10 research outputs found

    Pertambahan Bobot Badan Harian Dan Bobot Sapih 90 Hari Terkoreksi (Corrected) Domba Ekor Gemuk Periode Prasapih Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Tipe Kelahiran

    No full text
    Domba lokal merupakan ternak hasil introduksi dari luar yang sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan Indonesia. Domba Ekor Gemuk (DEG) merupakan domba lokal yang sangat potensial untuk diternakkan sebagai penghasil daging guna untuk mensuplai kebutuhan protein hewani khususnya di Indonesia. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor, menjaga kelestarian sumberdaya hayati (plasma nutfah), meningkatkan kesejahteraan, serta membangun kearifan lokal budaya masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi bobot lahir, pertambahan bobot badan harian dan bobot sapih 90 hari terkoreksi Domba Ekor Gemuk prasapih berdasarkan jenis kelamin, tipe kelahiran dan umur induk. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan milik Bapak Sugeng Wicaksono Desa Bumirejo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, pada tanggal 6 September 2021 sampai 1 November 2021. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DEG prasapih sebanyak 36 ekor yang terdiri dari jantan 15 ekor dan betina 21 ekor berumur 1 hari hingga 2 bulan yang diperoleh dari 26 ekor induk DEG umur 1 – 3 tahun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dan observasi langsung. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data dikoreksi berdasarkan jenis kelamin, tipe kelahiran dan umur induk. Kemudian, dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur induk rata-rata bobot lahir terkoreksi menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05) dimana PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada umur induk 1 tahun (93,68±28,56 g/ekor/hari dan 11,76±2,99 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan induk umur ≥ 2 tahun (78,21±32,41 g/ekor/hari dan 9,53±3,10 kg). Pada jenis kelamin rata-rata bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dimana bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada jenis kelamin jantan (2,70±0,63 kg; 80,84±32,68 g/ekor/hari dan 9,98±3,26 kg) lebih rendah dibandingkan dengan jenis kelamin betina (2,78±0,62 kg; 84,44±31,73 g/ekor/hari dan 10,38±3,22 kg). Pada tipe kelahiran rata-rata bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dimana bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada tipe kelahiran single (3,06±0,61 kg; 99,55±29,26 g/ekor/hari dan 12,02±2,85 kg) lebih tinggi dibandingkan dengan tipe kelahiran twins (2,50±0,43 kg; 69,65±27,53 g/ekor/hari dan 8,77±2,73 kg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bobot lahir terkoreksi dipengaruhi oleh umur induk dan tipe kelahiran. Sedangkan PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) dipengaruhi oleh tipe kelahiran. Bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada umur induk 1 tahun lebih tinggi dibandingkan pada umur induk ≥ 2 tahun. Bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) jantan lebih rendah dibandingkan betina. Bobot lahir, PBBH dan bobot sapih 90 hari (terkoreksi) pada tipe kelahiran single lebih tinggi dibandingkan dengan twins. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan memilih ternak pada jenis kelamin jantan dan tipe kelahiran single untuk dijadikan sebagai calon bibit ternak

    Studi Kasus Penampilan Produksi Kambing Crossboer Umur 3 Sampai 12 Bulan Di Desa Purworejo Kecamatan Ngantang

