22 research outputs found

    Keragaman Waktu Tanam Tanaman Padi di Pulau Kalimantan

    Full text link
    Rice planting time varied among farming sites. This research was aimed to study the variation in planting time especiallyin rainy season in Kalimantan. ‘Planting time\u27 was deterimined using assumption as the time when 8% of paddy fields ina sub district had been planted. Analysis was done by using mean ten-days of planting area of each sub-district during theperiod of 2000 to 2009 that was obtained from Statistics Indonesia. The result showed that the farmers in Kalimantan startedplanting rice during the first and second ten-days of September each year. Peak time of rice planting varied among provinces,i.e., on October II/III (West Kalimantan), January I/II and June II/III (East Kalimantan), and March III/April I (South andCentral Kalimantan). Data from this research could be used to calculate planting management at national level

    Rainfall Pattern Change and Its Impact on Length of Growing Period

    Full text link
    Information of global climate change impact on agriculture sector is needed for planning agricultural adaptation strategy. The objective of the study was to analyze the climate change in Indonesia, especially rainfall pattern change, and its impact on the length of growing period. The data used for analysis was collected during a period of 1879-2006 from Manonjaya station in Tasikmalaya District, West Java Province. The rainfall pattern was analyzed using Oldeman method, which is used to compute the length of growing period. Rainfall pattern was determined based on three types of rainfall characteristic, i.e., wet year, normal year, and dry year for each period of 1879-1910, 1911-1940, 1941-1970, and 1971-2006. The result of this research showed that the rainfall pattern had been changed over the past 128 years, with the following descriptions: on the wet year, the ‘A' type of rainfall pattern has no changed, but the wet month has decreased about two months; on normal year, the rainfall pattern has changed from B1 to B2, and on dry year, it was from C2 to D3. The length of growing period was becoming shorter due to this changes. During wet year, three times cropping has changed to twice a year. During normal year, especially for enduring of the second growth period, the irrigation technology was necessary due to expand of water storage. During the dry year, due to the impact of dry spell, once crop a year will not be possible. The study provides insight into a strategy to adapt agriculture to climate change and to gain benefit of its change for suitable agriculture practices

    Capturing the Benefit of Monsoonal and Tropical Climate to Enhance National Food Security

    Full text link
    Although the consumption level is declining with improved economy and living condition, rice remains the staple food in many Asian countries. With annual consumption per capita of more than 100 kg, Indonesia is far higher than Japan, Korea, Taiwan, and Malaysia with around 90 kg but less than the least developed countries in Southeast Asia, Laos and Myanmar that consume around 200 kg. Java the most populous island with about 7% of Indonesian terrestrial territory has long been and is still the national rice basket although its contribution to the national rice production is steadily declining. With population is still growing by 1.30% annually, competition for food, water, and energy will increase. Consequently food prices will rise, more people will go hungry, and migrants will flee theworst-affected regions. Therefore, to cater the national rice demand, alternatives has to be found in outer islands. The geographic position and variable climate of monsoonal and tropical rainfall patterns as well as the availabilityof large swathes of swampy land offer opportunity to evenly spread planting time and hence rice production throughout the year. However, recent rapid development of tree plantations will make it difficult to implement without political will supported with strong policy and appropriate planning. This paper describes the challenges and opportunities in utilizing climate variability to enhance national food security and improve farmers\u27 welfare

    ANTHROPOGENIC CHANGES ON LAND COVER AND ITS IMPACT ON ACTUAL EVAPOTRANSPIRATION

    Get PDF
     Tulisan ini memaparkan perubahan distribusi vegetasi akibat kegiatan manusia serta dampaknya terhadap perubahan evapotranspirasi aktual di Monsoon Asia. Perbandingan antara vegetasi aktual dan potensial menjadi indikator dari dampak perubahan akibat kegiatan manusia. Kondisi vegetasi akual diidentifikasi dengan menggunakan citra satelit, sedangkan vegetasi potensial diekstrak dengan menggunakan data iklim. Dengan membandingkan distribusi vegetasi antara potensial dan aktual, ternyata bahwa perubahan banyak terjadi di India, China, Indonesia dan Malaysia. Selanjutnya, dengan menggunakan analisis neraca air dilakukan perhitungan evapotransipirasi aktual untuk kedua kondisi tersebut dengan menggunakan data iklim yang sama, tetapi dengan nilai albedo yang berbeda sebagai penciri perbedaan antara kondisi vegetasi potensial dan actual. Perubahan a E berkisar antara 0-12% per tahun. Nilai 0 untuk mencirikan daerah yang tidak mengalami perubahan akibat kegiatan manusia. Penurunan a E sebesar kurang dari 5% teridentifikasi di daerah yang mengalami perubahan dari evergreen broadleaf forest (seasonal) ke padi sawahataupun dari hutan subtropikal menjadi lahan pertanian, seperti yang terjadi di Shandong (China), Uttar Pradesh (India). Penurunan a E mencapai 9% teridentifikasi pada saat hutan sub tropis berubah menjadi padi sawah, seperti yang terjadi di Assam (India), serta Guangdong dan Guangxi (China). Penurunan sebesar 12% terjadi pada saat hutan tropis berubah menajdi lahan pertanian seperti yang terjadi di Kalimantan Selatan (Indonesia) and Pahang (Malaysia)

