22 research outputs found

    PLACE-MAKING PADA RUANG PUBLIK: MENELUSURI GENIUS LOCI PADA ALUN-ALUN KAPUAS PONTIANAK

    Get PDF
    Ruang Publik merupakan unsur yang penting dalam menciptakan ruang perkotaan yang berkualitas. Kualitas dari ruang publik itu sendiri dapat ditingkatkan dengan menguatkan hubungan antara manusia dan ruang publik. Dengan menggunakan pendekatan Place-Making, ruang publik dapat dirancang dengan menekankan pada pengalaman manusia terhadap tempat itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menguraikan Genius Loci sebagai konsep untuk melakukan Place-Making yang dapat menguraikan keunikan konteks pada sebuah ruang publik. Place-Making merupakan pendekatan perancangan ruang publik yang menekankan penggunaan kekayaan lokal, sedangkan Genius Loci merupakan teori mengenai keberadaan sebuah jiwa yang unik dari sebuah tempat. Sebagai studi kasus, penelitian ini meninjau Alun-Alun Kapuas Pontianak sebagai salah satu ruang publik yang berada di Kota Pontianak. Alun-Alun Kapuas Pontianak menjadi pilihan lokasi penelitian karena merupakan ruang publik yang terkenal dikalangan masyarakat Kota Pontianak, sehingga berhasil memberikan pengalaman manusia yang unik. Output dari penilitain ini adalah menemukan Genius Loci yang dimiliki oleh Alun-Alun Kapuas Pontianak dan menguraikan konteks yang dimiliki. Dengan menguraikan Genius Loci beserta konteks dan pengalaman manusia pada Alun-Alun Kapuas Pontianak, maka pendekatan Place-Making dapat dilakuakan untuk pengembangan alun-alun di masa yang akan datang

    “MATTER OF CONCERN” PABRIK ES ALWI ASSEGAF PALEMBANG SEBAGAI BANGUNAN HERITAGE

    Get PDF
    ABSTRACT As one of the oldest cities in Indonesia, Palembang has a history related to the Musi river. The Musi River divides the city of Palembang into Ilir and Ulu. This river was known as a trade route in ancient times, so that many Chinese and Arab immigrants settled on the riverbank. In the Ulu, there are several village areas that are mostly inhabited by Arab residents, one of which is Assegaf Village. This study will specifically discuss the Assegaf village, especially its famous icon, the Alwi Assegaf ice factory. This factory is an integral part of the life chain of the Musi river. Many traditional fishermen rely on the ice factory and it is clear that the Alwi Assegaf ice factory has an impact and influence on residents. The purpose of this research is to explore further history, cultural ideas and actors who play a role in the Alwi Assegaf ice factory. It also aims to reveal the identity of the ice factory itself against the socio-economic conditions in Assegaf Village residents. The research method was carried out qualitatively in the form of interview, field observation and literature reviews. The elements discussed will use the ANT (Actor-Network Theory) method to obtain a mapping description of the actors involved in the daily production of the Alwi Assegaf ice factory. The contribution of this study can be used as a review of further research literature that focuses on actor-network theory analysis. Keywords: Actor-Network Theory, Actor, Assegaf Village, Ice Factory. Relatio

    RELASI JEJARING AKTOR MASYARAKAT SUKU BUGIS SOPPENG DALAM TRADISI MENDIRIKAN RUMAH (MAPPATETTONG BOLA)

    Get PDF
    Every process and stage in phase of constructing of Indonesia’s vernacular architecture is required the role and contribution of individual or several actors so that procession of house construction can be built due to purposes. According to traditions and beliefs of the Bugis community, there are several actors who have different roles and responsibilities during the process of establishing a Buginese-house. This research aims to explore the influence of the actors’ role who are involved in the process of constructing a traditional Bugis house. Correlation and impact of one actor's involvement with other actors will be reviewed based on the perspective of the Actor Network Theory (ANT) by using descriptive qualitative method.  The results revealed that there are 4 stages in the process of building Buginese-house namely the process of constructing a house frame (Mattibang Bola), the process of marking the center of the house (possi bola), the ritual of reading thanksgiving prayer (barzanji), and the process of establishing a house frame (Mappatettong Bola). Founded, Sanro Bola and Panre Bola, namely traditional leaders who have a mandate in the tradition of building houses, are actors who act as controlling actors and are very influential in maintaining the stability of a network in the process of building Buginese-house. Learning from the tradition of building a Buginese-house, the existence of traditional leaders is important, because it has a tradition-based on knowledge base, and this has become a mandate in regulating other actors in working

