tolerance, hyperinsulinemia, hyperlipidemia, obesity, humeral changes such as the increased activity of renin, plasma, catecholamines, aldosterone, and followed by hemodynamic changes such as left ventricular hypertrophy, and impaired diastolic function. One contributing factor is a low level of High-Density Lipoprotein (HDL). From the subjects of 25 hypertension patients and 25 normal people, the average HDL profile of individuals with hypertension is lower with a significant difference between HDL profiles of hypertension individuals on normal individuals. Purpose: To find out the correlation between controlled and uncontrolled blood pressure with High-Density Lipoprotein (HDL) levels in hypertension patients at the K.Hakkiyah Central Lampung family doctor clinic in 2018. Methods: This study uses an analytical research method with a cross-sectional approach, which is by collecting data one at a time. Data will be processed and analyzed with a computer using SPSS for Windows version 20.0 program. Results: Based on the Spearman analysis, there is no correlation with the value of r = 0.118 and the value of p = 0.487 (p&gt; 0.05). Conclusion: There is no correlation between controlled and uncontrolled blood pressure with high density lipoprotein (HDL) levelsLatar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius baik di Dunia maupun di Indonesia. Kematian akibat hipertensi setiap tahun di Dunia sekitar 8 juta, di Asia Tenggara sekitar 1,5 juta. Peningkatan tekanan darah atau hipertensi seringkali di sertai perubahan - perubahan metabolic seperti gangguan toleransi glukosa, hiperinsulinemia, hyperlipidemia, obesitas, perubahan humeral seperti peningkatan aktivitas renin, plasma, katekolamin, aldosterone, dan diikuti perubahan hemodinamik seperti hipertropi ventrikel kiri, dan gangguan fungsi diastolik. Salah satu faktor berpengaruh adalah kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah. Dari subjek 25 orang hipertensi dan 25 orang normal, didapatkan rerata profil HDL individu pada hipertensi lebih rendah dengan perbedaan yang signifikan antara profil HDL individu hipertensi dengan normal. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubunganan antara tekanan darah terkontrol dan tidak terkontrol dengan kadar High Density Lipoprotein (HDL) pada pasien hipertensi di Klinik dokter keluarga K.Hakkiyah Lampung Tengah 2018. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu. Data akan diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 20,0. Hasil Penelitian: Berdasarkan analisa Spearman didapatkan tidak adanya hubungan dengan nilai r = 0,118 dan nilai p =0,487 (p&gt;0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tekanan darah terkontrol dan tidak terkontrol terhadap kadar high density lipoprotein (HDL

    HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) DI KOMUNITAS ODAPUS PROVINSI LAMPUNG (KOL)TAHUN 2018

    Get PDF
    Prevalensi SLE di Indonesia, jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui. Prevalensi Lupus Eritematosus Sistemik (LES) dimasyarakat berdasarkan survey yang dilakukan oleh Prof. Handono Kalim, dkk di Malang memperlihatkan angka sebesar 0,5 % terhadap total populasi.  Diketahui hubungan penerimaan diri dengan kualitas hidup pada pasien lupus eritematosus sistemik (LES) di Komunitas Odapus Provinsi Lampung (KOL) Tahun 2018. Jenis penelitian kuantitatif, rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional, Populasi seluruh pasien Lupus sebanyak 40 orang. Sampel sebanyak 40 orang dengan teknik total sampling. Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Distribusi frekuensi penerimaan diri pada pasien lupus eritematosus sistemik (LES) sebagian besar dengan kategori kurang baik sebanyak 22 responden (55,0%). Distribusi frekuensi kualitas hidup pada pasien lupus eritematosus sistemik (LES) sebagian besar dengan kategori tinggi sebanyak 25 responden (62,5%),Ada hubungan antara penerimaan diri dengan kualitas hidup pada pasien lupus eritematosus sistemik (LES) (p-value 0,005 < α 0,05). OR:11,556

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR KOLESTEROLTOTAL PADA PASIEN FKTP DIABETES MELITUS TIPE II DI PRAKTIK MANDIRI DOKTER K. HAKIKIYAH LAMPUNG TENGAH AGUSTUS 2019

    Get PDF
    Berat badan berlebih adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas, di mana seseorang dapat dinyatakan berat badan berlebih apabila orang tersebut memiliki IMT ≥ 23. Timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh penderita berat badan berlebih atau obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap kadar gula darah dan mempunyai risiko 1,71 kali terkena diabetes melitus. Tanpa adanya penurunan berat badan dan modifikasi gaya hidup, orang dengan sindrom metabolik memiliki resiko bermakna untuk menjadi diabetes melitus tipe 2 dan orang dengan hiperkolesterolemia memiliki faktor risiko 3,41 kali untuk terkena diabetes melitus. Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar kolesterol total pada pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah. Penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan Desain penelitian Cross Sectional, populasi adalah seluruh pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah. Penarikan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 56 orang. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Distribusi frekuensi Indeks Massa Tubuh IMT terbanyak yaitu kategoriberlebih sebanyak 30 orang (53,6 %). Distribusi frekuensi kadar kolesterol total terbanyak yaitu kategori berlebih  sebanyak 43 orang (76,8 %). Di ketahui ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar kolesterol total pada pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah dengan nilai p-value = 0,028. Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar kolesterol total pada pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah

    Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan kadar HDL pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2

    Get PDF
    Diabetes mellitus type 2 is a metabolic disease characterized by an increase in insulin released by pancreatic beta cells and / or insulin resistance. Excessive nutrition with excess body fat accumulation increases the risk of suffering from degenerative diseases. The purpose of this study was to study whether there was a relationship between Body Mass Index with HDL levels in patients with type 2 Diabetes Mellitus FKTP patients at the Independent Practitioner Doctor K. Hakikiyah, Lampung Tengah in 2019. This research method used observational analytic with cross sectional design. The sampling technique in this study used the total sampling quota method with a total sample of 56 people collected. Data analysis using Pearson trial. The highest BMI was the excess BB category by 33 people (58.9%), the highest HDL frequency distribution, namely the Low category by 29 people (51.8%), and obtained (p-value = 0.034 and r = -0.284 Related to Body Mass Index with HDL levels having a weak direction and a negative direction, is if BMI increases, HDL levels increase and vice versa.Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kenaikan glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau resistensi insulin. Gizi berlebih dengan akumulasi lemak tubuh berlebih meingkatkan risiko menderita penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kadar HDL pada pasien FKTP Diabetes Mellitus tipe&nbsp; 2 di Dokter Praktik Mandiri K. Hakikiyah Lampung Tengah Tahun 2019. Metode penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode kuota total sampling dengan keseluruhan sampel berjumlah 56 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi pearson. Hasilnya diketahui distribusi frekuensi IMT terbanyak yaitu kategori BB Berlebih sebanyak 33 orang (58,9%), distribusi frekuensi kadar HDL terbanyak yaitu kategori Rendah sebanyak 29 orang (51,8%), dan didapatkan (p-value = 0,034 dan r = -0,284) sehingga terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kadar &nbsp;HDL memiliki korelasi lemah dan arah negatif yaitu jika IMT meningkat maka kadar HDL menurun dan sebaliknya

    HUBUNGAN ANTARAINDEKS MASSA TUBUHDENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN FKTP DIABETES MELITUS TIPE II DI DOKTER PRAKTIK MANDIRI K-HAKIKIYAHLAMPUNG TENGAH AGUSTUS 2019

    Get PDF
    Berat badan berlebih adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas, di mana seseorang dapat dinyatakan berat badan berlebih apabila orang tersebut memiliki IMT ≥ 23. Timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh penderita berat badan berlebih atau obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus. Tanpa adanya penurunan berat badan dan modifikasi gaya hidup, orang dengan sindrom metabolik memiliki resiko bermakna untuk menjadi diabetes melitus tipe 2 sehingga perlu dilakukan pencegahan serta pengendalian untuk tidak memperburuk kondisi pasien tersebut.untuk mengetahui Apakah terdapat hubungan antaraIndeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar Trigliserida  pada pasien FKTP Diabetes Mellitus tipe II di Dokter Praktik Mandiri K.Hakikiyah Lampung Tengah Agustus Tahun 2019.Jenis penelitian ini menggunakan metode Analitik-observastional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu cara dan pengambilan data dilakukan sekaligus tanpa pemberian perlakuan tertentu terhadap objek penelitian,Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Melitus tipe II di Dokter Praktik Mandiri K.Hakikiyah Lampung Tengah Agustus Tahun 2019.Tehnik Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Kuota total sampling, keseluruhan populasi menjadi sampel yang berjumlah 59 orang.Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi-square.Distribusi frekuensi Indeks Massa Tubuh IMT terbanyak yaitu kategoriberlebih sebanyak 30 orang (53,6 %). Distribusi frekuensi kadar Trigliserida terbanyak yaitu kategori normal sebanyak 22 orang (39,3%). Di ketahui ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) antara kadar Trigliserida  pada pasien FKTP diabetes melitus tipe II di dokter praktik mandiri K-Hakikiyah Lampung Tengah Agustus tahun 2019 dengan nilai p-value = 0,019.Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) antara kadar Trigliserida pada pasien FKTP diabetes melitus tipe II di dokter praktik mandiri K-Hakikiyah Lampung Tengah Agustus 2019

    Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Hb-A1c pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

