13 research outputs found

    Aplikasi Nutrien Bioorganik Cair Dalam Pengawetan Hijauan Segar

    Get PDF
    Kebutuhan biaya pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi. Penyediaan hijauan dibatasi oleh musim, pada musim penghujan hijauan tersedia melimpah, sedangkan pada musim kemarau hijauan tidak cukup tersedia mengakibatkan harganya mahal, Musim kemarau para peternak sering dihadapkan pada masalah kekurangan bahan pakan hijauan. Di daerah tropika sering terjadi kemarau dimana pada musim ini terjadi kesukaran memperoleh hijauan sedangkan di musim hujan, hijauan makanan ternak berlimpah-limpah, keadaan tersebut mendorong timbulnya usaha untuk mengawetkan hijauan dalam bentuk segar. Pengawetan hijauan seperti halnya pada pembuatan silase, umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 21 hari, sehingga membuat peternak enggan untuk melakukan proses pengawetan hijauan tersebut. Penamabahan inokulan Bioorganik Cair lebih mempersingkat proses fermentasi yaitu 3-24 jam. Sehingga cara ini akan lebih efektif dan efisien untuk diaplikasikan di kelompok peternak Sido Makmur Semboro. Pengawetan pakan hijauan disamping meningkatkan nilai nutrien pakan, juga mengawetkan pakan dengan menggunakan teknologi fermentasi, yaitu menggunakan bakteri pembentuk asam laktat. Selama proses fermentasi asam laktat terus diproduksi sehingga pH akan rendah yang tidak memungkinkan aktifitas bakteri pembusuk berkembang, sehingga hijaun menjadi lebih awet.Kebutuhan biaya pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi. Penyediaan hijauan dibatasi oleh musim, pada musim penghujan hijauan tersedia melimpah, sedangkan pada musim kemarau hijauan tidak cukup tersedia mengakibatkan harganya mahal, Musim kemarau para peternak sering dihadapkan pada masalah kekurangan bahan pakan hijauan. Di daerah tropika sering terjadi kemarau dimana pada musim ini terjadi kesukaran memperoleh hijauan sedangkan di musim hujan, hijauan makanan ternak berlimpah-limpah, keadaan tersebut mendorong timbulnya usaha untuk mengawetkan hijauan dalam bentuk segar. Pengawetan hijauan seperti halnya pada pembuatan silase, umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 21 hari, sehingga membuat peternak enggan untuk melakukan proses pengawetan hijauan tersebut. Penamabahan inokulan Bioorganik Cair lebih mempersingkat proses fermentasi yaitu 3-24 jam. Sehingga cara ini akan lebih efektif dan efisien untuk diaplikasikan di kelompok peternak Sido Makmur Semboro. Pengawetan pakan hijauan disamping meningkatkan nilai nutrien pakan, juga mengawetkan pakan dengan menggunakan teknologi fermentasi, yaitu menggunakan bakteri pembentuk asam laktat. Selama proses fermentasi asam laktat terus diproduksi sehingga pH akan rendah yang tidak memungkinkan aktifitas bakteri pembusuk berkembang, sehingga hijaun menjadi lebih awet

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gaharu (Grynops versteegii) terhadap Stres Transportasi pada Broiler Jantan