    Upaya Sektor Pertanian dalam Menghadapi Perubahan Iklim

    Full text link
    Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut merupakan dampak serius dari Perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat Perubahan iklim. Di tingkat global, sektor pertanian menyumbang sekitar 14% dari total emisi, sedangkan di tingkat nasional sumbangan emisi sebesar 12% (51,20 juta ton CO2e) dari total emisi sebesar 436,90 juta ton CO2e, bila emisi dari degradasi hutan, kebakaran gambut, dan dari drainase lahan gambut tidak diperhitungkan. Apabila emisi dari ketiga aktivitas tersebut diperhitungkan, kontribusi sektor pertanian hanya sekitar 8%. Walaupun sumbangan emisi dari sektor pertanian relatif kecil, dampak yang dirasakan sangat besar. Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami puso semakin luas. Peningkatan permukaan air laut menyebabkan penciutan lahan sawah di daerah pesisir dan kerusakan tanaman akibat salinitas. Dampak Perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari lahan pertanian melalui penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan lahan. Teknologi adaptasi yang dapat diterapkan meliputi penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air

    Sistem Teknologi Informasi Kalender Tanam Terpadu

    Full text link
    Ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian akan bermanfaat jika sesuai dengan kebutuhan pengguna dan disampaikan secara cepat dan tepat waktu. Salah satu pendekatan yang sering digunakan masa kini adalah pengembangan sistem teknologi informasi yang telah diaplikasikan di berbagai bidang. Makalah ini memaparkan pengemasan informasi kalender tanam tanaman padi dalam bentuk Sistem Teknologi Informasi Kalender Tanam Terpadu Berbasis Web. Pengembangan sistem dilaksanakan dalam bentuk desk study, yang terdiri atas lima tahap, yaitu 1) Inventarisasi data, 2) Penyusunan algoritme analisis, 3) Penyusunan desain sistem, 4) Pemrograman, dan 5) Pengujian dan operasi sistem teknologi informasi kalender tanam terpadu. Produk ini dapat diakses melalui http://katam.litbang.deptan.go.id/ dan menjadi pedoman bagi pengguna sebelum memasuki musim tanam ke depan. Informasi kalender tanam terpadu yang tersedia sampai tingkat kecamatan dan meliputi prediksi awal waktu tanam, estimasi luas tanam, potensi wilayah rawan banjir dan kekeringan, potensi serangan organisme pengganggu tanaman, rekomendasi varietas, serta rekomendasi dosis dan kebutuhan pupuk. Sistem teknologi informasi kalender tanam terpadu bersifat dinamis. Oleh karena itu, baik substansi maupun sistem perlu dievaluasi, diperbarui, dan diperbaiki melalui kegiatan verifikasi dan validasi. Hal ini perlu pemeliharaan (maintenance) terus menerus, agar kebutuhan pengguna mengenai waktu tanam, dan informasi rekomendasi teknologi dapat dipenuhi lebih akurat

    Validation of Evapotranspiration Prediction Model: an Effort to Complete the National Climate Database System

    Full text link
    To cope with limited evapotranspiration data, recently, there are many evapotranspiration estimation methods have been developed. Those methods were generally developed in sub tropic region when climate is not similar with Indonesia and the methods may not be applied directly. Validation of several estimation methods including Blaney Criddle, Radiation, Penman, and Pan Evaporation have been done in Cikarawang (Bogor) and Ciledug (Tangerang). The average correction factor andcorrelation coefficient (r) were respectively 1.83 for Blaney Criddle method (r = 0.97); 1.90 for Radiation method (r=0.97); 1.10 for Penman method (r=0.96), and 1.81 for Pan Evaporation method (r=0.98). Penman is the best method with regard on the smallest correction factor especially for station with complete climatic data. Since all methods have correlationcoefficient of more than 0.95, those methods can be used to estimate evapotranspiration based on the available climatic data. The present study used the Penman and Pan Evaporation methods to estimate evapotranspiration in Bogor for period of 1995-2005. The study provides insight into alternative to estimate the evapotranspiration for the area with no lysimeter. The method is selected by considering the available climatic data

    Aplikasi Android Pada Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

    Get PDF
    Kemajuan teknologi informasi dewasa ini sangat pesat. Mulai dengan penggunaan telepon selular yang hanya digunakan untuk mengirimkan pesan singkat atau berkomunikasi biasa sampai dengan telepon pintar (smart phone).Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam USAha penyebaran informasi pertanian, berusaha menggunakan teknologi informasi tersebut semaksimal mungkin. Salah satu contoh adalah penyebaran informasi kalender tanam terpadu, yang bukan hanya berbasis website saja, tetapi juga berbasis SMS dan Android. Makalah ini bertujuan ntuk memaparkan pengembangan aplikasi yang dapat digunakan untuk diseminasi informasi tanam terpadu menggunakan aplikasi mobile berbasis Android. Materi yang digunakan dalam penyusunan aplikasi ini tentunya terkait dengankalender tanam, yaitu standing crop yang diekstrak dari citra satelit MODIS, data hasil monitoring CCTV, estimasi waktu dan luas tanam, status tingkat kerawanan banjir dan kekeringan tingkat kabupaten, status organisme pengganggu tanaman, rekomendasi varietas dan prakiraan kebutuhan benih, rekomendasi dan kebutuhan pupuk, dan mekanisasi pertanian. Metode yang digunakan secara umum adalah pendekatan pengembangan sistem berbasis Android. Hasil akhir dari penelitian ini adalah tersedianya dan terpakainya aplikasi Android pada sistem informasi katam terpadu. Pada intinya pengguna dapat menggunakan smartphone untuk mendapatkan informasi terkini mengenai kalender tanam pertanian secara cepat. Cepatnya mendapatkan informasi pertanian diharapkan membantu petani dan masyarakat pertanian melakukan budidaya pertanian secara lebih akurat agar terhindar dari kegagalan
    corecore