7 research outputs found

    Gambaran Interaksi Sosial dalam Film Huit Rue de L’Humanite karya Dany Boon

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran interaksi sosial dalam film Huit Rue de L’Humanite karya Dany Boon. Pandemi Covid-19 membuat para penghuni sebuah kawasan apartemen mematuhi protokol kesehatan. Namun interaksi antar penghuni menjadi lebih menarik karena adanya keterbatasan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dengan pemanfaatan teori interaksi sosial Soerjono Soekanto (1982). Teori yang digunakan sesuai dengan penelitian penulis dengan menjawab dan menjelaskan rumusan masalah berdasarkan penggambaran interaksi sosial dalam film. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dilakukan dengan observasi film, menganalisis dialog dan adegan, mengaitkan hasil analisis dan menjelaskan penyebab, menarik kesimpulan dari hasil analisis pada film Huit Rue de L’Humanite. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dalam film Huit Rue de L’Humanite menunjukkan gambaran interaksi sosial, di antaranya kerja sama, stalemate, konsiliasi, kontravensi, dan konflik berdasarkan teori interaksi sosial Soerjono Soekanto. Gambaran interaksi sosial dalam film Huit Rue de L’Humanite didominasi oleh proses asosiatif, yaitu kerja sama, stalemate, konsiliasi. Keterbatasan dan perbedaan sifat tokoh yang kuat menjadi alasan utama terjadinya interaksi sosial tersebut. Saran kepada peneliti selanjutnya untuk menganalisis semiotika tokoh di dalam film tersebut. Hal ini berdasarkan masing-masing tokoh memiliki keunikan tersendiri dalam penokohannya yang kuat dalam alur cerita

    Representasi Ambisi pada Tokoh-Tokoh dalam Film Animasi Le Sommet des Dieux Karya Patrick Imbert.

    No full text
    Ambisi diibaratkan dengan dua mata pisau, dimana ambisi mampu menjembatani kesuksesan seseorang, tetapi tetap tidak menutup kemungkinan bahwa individu tersebut memilih langkah yang buruk untuk menyebranginya. Dengan demikian, ambisi digolongkan menjadi dua yakni ambisi negatif dan ambisi positif. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji ambisi yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam film animasi Le Sommet des Dieux karya Patrick Imbert sesuai dengan teori ambisi yang dikemukakan oleh Widarso (1996). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bagaimana ambisi para karakter direpresentasikan dalam film animasi Le Sommet des Dieux karya Patrick Imbert. Pendekatan yang penulis gunakan ialah pendekatan psikologis dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dengan begitu, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa film animasi tersebut terbukti mengandung berbagai adegan yang merepresentasikan ambisi negatif melalui tokoh Habu Joji dan Buntaro, serta ambisi positif melalui tokoh Fukamachi. Adapun dua dari empat wujud atau ciri dari ambisi negatif yang tercermin di dalamnya ialah egoisme (selfishness) dan kepribadian tipe A (type A personality). Selain itu, teridentifikasi pula positif atau negatifnya ambisi yang tumbuh dan berkembang pada ketiga tokoh tersebut bergantung dan kembali pada kondisi diri mereka masing-masing, serta lingkungan di sekitarnya. Berdasarkan asumsi penulis mengenai adanya suatu obsesi yang menjadi hal lain di luar ambisi yang terepresentasi melalui karakterisasi tokoh pada film tersebut, pada penelitian berikutnya yang menggunakan objek material yang sama, penulis dapat menyarankan untuk mengkaji film animasi Le Sommet des Dieux karya Patrick Imbert dengan menggunakan teori obsesi

    Representasi Cinta Tokoh Utama dalam Film Shéhérazade Karya Jean-Bernard Marlin.