    Get PDF
    ABSTRACT. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun Gaharu (Grynops verstegii) sebelum transportasi terhadap stres transportasi dan penyusutan bobot badan pada broiler jantan. Materi yang digunakan sebagai sampel yaitu 60 ekor dari 200 ekor broiler jantan yang dipelihara, dan ekstrak daun Gaharu dari hasil destilasi. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Duncan’s. Broiler jantan yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi 4 perlakuan level pemberian ekstrak daun Gaharu yang berbeda. Pemberian ekstrak daun Gaharu berdasarkan pada bobot badan (BB) broiler, yaitu P0 (tanpa pemberian ekstrak daun Gaharu sebagai kontrol ), P1 (250 mg/kg BB), P2 (300 mg/kg BB), P3 (350 mg/kg BB), setiap perlakuan memiliki lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan 3 ekor. Parameter yang diamati adalah penyusutan bobot badan, frekuensi denyut jantung, suhu tubuh, dan frekuensi Pernafasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun Gaharu (Grynops verstegii) tidak berpengaruh nyata (P0,05) terhadap persentase susut bobot badan broiler, frekuensi denyut jantung, suhu tubuh dan frekuensi pernafasan. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Gaharu sebelum transportasi pada broiler tidak berpengaruh terhadap penurunan stres setelah transportasi hal ini ditunjukkan oleh perubahan suhu tubuh, frekuensi pernafasan, peningkatan denyut jantung dan penyusutan bobot badan yang tidak berbeda nyata (P0.05) dibandingkan dengan kontrol.  (The effect of agarwood leaf extract (Grynops versteegii) on transport stress in male broilers) ABSTRAK. This study aims to determine the effect of adding agarwood leaf extract a source of antioxidants before transportation on body weight loss and the physiological conditions of broilers. The materials used were 60 male broilers as samples and agarwood leaf extract obtained through the extraction process using the distillation method. This study used experimental methods with a completely randomized design (CRD) with Duncan's test. The broilers used in the study consisted of 4 treatment groups with different levels of Gaharu leaf extract, they were P0 (control), P1 (250 mg/kg body weight, P2 (300 mg/kg body weight), P3 (350 mg/kg body weight), each treatment was repeated five times and each repetition used 3 individuals. The parameters observed were weight loss, heart rate frequency, increase in body temperature, and respiratory rate. The results showed that the addition of agarwood leaf extract (Grynops verstegii) had no significant effect (P 0.05) on the percentage of broiler body weight loss, heart rate frequency, increased body temperature and respiratory frequency. It was concluded that the addition of agarwood leaf extract before transportation could not reduce body weight loss and the physiological conditions of broilers

    The Effect of Heating and Postfermentation on Lactoferrin of Fresh and Kefir Goat Milk

    Get PDF
    The aim of this study was determinated of lactoferrin profile in goat milk and kefir. The samples were collected from whey raw milk, pasteurized and kefir. Lactoferrin profile in this study consisted of concentration and molecule weight of lactoferrin. Goat lactoferrin was isolated from whey by fractionation on sephadex     G-100 column, it was eluted at 0.1 M phosphate buffer pH 6.8. Characterization of goat lactoferrin by electrophoretic SDS-PAGE techniques detected molecule weight of goat lactoferrin that the isolate of the fractions from fractionation on sephadex G-100 column. Result of the research  showed that pasteurization during storage after fermentation process were influenced by concentration of lactoferrin significant (P<0.05). The molecule weights of lactoferrin in goat milk and kefir were estimated at 84 kDa and 80 kDa. The average concentration of goat lactoferrin at 1.915 mg/ml (without pasteurized), 1.579 mg/ml (pasteurized at 65oC), 0.954 mg/ml (pasteurized at 73oC) and 0.322 mg/ml (pasteurized at 83oC). The average concentration of goat lactoferrin in kefir during storage at 0.663 mg/ml (0 day), 0.448 mg/ml (3  day), 0.249 mg/ml (6 day), 0.142 mg/ml (9 day) dan 0.048 mg/ml (12 day).  Pasteurization at temperature 65oC 30’’ can defend concentration of lactoferrin higher than temperature 73oC 15’’  and temperature 83oC 2’’. Concentration of lactoferrin in kefir were defended until 12 day storage.   Keywords : Lactoferrin, goat milks, kefi

    PEMBUATAN NUGET ANEKA IKAN DAN KREASI DESAIN KEMASAN UNTUK DIVERSIFIKASI PRODUK PENJUAL IKAN PANTAI PUGER DAN SEBAGAI MAKANAN OLEH-OLEH KHAS PUGER, JEMBER