    HIERARKI DAN INFORMALITAS SOSIAL PADA PRODUKSI RUANG DI NAGARI PARIANGAN, SUMATERA BARAT

    Get PDF
    Abstract: Nagari Pariangan is an old village in Minangkabau, West Sumatra. Nagari is a customary law community unit consisting of a collection of several tribes and has its own territorial boundaries. The phenomenon of the nagari shows the production of social space based on Minangkabau villages culture. The purpose of this paper is to determine the relationship between the architectural elements of Nagari Pariangan and their relationship with their environment associated with the spatial production, uses Spatializing Culture approach (Low, 2017). Research is conducted by ethnographic approach data is collected by observation and in-depth interview. It is resulted, that the spaces of Nagari are formed mostly based on the social hierarchy of community, but also provided spaces for informal relationship.  Political culture of the Nagari is important factor in governing spatial production by the traditonal community, but the other side, the community also produces their own communal spaces.Abstrak: Nagari Pariangan adalah nagari tuo yang ada di Minangkabau, Sumatra Barat. Nagari merupakan satu kesatuan masyarakat hukum adat yang terdiri dari kumpulan beberapa suku dan mempunyai batas wilayahnya sendiri.  Fenomena Nagari menunjukkan adanya produksi ruang sosial berdasarkan budaya pada Nagari di Minangkabau. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara elemen arsitektur pembentuk Nagari Pariangan dan relasi sosial yang memproduksi ruang yang ditelaah melalui pendekatan Spatializing Culture (Low, 2017). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan etnografi, data dikumpulkan lewat observasi dan wawancara mendalam. Ditemukan, ruang-ruang Nagari terbentuk berdasarkan hierarki sosial, namun tetap tersedia ruang-ruang informal. Budaya politik dari Nagari menjadi faktor terpenting dalam tata kelola produksi ruang oleh komunitas adat, namun di sisi lain, komunitas Adat juga memproduksi ruang-ruang komunalnya sendiri

    Actor Relations in the Change of Shape and Space in the Rumah Gadang of Balai Kaliki Traditional Village

    Get PDF
    Rumah Gadang is a traditional building that represents the cultural identity of Minangkabau Tribe in West Sumatera. This traditional building is a cultural heritage that must be preserved. However, preservation led to many changes in the form and space of traditional buildings. Rumah Gadang which is located in Kampung Adat Balai Kaliki, Payakumbuh City West Sumatera has a level of change in minor and major. That matter could happen because of differences in the network of actor relations in each building. The factor of actor relations has an impact to change the preservation of traditional buildings, thus providing a new perspective on the preservation of traditional buildings. Therefore, this research aims to observe the changes that occur in the Rumah Gadang located in Kampung Adat Balai Kaliki through actor network’s perspective. Completion of this research using a qualitative methodology with Actor Network Theory (ANT) method by examining changes that occur in Rumah Gadang holistically, which is through a study the relations between the actors involved in that building to discorver the factors that cause the changes. This research find that the relation of actors involved in each Rumah Gadang determines the quantity of building changes. The result is charted using sosiotechnogram to know the strong actors in actor relations from each Rumah Gadang. Therefore, this research could be the basis for appropriate practices of preserving Rumah Gadang traditional building

    MEMBACA RUANG KOTA SEBAGAI TEMPAT RAJUTAN BUDAYA KASUS: KESEHARIAN PERTOKOAN TUA PADA KLUSTER PERMUKIMAN KOLONIAL DI BANDUNG

    Get PDF
    Sebuah kota terbangun dari rajutan budaya sepanjang sejarahnya, dan cerita tentang ini bisa dibaca dari ruang dan tempat kota yang tercipta.Kota Bandung mempunyai artifak arsitektur dengan tata ruang/bentuk yang khas, yaitu beberapa kluster permukiman kolonial dengan pertokoan tua yang menjadi tengaran di pusat kluster tersebut. Konfigurasi ruang yang terwujud dari gagasan “Eropa Tropis” pada masa lalu dengan fungsi perniagaan pertokoan tua di pusatnya menjadikan pusat kluster permukiman ini menjadi tempat beraktivitas dan berkumpul warga dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini merupakan hasil dari penelitian kecil yang membaca ruang, tempat, dan rajutan budaya kota pada pada artifak arsitektur tersebut. Kajian dilakukan dengan pendekatan deskriptif, dengan melakukan analisis terhadap pembentukan ruang, membaca tempat yang tercipta, dan menafsirkan rajutan budaya di dalamnya. Ditemukan, sebagai tempat-tempat kota (urban places), kluster permukiman kolonial beserta pertokoan tua pada pusatnya hadir dari rajutan 3 layer arsitektural melalui proses sejarah: konfigurasi ruang/bentuk yang dibangun oleh budaya kolonial eropa, fungsi perniagaan yang diinisiasi oleh komunitas tionghoa, dan aktivitas ekonomi-sosial informal yang dihidupkan oleh keseharian warga Bandung. Temuan ini mendukung teori tentang proses kota (urban process), di mana kota terbentuk dan terajut oleh elemen-elemen melalui kekuatan politik, sosial, ekonomi, dan budaya dari waktu ke waktu. Teori rajutan (assemblage) akan membantu membaca bagaimana proses kota tersebut hadir dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menjadi representasi proses belajar suatu kota (urban learning) yang terbangun melalui relasi antara manusia dan elemen-elemen fisik secara kolektif dari waktu Kata kunci: Ruang dan tempat kota. Rajutan budaya, Kluster permukiman kolonial. Pertokoan tua. Kehidupan keseharian.Proses kot