    No full text
    Kambing persilangan Boer merupakan hasil perkawinan silang antara ternak Kambing Boer jantan dengan kambing lokal betina. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui penampilan produksi Kambing Crossboer umur 3 sampai 12 bulan di Desa Purworejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Materi penelitian yang digunakan yaitu kambing persilangan Boer sebanyak 76 ekor yang terdiri dari 37 ekor jantan dan 39 ekor betina dengan kisaran umur 3 - 12 bulan milik Peternak yang bernama Pak Pitoyo yang berlokasi di Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Peralatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan digital, timbangan gantung, pita ukur, tongkat ukur, alat tulis dan kamera digital. Variabel yang digunakan yaitu bobot badan, PBBH (Pertambahan Bobot Badan Harian), lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan. Data yang diperoleh adalah data primer. Pengambilan sampel yang diambil dilakukan secara purpose sampling. Dalam penelitian ini deskripsi ukuran tubuh dianalisis secara deskriptif dengan menentukan nilai Rata-rata ) dan Standar Deviasi (SD) serta Koefisien Keragaman (KK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kualitatitf Crossboer terdiri dari warna tubuh putih cokelat (kepala cokelat) 38,2%, cokelat (kepala cokelat) 5,3%, putih hitam (kepala hitam) 36,8%, putih (kepala putih) 17,1%, hitam (kepala hitam) 2,6%, yang memiliki tanduk 88,2% dan tidak memiliki tanduk 11,8%, bentuk telinga panjang kebawah 65,8%, bentuk telinga pendek lebar 34,2% serta bentuk hidung cembung 59,2% dan datar 40,8%. Rata-rata bobot badan Kambing Crossboer jantan dan betina berurutan antara lain 23.02 ± 1.56 kg dan 21.86 ± 1.63 kg. Rata-rata PBBH berdasarkan tipe kelahiran tunggal sebesar 0.081 ± 0.015 kg/hari dan tipe kelahiran kembar 2 sebesar 0.076 ± 0.009 kg/hari. Rata-rata PBBH dengan jenis kelamin jantan adalah 0.085 ± 0.012 kg/hari sedangkan betina 0.073 ± 0.012 kg/hari. Rata-rata PBBH jantan dengan tipe kelahiran tunggal adalah 0.103 ± 0.006 kg/hari, sedangkan betina dengan tipe kelahiran tunggal 0.089 ± 0.011 kg/hari, jantan dengan tipe kelahiran kembar 2 sebesar 0.081 ± 0.007 kg/hari serta betina dengan tipe kelahiran kembar 2 sebesar viii 0.073 ± 0.006 kg/hari. Rata-rata PBBH pada berbagai tingkat umur terdiri dari umur 3-4 bulan yaitu 0.084 ± 0.013 kg/hari, umur 5-6 bulan sebesar 0.080 ± 0.010 kg/hari, umur 7-8 bulan sebesar 0.074 ± 0.008 kg/hari, umur 9-10 bulan sebesar 0.069 ± 0.012 kg/hari dan umur 11-12 bulan sebesar 0.065 ± 0.009 kg/hari. Rata-rata tinggi badan jantan adalah 55.71 ± 4.14 cm sedangkan betina 54.33 ± 3.66 cm. Rata-rata panjang badan jantan sebesar 58.35 ± 4.27 cm dan betina 55.17 ± 3.78 cm. Rata-rata lingkar dada jantan sebesar 59.71 ± 4.38 cm dan betina 58.26 ± 3.97 cm. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penampilan produksi Kambing Crossboer umur 3 sampai 12 bulan pada pertambahan bobot badan harian mencapai titik tertinggi pada umur 3 bulan. Pada umur 6 – 12 bulan kambing mengalami dewasa kelamin sehingga laju pertumbuhan mulai melambat sampai usia dewasa. Semakin tinggi umur ternak, bobot badan dan ukuran tubuh kambing juga bertambah

    Hubungan Statistik Vital Dan Jenis Kelamin Terhadap Bobot Badan Domba Priangan Di Cv. Mitra Tani Farm Bogor