    Get PDF
    Penelitian ini mengkaji tentang representasi cinta tokoh utama dalam film Shéhérazade karya Jean-Bernard Marlin (2018) menggunakan teori triangular of love Sternberg. Objek penelitian ini adalah film Shéhérazade karya Jean-Bernard Marlin berdurasi 109 menit yang dirilis pada tahun 2018, yang menceritakan tentang sepasang remaja bermasalah yang menemukan cinta di jalan-jalan kejam kota Marseille. Fokus utama penelitian ini adalah perilaku sepasang remaja bernama Shéra dan Zach yang menggambarkan cinta menggunakan pendekatan psikologi sosial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Data penelitian didapatkan dengan cara menonton film Shéhérazade secara berulang-ulang dan mencatat data-data yang relevan dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan Cinta pada Tokoh Utama, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran cinta tokoh utama dalam film Shéhérazade meliputi tiga komponen dalam teori triangular of love Sternberg, yaitu intimacy (keintiman), passion (gairah), commitment (komitmen), dengan menggunakan faktor-faktor mencintai dan jenis cinta yang menjadi bentuk cinta dari Zach dan Shéra. Komponen intimacy Shéra dan Zach digambarkan melalui perilaku yang mencerminkan perhatian, kepedulian, dan kekhawatiran. Selain itu adanya upaya dari keduanya untuk menciptakan kehangatan dan kenyamanan terhadap satu sama lain, salah satunya dilakukan dengan cara menciptakan suasana yang menyenangkan dan menunjukkan afeksi. Sementara itu passion digambarkan melalui pengorbanan yang dilakukan oleh toko utama dan bentuk mendominasi satu sama lain. Kemudian commitment digambarkan melalui upaya untuk mempertahankan hubungan dan janji terhadap satu sama lain. Dari 8 (delapan) jenis cinta yang ada, peneliti menemukan satu jenis cinta dalam film tersebut yaitu cinta sejati atau consummate love

    Klasifikasi Emosi Tokoh Utama dalam Film Elle Karya Paul Verhoeven

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan klasifikasi emosi tokoh utama dalam film Elle karya Paul Verhoeven yang dirilis pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan memanfaatkan teori klasifikasi emosi David Krech. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dilakukan dengan cara menonton dan mengamati film dengan seksama, menentukan teori dan metode yang akan digunakan, mencatat dialog dan mendeskripsikan emosi yang terdapat pada tokoh utama pada film Elle karya Paul Verhoeven. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 20 emosi tokoh utama dalam film Elle karya Paul Verhoeven. Emosi tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu : (1) emosi dasar yang terdiri dari 4 emosi senang, 3 emosi marah, 2 emosi takut dan 1 emosi sedih; (2) emosi yang berhubungan dengan stimulus sensor terdiri dari 2 emosi sakit, 1 emosi jijik dan 3 emosi kenikmatan; dan (3) emosi yang berhubungan dengan orang lain terdiri dari 2 emosi rasa cinta dan 2 emosi rasa benci. Saran untuk penelitian selanjutnya agar mengkaji mengenai analisis kepribadian tokoh utama MichĂšle dalam film Elle karya Paul Verhoeven menggunakan teori kepribadian Sigmund Freud karena tokoh utama MichĂšle memiliki berbagai permasalahan yang kompleks sehingga patut untuk diteliti lebih dala

    La RĂ©presentation les Ă©lĂ©ments et les types des amicales dans le film La TĂȘte en Friche par Jean Becker

    No full text
    Penelitian ini membahas tentang unsur dan jenis persahabatan antara tokoh Germain dan Margueritte dalam film La TĂȘte en Friche. Penelitian ini terwujud karena melihat hubungan persahabatan yang dekat dengan kehidupan sosial dan dapat ditemukan dalam realitas ini. Rumusan masalah penelitian ini adalah apa sajakah unsur dan jenis penelitian yang terdapat pada hubungan persahabatan tokoh Germain dan Margueritte. Tujuan penelitian ini menggambarkan unsur dan jenis persahabatan yang terjadi antara tokoh Germain dengan Margueritte. Untuk menganalisis permasalahan pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori persahabatan oleh Paul H. Wright yang dituliskan dalam buku berjudul The Interpersonal Communication 13th tahun 2013 oleh Joseph A.Devito. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang ini dapat ditemukan 5 representasi unsur persahabatan yaitu, utility, affirmation, ego support, stimulation, dan security. Kemudian jenis persahabatan yang ditemukan adalah persahabatan reciprocity. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada karakteristik tokoh utama film La TĂȘte en Friche

    Representasi Persahabatan dalam Film Animasi Ma Vie de Courgette Karya Claude Barras.

