30 research outputs found

    Total Digestible Nutrient of Diet Containing PUFA- Concentrate Supplemented with Yeast and Curcuma Xanthorrhiza Roxb for Dairy Goat

    Get PDF
    Penelitian ini didisain untuk mengevaluasi kecernaan nutrisi, dinyatakan dalam TDN, dari ransum yang mengandung PUFA konsentrat yang disuplementasi yeast dan Curcuma xanthorrhiza Roxb pada kambing perah. Dua puluh ekor kambing Peranakan Ettawah (PE) pada fase laktasi akhir dialokasikan kedalam 6 perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan tersebut adalah: PD0: PUFA-diet tanpa suplemen, PDA: dengan Asifit, PDY: dengan 0,5% yeast, PDC: dengan 2% curcuma, dan PDM: dengan 0,5% yeast + 2% curcuma. Ransum- PUFA terdiri atas 80% PUFA- konsentrat sebagai ransum dasar dan 20% rumput gajah. Sumber PUFA terdiri atas jagung giling sangrai, tepung kedelai sangrai, dan minyak jagung. Hasil menunjukkan bahwa konsumsi DM, OM, CP, CF, NFE, ADF, dan GE tidak terpengaruh oleh perlakuan. Namun, EE dan NDF antarperlakuan berbeda signifikan (P<0.05), sedang Ca dan P berbeda sangat signifikan (P<0.01). Kandungan nutrisi yang tinggi (DM, OM, CP, EE, CF, NDF, and GE) ditemukan di feces pada kambing dengan perlakuan Curcuma (PDC), konsekuensinya adalah kecernaan nutrisinya secara signifikan (P<0.05) atau sangat signifikan (P<0.01) terendah. Total digestible nutrient (TDN) dari PDY dan PDM secara signifikan tinggi (79,89% dan 79,37%) disbanding ransum lainnya, terendah pada PDC (69,94%). Hal ini menunjukkan bahwa yeast atau ragi dengan konsentrasi 1,8 108cfu/d baik disuplementasikan tunggal atau dikombinasi dengan 2% Curcuma dapat dikatakan sebagai kandungan yang tepat untuk memperbaiki kecernaan nutrisi pada kambing perah dengan laktasi akhir pada penelitian ini

    Total Digestible Nutrient of Diet Containing PUFA- Concentrate Supplemented with Yeast and Curcuma Xanthorrhiza Roxb for Dairy Goat

    Full text link
    Penelitian ini didisain untuk mengevaluasi kecernaan nutrisi, dinyatakan dalam TDN, dari ransum yang mengandung PUFA konsentrat yang disuplementasi yeast dan Curcuma xanthorrhiza Roxb pada kambing perah. Dua puluh ekor kambing Peranakan Ettawah (PE) pada fase laktasi akhir dialokasikan kedalam 6 perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan tersebut adalah: PD0: PUFA-diet tanpa suplemen, PDA: dengan Asifit, PDY: dengan 0,5% yeast, PDC: dengan 2% curcuma, dan PDM: dengan 0,5% yeast + 2% curcuma. Ransum- PUFA terdiri atas 80% PUFA- konsentrat sebagai ransum dasar dan 20% rumput gajah. Sumber PUFA terdiri atas jagung giling sangrai, tepung kedelai sangrai, dan minyak jagung. Hasil menunjukkan bahwa konsumsi DM, OM, CP, CF, NFE, ADF, dan GE tidak terpengaruh oleh perlakuan. Namun, EE dan NDF antarperlakuan berbeda signifikan (P<0.05), sedang Ca dan P berbeda sangat signifikan (P<0.01). Kandungan nutrisi yang tinggi (DM, OM, CP, EE, CF, NDF, and GE) ditemukan di feces pada kambing dengan perlakuan Curcuma (PDC), konsekuensinya adalah kecernaan nutrisinya secara signifikan (P<0.05) atau sangat signifikan (P<0.01) terendah. Total digestible nutrient (TDN) dari PDY dan PDM secara signifikan tinggi (79,89% dan 79,37%) disbanding ransum lainnya, terendah pada PDC (69,94%). Hal ini menunjukkan bahwa yeast atau ragi dengan konsentrasi 1,8 108cfu/d baik disuplementasikan tunggal atau dikombinasi dengan 2% Curcuma dapat dikatakan sebagai kandungan yang tepat untuk memperbaiki kecernaan nutrisi pada kambing perah dengan laktasi akhir pada penelitian ini