    No full text
    Domba Priangan merupakan salah satu kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang mempunyai bentuk fisik dan komposisi genetik yang khas dibandingkan dengan rumpun domba lainnya. Pemeliharaan bobot badan menjadi penting karena dapat menjadi indikator untuk melihat keberhasilan pemeliharaan sekaligus menentukan nilai ternak. Semakin berat bobot ternak maka semakin tinggi juga nilai/harga tersebut. Penelitian ini dilakukan di CV. Mitra Tani Farm Desa Tegal Waru, Kabupaten Bogor pada bulan Januari 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran statistik vital terhadap bobot badan berdasarkan jenis kelamin dan umur domba Priangan. Penentuan lokasi penelitian secara purposive sampling dengan salah satu pertimbangan yaitu ketersediaan domba Priangan jantan dan betina berbagai umur. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 189 ekor domba Priangan, yang dibagi menjadi 3 kelompok umur dan jenis kelamin nya, betina PI0= 24 ekor, jantan PI0= 61 ekor, betina PI2= 41 ekor, jantan PI2= 41 ekor, betina PI4= 14 ekor dan jantan PI4= 8 ekor. Metode Penelitian dilakukan secara studi kasus, pengambilan data berdasarkan pengamatan langsung dengan melakukan pengecekan umur, jenis kelamin serta penimbangan bobot badan dan pengukuran statistik vital meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan. Data yang diperoleh diuji normalitas untuk melihat sebaran data, data yang normal dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan untuk data yang tidak normal dianalisis menggunakan uji Spearman, serta uji regresi sederhana. Nilai korelasi, persamaan regresi, dan koefisien determinasi pada lingkar dada terhadap bobot badan betina PI0 0,408, Y= 0,262+0,335X, 16,62; pada panjang badan terhadap bobot badan betina PI0 0,275, Y=13,985+0,150X, 7,545; pada tinggi badan terhadap bobot badan betina PI0 0,565, Y=-0,051+0,361X, 31,961; pada lingkar dada terhadap bobot badan jantan PI0 0,816, Y=-24,982+0,744X, 66,596; pada panjang badan terhadap bobot badan jantan PI0 0.592, Y=-11,234+0,760X, 35,009; pada tinggi badan terhadap bobot badan jantan PI0 0.632, Y=-15,469+0,727X, 39,955; pada lingkar dada terhadap bobot badan betina PI2 0.541, Y=-6,859+0,454X, 29,275; pada panjang badan terhadap bobot badan betina PI2 0,427, Y=8,116+0,278X, 18,207; pada tinggi badan terhadap bobot badan betina PI2 0,057, Y=21,019+0,035X, 0,328; pada lingkar dada terhadap bobot badan jantan PI2 0.657, Y=-19,912+0,676X, 43,158; pada panjang badan terhadap bobot badan jantan PI2 0,501, Y=5,273+0,457X, 25,122; pada tinggi badan terhadap bobot badan jantan PI2 0,600, Y=-11,052+0,663X, 36,029; pada lingkar dada terhadap bobot badan betina PI4 0.949, Y=- 37,540+0,903X , 90,060; pada panjang badan terhadap bobot badan betina PI4 0,872, Y=-23,135+0,906X, 76,123; pada tinggi badan terhadap bobot badan betina PI4 0,530, Y=-24,070+0,792X, 28,112 pada lingkar dada terhadap bobot badan jantan PI4 0.794, Y=-23,184+0,708X, 63,017; pada panjang badan terhadap bobot badan jantan PI4 0,701, Y=-6,407+0,638X, 49,112; pada tinggi badan terhadap bobot badan jantan PI4 0,314, Y=8,423+0,350X, 9,849

    Studi Kasus Keberhasilan Inseminasi Buatan Berdasarkan Bobot Badan Dan Umur Domba Ekor Gemuk (Deg) Betina Produktif Di Probolinggo