    No full text
    Sebagai genre penceritaan yang disukai penonton dari segala usia, film animasi sering menampilkan narasi menarik yang berputar di sekitar ikatan persahabatan. Persahabatan adalah hubungan intim yang mencakup kasih sayang, persekutuan dan kerukunan. Kualitas persahabatan yang baik akan memberikan dampak mengejutkan pada tingkat kebahagiaan seseorang. Hal ini pun kemudian menjadi daya tarik untuk dilakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis representasi persahabatan yang baik dalam film animasi berjudul Ma Vie de Courgette (2016) yang disutradarai oleh Claude Barras. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan fokus memperhatikan dan meneliti perilaku maupun perkembangan karakter tokoh-tokoh dalam film animasi Ma Vie de Courgette. Data-data yang terkumpul merupakan transkrip dialog dan potongan adegan yang ditampilkan oleh para tokoh dan dianalisis menggunakan teori atribut persahabatan Miller dalam bukunya Intimate Relationship (2015) untuk menggambarkan persahabatan dengan kualitas yang baik. Berdasarkan hasil analisis, telah berhasil disimpulkan bahwa tokoh-tokoh dalam film animasi Ma Vie de Courgette menggambarkan hubungan persahabatan yang baik karena menunjukkan kelima atribut persahabatan, yaitu (1) Respect (Rasa hormat); (2) Trust (Kepercayaan); (3) Capitalization (Kapitalisasi); (4) Social support (Dukungan sosial); dan (5) Responsiveness (Responsif). Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti mengenai efektivitas film animasi sebagai penyampai pesan serta bagaimana film animasi tidak selalu identik dengan anak-anak karena film animasi merupakan salah satu bentuk media yang dapat digunakan untuk bercerita dan menyebarkan ide tanpa memandang penonton atau usia

    Studi Kontrastif Tindak Tutur Perintah Bahasa Jepang dan Bahasa Banjar (Kajian Pragmatik)

    No full text
    Ketika melakukan tindak tutur perintah, setiap masyarakat mempunyai gaya bahasa dan standar kesantunan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut seringkali menyebabkan kesalahan penggunaan bahasa oleh penutur. Akibatnya, tujuan tindak tutur perintah tidak tercapai. Adanya persamaan dan perbedaan pada tindak tutur perintah bahasa Jepang dan bahasa Banjar perlu dikaji agar diketahui apa saja bentuk tindak tutur perintah bahasa Jepang dan apa saja bentuk tindak tutur perintah bahasa Banjar. Setelah itu akan terlihat persamaan dan perbedaan di antara kedua tindak tutur perintah. Tujuannya dalah untuk menunjukkan cara menuturkan tindak tutur bahasa Jepang dan bahasa Banjar dengan baik dan benar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui kajian pustaka berupa film. Data yang digunakan yaitu kalimat perintah yang ada pada film berbahasa Jepang dan berbahasa Banjar. Setelah terkumpul, data diklasifikasikan dan ditranslasikan, baru kemudian dianalisis secara kontekstual. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yaitu teori pragmatik yang melihat tindak tutur berdasarkan konteks dan situasi tutur, teori strategi kesantunan Brown dan Levinson, serta teori kontrastif. Hasil dari penelitian ini dijabarkan dalam bentuk narasi dari segi ekspresi yang digunakan, intonasi, posisi penutur dan lawan tutur, hubungan penutur dan lawan tutur, serta jenis tuturan yang digunakan. Ditemukan hasil persamaan di antara bahasa Jepang dan bahasa Banjar yaitu, perintah dituturkan oleh penutur yang memiliki hubungan akrab dengan lawan tutur. Perbedaan yang ada yaitu, pada bahasa Jepang hanya ditemukan tindak tutur perintah yang dituturkan oleh penutur yang memiliki posisi lebih tinggi daripada lawan tutur dan posisi setara dengan lawan tutur. Sedangkan dalam tindak tutur perintah bahasa Banjar, ditemukan tindak tutur yang dituturkan oleh penutur yang memiliki posisi lebih tinggi, lebih rendah, dan setara dengan lawan tutur. Pada tindak tutur perintah bahasa Jepang ditemukan bentuk dengan pola ăȘさい (-nasai)ă€ïœžă‚ (- ro)、dan ïœžă‚ˆ (-yo). Pada tindak tutur perintah bahasa Banjar ditemukan bentuk dengan pola ‘akan’, kata perintah, ‘padahi’, ‘-nah’, kata benda+akhiran ‘i’, kata sifat+akhiran ‘i’, ‘pang’, dan ‘-lah’. Saran untuk penelitian selanjutnya, bisa menggunakan data tindak tuutr yang diperoleh langsung dari masyarakat Jepang dan masyarakat Banjar
    corecore