    Get PDF
    Permasalahan utama UD Dua Berlian adalah membutuhkan deversifikasi produk penjualan yang dapat diproduksi secara secara kontinyu, sehingga dapat dijadikan alernatif pendapatan yang dapat diandalkan. Pembuatan nuget aneka ikan yang dikemas secara baik dan menarik, merupakan alternatif solusi yang baik. Hal ini dikarenakan:1) bahan baku ikan laut untuk pembuatan nuget selalu tersedia di UD Berlian, ataupun mudah di peroleh di pasar ikan Puger. Untuk itu kontinyuitas produksi relatif terjamin; 2) Daya terima konsumen terhadap nuget cukup baik dan sudah cukup di kenal konsumen, karena selain bergizi dan lezat, dan cara penyajiannyapun mudah; 3)Memberikan bekal mengenai cara pengemasan yang baik dan menarik, akan meningkatkan nilai jual menjadi produk makan oleh-oleh Puger.  Kegiatan yang dilaksanakan selama pengabdian, meliputi: persiapan, penyuluhan, serta pelatihan dan pemberian bantuan peralatan pendukung. Kegiatan diakhiri setelah tercapai target capaiannya, yaitu: 1) Mitra mengetahui beberapa resep pengolahan nuget; 2) Dapat mengemas produk dan mengembangkan desain kemasan, dan 3) Tersedia alat pembuatan nuget dan sealer untuk pengemasan. Selama kegiatan pengabdian didokumentasikan dengan photo dan video. Kegiatan pengabdian ini mendapat respon positip dari kelompok peternak. Pemberian bantuan alat perlengkapan pembuatan nuget aneka ikan (Penggiling sekaligus pengaduk sebanyak 1 unit, telenan, pisau, serta satu unit vacuum sealer) diharapkan dapat sebagai contoh macam-macam peralatan yang diperlukan dalam mengembangkan usaha nuget anekan ikan oleh keluarga lainnya dilingkungan pantai Puger.  Kata Kunci— Aneka ikan, Diversifikasi Produk, Nuget, Puger

    Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Tradisional Itik Petelur di Kabupaten Jember

    Get PDF
    This study aimed to determine how much income and business feasibility of duck laying farmers in Jember. The method used was a survey with 36 respondents duck laying farmers. The results of business feasibility analysis were B/C of 1.87, BEP (price) Rp983.27, BEP (production) 9,726.19 eggs, and ROI 55.70%. The laying duck business in several districts of Jember had incomes Rp656,408.00 (scale less than 100 ducks), Rp2,346,371.00 (scale 100 to 500 ducks), and Rp28,597,866.00 (scale more than 500 ducks)

    Studi Intensitas Pencahayaan Terhadap Puncak Produksi Ayam Petelur Fase Layer di UD. Mahakarya Farm Banyuwangi

    Get PDF
    The objective of this case study was to evaluate good lighting levels in laying hens. The data were collected for three months at UD. Mahakarya Farm Banyuwangi. A total of 4.400 heads of layer chicken were used in this study. The lighting intensityused were 15 lux in cage A and 10 lux in cage B. The average of egg production were75.91% and 73.57% for cage A (15 lux) and cage B (10 lux), respectively. The average of egg weight were 59.37 g and 59.23 gfor cage A (15 lux) and cage B (10 lux), respectively. The results of this study presented that layer chicken aged 25 weeks produced better production efficiency values by 10 lux. At the end of production period(38 weeks) increased production efficiency by 15 lux

    Hubungan antara ukuran tubuh dan bobot badan pada induk sapi perah Friesian Holstein laktasi pertama

    Get PDF
    This study aims to determine the relationship between body size and bodyweight of the first lactating FH dairy cow. The research method used was linear regression analysis with 17 individuals at 27-29 months. The observed variables were body weight (BW), body length (BL), shoulder height (SH), and chest circumference (CC). The results showed that the correlation value between BW and BL was 0.6791 with the correlation regression equation Y = -724.63+7.68X1. SH and BW have a correlation value of 0.4043. CC with BW has a correlation value of 0.6863 with the regression equation Y = -733.455.90X1. The relationship between BL and SH has a correlation value of 0.2048. BL and CC have a correlation value of 0.4832. The conclusion of this study was that BW has a correlation of 67.91% to BL and 68.63% to CC of first lactating dairy cows, but does not have a correlation to SH. The more the BL and CC of the first lactating dairy cow increased, the more the weight of the dairy cow increased. BL does not have a correlation with SH and CC. SH has a 60.08% correlation with CC