    ADAPTASI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA TEMPAT-TEMPAT KOMUNAL DI DESA BALINURAGA, KALIANDA, LAMPUNG SELATAN

    Get PDF
    Kebudayaan tercipta dari perilaku dan pandangan hidup suatu tatanan masyarakat dengan latar belakang tertentu. Perilaku pemukim pada suatu permukiman menghasilkan keberagaman dan pola yang unik sehingga melahirkan identitas pada kebudayaannya sendiri dan pada wilayah tertentu. Adapun proses yang dihasilkan dari kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya demi bertahan hidup serta adanya perubahan pola dan pandangan hidup manusia disebut adaptasi. Adaptasi tentu dilakukan oleh setiap suku pendatang di daerah perantauannya. Proses adaptasi memiliki konsep Adaptation (adaptasi), Goals (tujuan), Integration (integrasi), dan Lattern Pattern Maintenance (pemeliharaan pola-pola) sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Partson. Adapun salah satu kasus dari terjadinya proses adaptasi terjadi pada masyarakat suku Bali etnis Nusa Penida yang merantau ke tanah Lampung, Sumatra sejak tahun 1950an memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan bukti mereka dapat bertahan hidup dengan menghasilkan kondisi sosial dan ekonominya yang cukup baik. Pada penelitian ini, fokus penelitian pada adaptasi arsitektur tradisional Bali yang menganut asta kosala-kosali pada tempat-tempat komunal di desa Balinuraga, Kalianda, Lampung Selatan. Tempat komunal pada asta kosala-kosali terdapat sedikitnya 6 tipe tempat-tempat komunal dengan beberapa tingkatan, yakni tingkat satu kepala keluarga, keluarga satu marga (pemaksan), banjar (dusun), dan tingkat desa. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang akan dilaksanakan dengan membandingkan data sekunder mengenai tempat-tempat komunal pada permukiman tradisional masyarakat Bali di Bali dan data hasil dari observasi serta wawancara dengan warga di desa Balinuraga, Kalianda, Lampung Selatan. Ditemukan perbedaan berupa penggunaan fungsi dari tempat-tempat komunal serta ketiadaan bale banjar pada tingkat desa. Ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi adalah ekonomi, perubahan ekologis, politik, kebudayaan, dan sosialisasi

    GENIUS LOCI KAMPUNG BANDAR PEKANBARU

    Get PDF
    Abstract_ Kampung Bandar is an old town that became the forerunner of the development of Pekanbaru City. Kampung Bandar is located on the banks of Siak River, a river that is a source of life and a place for people to carry out their daily activities. The existence of the Siak River creates a unique socio-cultural atmosphere for the community. The purpose of this study is to reveal the Genius Loci in Kampung Bandar using the Genius Loci approach proposed by Norberg-Schultz within the framework of architectural phenomenology. The method used in the process of collecting data in this study is a qualitative method. Research shows that the Genius Loci of Kampung Bandar are formed by the community's attachment to the Siak River which is manifested in the form of buildings, traditions, and community activities in daily life. Keywords:  Architecture; Genius Loci; Kampung Bandar.  Abstrak_ Kampung Bandar merupakan kawasan kota tua yang menjadi cikal bakal berkembangnya Kota Pekanbaru. Kampung Bandar terletak di bantaran Sungai Siak, sungai yang dahulu menjadi sumber kehidupan dan tempat masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari. Lokasi Kampung Bandar yang berada di kawasan bantaran Sungai Siak menghasilkan atmosfer sosial budaya masyarakat yang unik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap Genius Loci di Kampung Bandar yang dimaknai sebagai jiwa atau ruh kampung tersebut menggunakan pendekatan Genius Loci yang dikemukakan oleh Norberg-Schultz dalam kerangka fenomenologi arsitektur. Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu metode kualitatif. Penelitian menunjukkan bahwa Genius Loci Kampung Bandar terbentuk dari keterikatan masyarakatnya dengan Sungai Siak yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, tradisi, dan kegiatan masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari.   Kata kunci: Arsitektur; Genius Loci; Kampung Bandar.   Abstract_ Kampung Bandar is an old town that became the forerunner of the development of Pekanbaru City. Kampung Bandar is located on the banks of Siak River, a river that is a source of life and a place for people to carry out their daily activities. The existence of the Siak River creates a unique socio-cultural atmosphere for the community. The purpose of this study is to reveal the Genius Loci in Kampung Bandar using the Genius Loci approach proposed by Norberg-Schultz within the framework of architectural phenomenology. The method used in the process of collecting data in this study is a qualitative method. Research shows that the Genius Loci of Kampung Bandar is formed by the community's attachment to the Siak River which is manifested in the form of buildings, traditions, and community activities in daily life. Keywords:  Architecture; Genius Loci; Kampung Bandar

