3 research outputs found

    The Effect of Storyline Therapy on The Development Language in 3 Years Age Children

    Get PDF
    Delays or disorders in children's speech and language in Indonesia are increasingly common, parents must be aware of their child's speech development, remembering that if these delays are not treated early, they will result in intelligence and behavioral disorders. The aim of this research is to determine the effect of storytelling therapy on language development in 3-year-old children at Posyandu Arumsari III Puskesmas Mranggen I. This type of research is a quantitative, quasi-experimental design type One Group Pretest Posttest design. The population of this study was all children under 3 years old at the Posyandu Arumsari III, Desa Kembangarum, Puskesmas Manggen 1, Kabupaten Demak, with a total of 26 children. The sample is determined by Federer's formula of 18 respondents. The sampling technique in this research is purposive sampling. Data analysis used univariate and bivariate analysis using Wilcoxon. Language development in children 3 years before storytelling therapy had an average of 29.2, with a median 29, after storytelling therapy had an average of 30.67, median 31. There was an effect of storytelling therapy on language development in children aged 3 years, obtained Pvalue 0.002 0.05. There is an effect of storytelling therapy on language development in children aged 3 years. The results of this study are expected that mothers can do storytelling therapy at least 3 times a week to stimulate children's language development

    Faktor Anak dan Faktor Ibu dengan Kejadian Stunting pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kelapa Lima Kabupaten Merauke Papua

    No full text
    Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama (malnutrisi kronis) dan infeksi berulang, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yaitu anak terlalu pendek dari standar usianya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor anak dan faktor ibu dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan design penelitian Cross Sectional. Populasi dan sampel berjumlah 103 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.Hasil penelitian menunjukkan dari 103 baduta terdapat 25 baduta mengalami stunting. Variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah berat badan lahir (p = 0,000), panjang badan lahir (p = 0,000), dan status gizi ibu saat hamil (p = 0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin (p = 0,147), dan tinggi badan ibu (p = 759).Oleh karena itu, intervensi harus difokuskan pada BB ibu sebelum konsepsi dan selama kehamilan untuk mengurangi terjadinya Kurang Energi Kronis saat hamil. Dengan mengurangi terjadinya Kurang Energi Kronis saat hamil, maka akan mengurangi resiko ibu melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dan panjang badan lahir yang pendek.  Kata kunci:  Stunting, Baduta, Berat badan, Panjang badan, Kurang Energi Kroni

    Hubungan Riwayat Ispa, Riwayat Diare, dan Riwayat Malaria dengan Kejadian Stunting pada Baduta Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Kelapa Lima Kabupaten Merauke Papua

    No full text
    Pendahuluan: Masalah stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi dunia. Pada 1000 HPK, anak rentan mengalami stunting yang dapat berpengaruh pada gangguan pertumbuhan anak. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat ISPA, riwayat diare, dan riwayat malaria dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan di Kelurahan Kelapa Lima. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan data sekunder. Populasi berjumlah 535 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil: Data menunjukkan bahwa dari 535 baduta terdapat 132 baduta mengalami stunting. Variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat ISPA (p = 0.026), diare (p = 0.023), dan malaria (p = 0.045). Kesimpulan: intervensi harus difokuskan pada peran tenaga kesehatan dalam membantu memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, dan malaria. Selain itu, peran orang tua dalam menjaga asupan gizi anak, imunitas anak, personal hygiene anak, serta sanitasi lingkungan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit infeksi pada anak. &nbsp
    corecore