    PEMANFAATAN WHEY FERMENTASI SEBAGAI “FUNTIONAL FEED†DALAM MENINGKATKAN PERFORMANS AYAM BROILER

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk membuat whey fermentasi yang kemudian diaplikasikan sebagai pakan dengan tujuan untuk meningkatkan ferformans, kualitas karkas dan kekebalan ayam broiler. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai metode pembuatan fermentasi whey yang dinokulasi menggunakan kefir grain.Penelitian terbagi menjadi dua tahap. Penelitian pertama adalah pembuatan fermentasi Whey yang diinokulasi menggunakan kefir grain (starter kefir). Penelitian dilakukan dengan metode percobaan faktorial menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan konsentrasi kefir grain dengan 3 ulangan, yaitu 1%, 3%, dan 5% dari volume whey yang digunakan. Fermentasi whey diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Penelitian tahap kedua adalah aplikasi penggunan whey terfermentasi terbaik yang ditambahkan dalam pakan ayam broiler dalam bentuk tepung yang dikeringkan menggunakan alat tray dryer. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan terdiri dari  ransum komersil (kontrol), ransum + 1% whey terfermentasi, ransum + 3% whey terfermentasi, ransum + 5% whey terfermentasi.Proses fermentasi menggunakan kefir grain sebesar 7% dapat meningkatkan nilai nutrisi whey serta memiliki hasil rendemen lebih tinggi. Penambahan whey fermentasi sebesar 3% (perlakuan W2) dalam ransum secara umum menghasilkan performans ayam broiler yang bai

    PENINGKATAN KUALITAS KARKAS BROILER DENGAN PENAMBAHAN WHEY FERMENTASI SEBAGAI “FUNCTIONAL FEED “ DALAM RANSUM

    No full text
    Keberadaan whey sebagai limbah pengolahan keju di Indonesia cukup melimpah, khususnya di Jawa Timur dari tahun ke tahun banyak bermunculan sentra industri pengolahan keju, tetapi whey yang dihasilkan dari proses pembuatan keju tersebut terbuang percuma tanpa ada pemanfaatan dan pengolahan. Berdasarkan fakta ini timbul gagasan untuk memanfaatkan whey dari hasil samping pengolahan keju melalui fermentasi untuk meningkatkan komponen bioaktif whey. Selanjutnya diaplikasikan dalam pakan sebagai functional feed  untuk meningkatkan kualitas karkas broiler. Pembuatan fermentasi Whey dilakukan dengan menginokulasikan menggunakan kefir grain (starter kefir). Perlakuan penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan, yaitu konsentrasi kefir grain yang terdiri 1%, 3%, dan 5%. Penambahan whey fermentasi sebesar 3% dalam ransum secara umum meningkatkan kualitas karkas broiler (persentase karkas tinggi, persentase lemak abdominal rendah)

    Rantai Pasok Daging Domba Ekor Gemuk di Kabupaten Jember

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur rantai pasok daging domba serta upaya perbaikan rantai pasok daging domba di Kabupaten Jember. Studi ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 sampai bulan September 2021 yang dilaksanakan di Harjo Lestari Farm, Desa Lampeji, kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember, provinsi Jawa Timur Nilai produksi daging domba yang tinggi secara keseluruhan harus diimbangi dengan kegiatan penanganan dan pemasaran yang tepat agar dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin bagi daging domba, hal tersebut diperlukan karena rantai pasok (supply chain) yang panjang dapat mempengaruhi peningkatan harga dan juga kualitas dari daging. Saluran distribusi daging domba di Kabupaten Jember adalah efisien berdasarkan nilai efisiensi pemasaran, margin pemasaran yang menguntungkan (Ski&gt;Sbi) dan shared value. Tingkat efisiensi pada saluran pemasaran I ( 3 tingkat ) yaitu 0,2. Saluran II memiliki tingkat efisensi pemasaran sebesar 0%. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 132.578/kg atau 64% dari total output yang dihasilkan. Perbaikan rantai pasok daging domba lokal melalui pemasaran dengan menggunakan media sosial agar efisien langsung pada konsumen akhir
    corecore