    Effects of polar cosolvents on cocoa butter extraction using supercritical carbon dioxide

    Get PDF
    Cocoa butter was successfully extracted from cocoa liquor by supercritical carbondi oxide (SC-CO2) at 35 MPa, 60 oC and 2 mL/min with 5%, 15% and 25% cosolvents. The extraction yield of tryglicerides (TG) and fatty acid (FA) compositions were significantly influenced by the concentration of polar cosolvents. The SC-CO2 extraction efficiency was increased with cosolvent significantly. Ethanol was found to be the best cosolvent for cocoa butter extraction using SC-CO2 followed by isopropanol and acetone. The triglycerides of POP, POS and SOS were contained in the extracted cocoa butter with POS being the major component. Where palmitic, stearic and oleic were the main fatty acids in the cocoa butter samples, with stearic being the highest component. The lower molecular weight (MW) of TGs and FAs showed the higher selectivity compared to the high MW of TGs and FAs. Thus, they were fractionated during the first stage of SC-CO2 process

    Growth Process Of Organic Vetiver Root With Potato AS Intercropping Plant

    Full text link
    Vetiver oil (Vetiveria zizanoides) is one of Indonesia main export commodities. Vetiver root is perennial plant and generally planted with vegetables as intercropping plant. Increasing the selling price of vetiver oil can be done by transferring the production of conventional vetiver oil (non-organic) to organic vetiver oil. Demonstration of land used was one hectare, which 2,000 m2 for planting vetiver root with potato (Solanum tuberosum) as inter-cropping plant and 8,000 m2 for vetiver root without intercropping, in Sukakarya-Samarang, Garut. The planting used goat and cow dung as manure, distillate water of vetiver oil and liquid bio-pesticide as pesticide. Variables studied included plant height, number of leaf and crotch. In the first quarter of the years, the number of leaf and crotch of vetiver root with intercropping was better than vetiver root without inter-cropping. However, there was not significant difference for plant height of vetiver root, both with and without intercropping. Products of organic potato as intercropping plant of vetiver root were less than those of non-organic potato, but the latter had a better texture and durability

    Sebaran Spasial, Kelimpahan dan Struktur Komunitas Zooplankton di Estuari Sungai Siak Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan mengetahui pola sebaran, kelimpahan dan struktur komunitas zooplankton di perairan estuari Sungai Siak. Penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan (April-Nopember 2015) dengan jumlah stasiun pengambilan sampel sebanyak 16 titik. Hasil penghitungan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui pola sebaran, jumlah jenis, kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi dan indeks keseragaman. Hasil analisis data, diperoleh jumlah jenis zooplankton yang ditemukan sebanyak 21 jenis terdiri dari kelompok Crustacea sebanyak 8 jenis, Ciliata sebanyak 11 jenis dan Sarcodina sebanyak 2 jenis. Kelimpahan zooplankton di masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 1.570-38.512 ind/m3. Struktur komunitas zooplankton di muara Sungai Siak ditandai dengan indeks keanekaragaman yang tinggi (>3), keseragaman tinggi dan indek dominansi yang rendah. Terdapat dua jenis zooplankton dominan di estuari Sungai Siak yaitu Tintinnopsis radix dan Leprotintinnus nordgvisti masing-masing ditemukan pada November dan Juni. Kelimpahan zooplankton dipengaruhi tingkat kecerahan perairan. Pada saat kecerahan rendah, jumlah jenis zooplankton di perairan ini sangat rendah. Secara umum, kondisi lingkungan perairan estuari Sungai Siak masih mendukung kehidupan zooplankton
    corecore