    ‘PLACE-MAKING’ RUANG INTERAKSI SOSIAL KAMPUNG KOTA': Studi Kasus: Koridor Jalan Tubagus Ismail Bawah, Bandung

    Get PDF
    Interaksi sosial merupakan budaya yang sudah melekat dan menjadi nyawa di kawasan kampung kota. Karena adanya faktor keterbatasan lahan di kampung kota, penelitian ini mengkaji bagaimana warga membentuk wadah interaksi sosial pada sisa space yang mereka miliki. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan place-making, dimana warga mengubah koridor jalan dan halaman rumah menjadi ruang interaksi sosial berdasarkan kebiasaan berkumpul warga di area-area tertentu di koridor jalan. Koridor jalan ditambahkan fungsinya tidak hanya sebagai area sirkulasi, namun juga sebagai tempat interaksi sosial, jual beli, tempat bermain anak, tempat berjemur lansia, acara formal seperti rapat pengurus, acara kebersamaan (liwetan) dan acara tahunan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat lima area di sepanjang koridor jalan Tubagus Ismail Bawah yang menjadi representasi ruang interaksi bagi warganya yaitu: ruang duduk di area warung bubur, naungan halaman rumah kos, ruang duduk di area warung kelontong, teras bersama dan ruang jemur-duduk bersama. Kelima area ini masing-masing merepresentasikan konsep tata krama, ruang teduh untuk berkumpul, area bermain anak yang ditandai dengan gambar permainan sunda manda, ruang berkumpul santai dan ruang interaksi sambil membeli makanan dari pedagang keliling. Bahkan, pada area warung kelontong terdapat tiang listrik yang dimanfaatkan sebagai alat untuk mengundang warga berkumpul. Hal ini menarik untuk ditelaah, dimana warga setempat telah melakukan strategi adaptif dalam menciptakan ruang interaksi dan merepresentasikannya dalam keseharian mereka beraktivitas di lingkungan Kampung Kota. &nbsp

    ANALISIS TEORI JARINGAN AKTOR PADA CO-WORKING SPACE DAN KOMUNITAS STARTUP DI BANDUNG

    Get PDF
    Co-working hadir sebagai gaya hidup bekerja mandiri yang mengutamakan nilai kolaborasi, keterbukaan, komunitas, aksesibilitas dan keberlanjutan. Gaya hidup tersebut dimanifestasikan secara arsitektural dalam bentuk tipologi co-working space yang kini menjadi fenomena yang sering dijumpai di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini terjadi seiring dengan munculnya berbagai komunitas startup atau perusahaan rintisan yang masing-masing dari mereka membutuhkan ruang kerja yang nyaman dan terjangkau. Hadirnya co-working space sebagai sebuah place didukung oleh kehadiran komunitas startup sebagai society di dalamnya. Dengan mengambil kasus co-working space dan komunitas startup di kota Bandung dengan metode relasi antara artifak dan aktor menggunakan Teori Jaringan Aktor (Actor Network Theory/ANT), tulisan ini menelusuri relasi antara kehadiran co-working space dengan komunitas startup di kota Bandung. Dalam studi kasus co-working space HackerspaceBDG yang kemudian secara manajerial bergabung dengan Co&Co Space dan komunitas FOWAB, relasi yang terjadi antara ketiganya ditelusuri dalam 3 momentum: inisiasi, perpindahan lokasi dan pemindahan pengelolaan co-working. Dari analisis yang dilakukan, didapatkan bahwa keberhasilan co-working space sebagai tempat/place bagi komunitas startup berkolaborasi ditentukan oleh intensitas community event (artifak) dan kesinambungan pelaksanaan event (artifak) ditentukan oleh pengelola co-working space sebagai aktor. Hasil analisis tersebut direfleksikan dalam bentuk penanganan desain arsitektur untuk menghadirkan kolaborasi komunitas startup di co-working space
    corecore