8 research outputs found

    BATARI HIYANG JANAPATI DALAM PERSPEKTIF GENDER

    Get PDF
    The life of Indonesian society is dominant with patriarchal culture that puts women always under the shadow of men. In, the perception of social structure of society, women are always underestimated. In Indonesia, many women are also oppressed and abused. Women in a patriarchal culture are always considered helpless and should always be dependent on men, in the Sundanese language proverb, there is an "awewe mah dulang tinande" proverb which means that women are in the second class after men. In everyday life, women are positioned in the domestic sphere, whose activities and work are limited only around wells, kitchens and mattresses. Women's duties only serve the husband, are at home and take care of the child. But now, along with the progress and development of the era, the role and position of women began to change toward equality and equality. The dominance of patriarchal culture in Indonesia, in contrast to some ancient Sundanese script and inscription records, it turns out there are ancient Sundanese women already have the spirit of equality and equality with men. The figure of this woman is a brave, clever, ingenious figure, intellectual, a brave warlord, agile and nimble, as well as a batari 'religious teacher' in his day, as revealed in the Inscription Geger Hanjuang and Galunggung Mandate Text is named Batari Hyang Janapati . This paper aims to reveal the gender issues revealed through Sundanese texts and inscriptions, judging by the role, position, and motives behind them, through the gender approaches in social, literary, and cultural contexts in texts and inscriptions. Abstrak Kehidupan masyarakat Indonesia dominan dengan budaya patriarki yang menempatkan perempuan selalu berada di bawah bayang-bayang laki-laki. Dalam, persepsi struktur sosial masyarakat, perempuan selalu dipandang sebelah mata. Di Indonesia juga ditengarai banyak perempuan yang tertindas dan dilecehkan. Perempuan dalam budaya patriarki selalu dianggap tidak berdaya dan harus selalu bergantung kepada laki-laki, dalam pribahasa bahasa Sunda, ada pribahasa “awewe mah dulang tinande” yang berarti mengharuskan perempuan ada dalam kelas kedua setelah laki-laki. Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan diposisikan ada dalam ranah domestik, yang aktivitas dan perkerjaanya dibatasi hanya seputar sumur, dapur dan kasur. Tugas perempuan hanya melayani suami, berada di rumah dan mengurus anak. Namun saat ini, seiring dengan kemajuan dan perkembangan jaman, peran dan kedudukan perempuan mulai berubah menuju kesejajaran dan kesetaraan. Dominannya budaya patriarki di Indonesia, bertolak belakang dengan beberapa catatan naskah dan prasasti Sunda kuno, ternyata ada perempuan Sunda zaman dahulu sudah memiliki semangat kesejajaran dan kesetaraan dengan laki-laki. Sosok perempuan ini merupakan sosok yang gagah berani, pandai, cerdik, cendekia, seorang panglima perang yang gagah berani, tangkas dan cekatan, sekaligus seorang batari ‘guru agama’ pada zamannya, sebagaimana terungkap dalam Prasasti Geger Hanjuang dan Naskah Amanat Galunggung bernama Batari Hyang Janapati. Tulisan ini bertujuan mengungkap masalah gender yang terkuak lewat naskah dan prasasti Sunda, dilihat dari peran, kedudukan, dan motif yang melatarbelakanginya, melalui pendekatan gender dalam sosial, sastra, dan budaya yang ada dalam naskah dan prasasti

    KAMUS BAHASA DAN SENI BUDAYA SUNDA KUNO ABAD XI SAMPAI DENGAN XX MASEHI

    Get PDF
    Penelitian ini mengungkapkan istilah tujuh aspek budaya Sunda yang diambil dari naskah dan prasasti Sunda yang meliputi sistem religi, teknologi, kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, bahasa, dan kesenian yang kesemuanya terangkum dan disusun dalam sebuah Kamus Bahasa dan Seni Budaya Sunda Buhun Abad 11 sampai dengan 20 Masehi, yang lebih terperinci, lengkap, dan menyeluruh, yang diharapkan dapat dipublikasikan agar dapat dikenali, dibaca, dipahami, dan disebarluaskan kepada masyarakat Sunda, karena kamus semacam ini belum pernah ada yang menggarap dan menyusunnya secara mendetail dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat. Penelitian ini merupakan „produk baru‟, dalam arti berbeda dari kamus sejenis lainnya yang telah digarap lebih dulu dan belum pernah diterbitkan oleh pihak mana pun. Kamus ini bilingual. Bahasa sumbernya bahasa Sunda Kuno. Bahasa sasarannya bahasa Indonesia. Entri dan subentri diambil dari naskah Sunda (kuno) dan prasasti yang dibuat di Tatar Sunda sekitar abad ke XI s.d XX M. pada masa Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh sejak Prasasti Bantarmuncang (abad ke-11 Masehi) melalui Prasasti Kawali (abad ke-14 ) hingga Prasasti Batu Tulis (abad ke- 16 M). Bahan naskah terbuat dari lontar, saeh, nipah, daluang, dan kertas. Sumber data terdiri atas 20 buah naskah dan prasasti yang ditulis dengan aksara Sunda Kaganga, Cacarakan, Pegon, dan Latin. Bahasanya meliputi Sunda Buhun, Cirebon, dan bahasa Sunda masa kini. Metode penelitian bersifat deskriptif. Kamus disusun berdasarkan kata-kata yang diambil dari naskah yang telah ditransliterasi filolog tanpa memperbaiki atau memperhatikan baku atau tidaknya kata-katanya dalam bahasa Sunda Kuno melalui tahapan, heuristik, seleksi, gradasi, dan presentasi. Keunikan kamus ini adalah data diambil dari naskah dan prasasti Sunda abad ke-11 s.d 20 Masehi, yang baik bahasa maupun aksaranya sudah tidak dikenali dan tidak dipahami lagi oleh masyarakat Sunda, hanya para ahli yang masih menguasainya dan tidak banyak karena masih bisa dihitung dengan jari yang lama kelamaan mereka akan semakin uzur seperti layaknya naskah-naskah dan prasasti Sunda yang akan semakin lapuk, hancur, dan akhirnya musnah ditelan zaman apabila kita sebagai generasi muda tidak berusaha melestarikan dan menggarapnya. Hasil penelitian ini sangat berguna bagi kelestarian bahasa, aksara, naskah, prasasti, seni, dan kebudayaan Sunda.

    Fisiologi/ Suryani NS

    No full text
    viii, 168 hal.: ill.; 23 cm

    Fisiologi/ Suryani NS

    No full text
    viii, 168 hal.: ill.; 23 cm

    Fisiologi/ Suryani NS

    No full text
    viii, 168 hal.: ill.; 23 cm

    Ragam Pesona Budaya Sunda

    No full text
    Buku Ragam Pesona Budaya Sunda ini, merupakan karya monumental yang telah disusun dan digarap oleh penulis yang kompeten dibidangnya. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika buku ini dikatakan sangat layak untuk dijadikan sebagai referensi dan pegangan para pelaku budaya, baik mahasiswa, guru maupun dosen dalam menunjang pembelajarannya
    corecore