    Get PDF
    Backgrounds :Excess weight is a situation that is almost close to obesity, where a person can be declared overweight if the person has a BMI ≥ 23. Excessive fat deposits in the body of patients with excess weight or obesity can lead to insulin resistance which affects the patient's blood sugar and have a risk of1,71 times developing levels diabetes melitus. Without weight loss and lifestyle modification, people with metabolic syndrome have a significant risk of becoming type 2 diabetes melitus. Purpose:To find out the relationship between body mass index with Hb-A1c in patients FKTP diabetes melitus type 2 in independent practice doctor K. Hakikiyah Central Lampung. Methods:This study is an analytical&nbsp; study and used Cross Sectional Approach, the population in this study is the patients FKTP diabetes melitus type 2 in independent practice doctor K. Hakikiyah Central Lampung. Sampling methods used the total sampling with a total of 56 people. Data analysis was done by univariate and bivariate analysis with spearman test.&nbsp;&nbsp; Results:Result showed that the most BMI Body Mass Index was in overweight category with total of 30 people (53,6%). The highest frequency distribution of Hb-A1c levels is the highest category of 40 people (71,4%). It was found that there was a relations between Body Mass Index (BMI) with Hb-A1c in patients FKTP diabetes mellitus type 2 in independent practice doctor K. Hakikiyah Central Lampung, with p-value = 0.000, r = 0,600. Conclusion:It is known that there is a relationship between Body Mass Index (BMI) with Hb-A1c in patients FKTP diabetes melitus type 2 in independent practice doctor K. Hakikiyah Central Lampung August 2019. Keyword : body mass index (BMI), Hb-A1c, diabetes melitus tipe 2.Latar Belakang :Berat badan berlebih adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas, di mana seseorang dapat dinyatakan berat badan berlebih apabila orang tersebut memiliki IMT ≥ 23. Timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh penderita berat badan berlebih atau obesitas dapat mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap kadar gula darah dan mempunyai risiko 1,71 kali terkena diabetes melitus. Tanpa adanya penurunan berat badan dan modifikasi gaya hidup, orang dengan sindrom metabolik memiliki resiko bermakna untuk menjadi diabetes melitus tipe 2.Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar Hb-A1c pada pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah. Metode penelitian :Penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan Desain penelitian Cross Sectional, populasi adalah seluruh pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah. Penarikan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 56 orang. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji spearman. Hasil :Distribusi frekuensi Indeks Massa Tubuh IMT terbanyak yaitu kategori berlebih sebanyak 30 orang (53,6 %). Distribusi frekuensi kadar Hb-A1c terbanyak yaitu kategori berlebih &nbsp;sebanyak 43 orang (76,8 %). Di ketahui ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar Hb-A1c pada pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah dengan nilai p-value = 0,000, r = 0,600. Kesimpulan:Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar Hb-A1c pada pasien FKTP diabetes melitus tipe 2 di praktik mandiri dokter K. Hakikiyah Lampung Tengah.&nbsp; Kata Kunci : Indeks Masa Tubuh, Kadar Hb-A1c, DMT2

    GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DI BAGIAN PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

    Get PDF
    Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalamsendi. Prevalensi RA lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan sebesar 3:1, insidenmeningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan. Insiden puncak adalah antara usia 40-60 tahun.Beberapa gambaran klinis pada Rheumatoid Arthritis, misalnya biasanya mengeluhkan kekakuan dan nyeri sendi yangprogresif dan terkenanya banyak sendi secara simetris dalam waktu beberapa minggu sampai bulan.Jenis penelitian ini menggunakan penelitian studi deskriptif retrospektif. Populasi penelitian ini adalah seluruhpasien Rheumatoid Arthritis yang terdaftar di bagian penyakit dalam dan memiliki catatan Rekam Medik mulai dari Umur,Jenis Kelamin, Keluhan Utama dan Sendi yang terkena di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2013 berjumlah78 orang dengan sampel total populasi. Jenis data skunder yang tercatat di Bagian Rekam Medik. Analisis data denganmenggunakan tabel frekuensi.Hasil penelitian pada Distribusi Karakteristik penderita Rheumatoid Arthritis kebanyakan terdapat pada kelompokumur 47-53 tahun sebanyak 25 orang (32,1%), pada kebanyakan berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 orang (65,4%)dibandingkan laki-laki 27 orang (34,6%), Nyeri sendi merupakan keluhan utama sebanyak 60 orang (76,9%), Lokasi sendiyang terkena kebanyakan Sendi tangan dan Kaki sebanyak 19 orang (24,4%)

    HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR LDL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II FKTP DI PRAKTEK MANDIRI DOKTER HAKIKIYAH LAMPUNG TENGAH TAHUN 2019

    Get PDF
    Obesitas atau berat badan yang berlebih berhubungan dengan risiko kejadian Diabetes Melitus. Salah satu cara sederhana yang umum digunakan untuk menentukan obesitas adalah dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan kadar LDL pada pasien Diabetes Melitus Tipe II FKTP di Praktek Mandiri Hakikiyah Lampung Tengah Tahun 2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik Observasional dengan rancangan studi Cross-Sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan data rekam medis yang ada di Praktek Mandiri Dokter Hakikiyah. Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Responden dengan kadar LDL normal 21 responden 61,8% dan kadar LDL yang berlebih terdapat 13 responden 38,2%. Pada kelompok obesitas yang kadar LDL normal 9 reponden 32,0%, dan pada kelompok obesitas kadar LDL berlebih terdapat 17 responden 68,0%. Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kadar LDL pada penderita Diabetes Melitus Tipe II. Orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh yang berlebih 3.443 kali lebih berisiko untuk meningkatkan kadar LDL dan mengakibatkan terjadinya faktor risiko Diabetes Melitus dibandingkan dengan orang yang Indeks Massa Tubuhnya yang normal
    corecore