    No full text
    Domba ekor gemuk merupakan domba yang popular di Indonesia sebagai penghasil daging. Domba ekor gemuk terdapat di Jawa Timur, Madura, Lombok dan Sulawesi. Domba ekor gemuk merupakan ternak ruminansia kecil yang cukup potensial untuk dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya karena memiliki keunggulan lambing interval pendek, prolific (beranak lebih dari satu), daya adaptasi tinggi di iklim tropis dan pemeliharaannya mudah dibandingkan dengan ternak ruminansia besar. Variabel yang diukur meliputi bobot badan, umur, persentase birahi, persentase kebuntingan yang nantinya akan menjadi tolak ukur mana domba yang produktif dan tidak. Metode penelitian menggunakan studi kasus dan obervasi langsung di lapangan.Untuk menghitung persentase birahi dianalisis secara deskriptif, angka kebuntingan induk dapat ditemukan menggunakan rumus Conseption Rate. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor bobot badan dan atau umur (poel) sebagai pertimbangan terhadap keberhasilan inseminasi buatan (IB) pada domba ekor gemuk betina produktif (DEG) pada saat dikawinkan. vii Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor gemuk betina produktif dengan bobot badan kurang dari 30 Kg berjumlah 14 ekor dengan rata rata bobot badan awal 23,6 ± 2,10 Kg . sebanyak 16 ekor domba dengan bobot badan lebih dari 30 Kg dengan rata rata bobot badan awal 34,8 ± 4,36 Kg . Dari sejumlah 30 ekor domba betina produktif yang digunakan terdiri atas poel 1 (12 ekor), poel 2 (13 ekor),dan poel ≥ 3 (5 ekor). Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Studi Kasus dan Observasi. Lokasi yang dipilih merupakan daerah yang mimiliki cukup banyak jumlah domba ekor gemuk sehingga memudahkan dalam pemilihan ternak yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan domba ekor gemuk betina produktif diatas 30 kg memiliki keberhasilan yang tinggi sebesar 87,5 %, domba ekor gemuk betina produktif kisaran poel 1-2 memiliki keberhasilan yang tinggi berturut-turut sebesar 63,6 % dan 50 %, tingkat keberhasilan domba betina produktif poel 1 dengan berat badan lebih dari 30 kg sebesar 77,8 %. Kesimpulannya diutamakan domba yang memiliki bobot diatas 30 kg dan memiliki umur kisaran antara 1-2 tahun supaya mendapatkan hasil inseminasi yang maksimal

    Penampilan Produksi Induk Kambing Senduro Pada Berbagai Paritas Di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang

    No full text
    Kambing Senduro merupakan keturunan yang diduga berasal dari hasil persilangan antara kambing Etawa, Kacang, dan Jawarandu.Fisik kambing Senduro memiliki perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan kambing ras yang lain, kambing Senduro memiliki corak utama berwarna putih kekuningan, mempunyai telinga panjang lemas sehingga menghadap ke bawah sampai 50 cm, mempunyai postur panjang, tinggi dan lebih tebal, tinggi untuk jantan dapat mencapai 120 cm untuk jantan, jarang memiliki tanduk pada jantan sering juga disebut Etawa gundul Senduro. Dalam perkembangbiakannya kambing Senduro mempunyai litter size yang cukup bagus. Penelitian ini dilaksanakan dipeternakan kambing rakyat di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian tersebut berdasarkan letak desa yang saling bersebelahan. Penelitian ini dimulai pada viii bulan September 2018 sampai dengan bulan Januari 2019. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ternak kambing Senduro Dengan jumlah 104 ekor betina dengan jumlah anak 214 ekor anak kambing yang baru lahir untuk dianalysis kuantitatif data. Paritas 1, sebanyak 49 ekor. Paritas 2, sebanyak 36 ekor. Paritas 3, sabanyak 4 ekor. Paritas 4, sebanyak 15 ekor. Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling. Kreteria sampel berdasarkan breed, umur, paritas, bunting dan sehat kondisi ternak berdasarkan umur serta tidak terdapat cacat dan kondisi tubuh sehat. Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan statistik vital induk kambing senduro yang dikelompokan berdasarkan paritas serta hasil analisi di sajikan. Bahwa rataan statitik vital induk kambing Senduro menunjukan adanya pertambahan pada setiap parameter sifat kuantitatif ternak. Parameter lingkar dada pada induk kambing senduro pada paritas 1 (84,93 ± 2,97), paritas 2 (84,22 ± 3,78), dan paritas lebih besar dari 3 (85,64 ± 2,74). Parameter panjang badan induk kambing senduro pada paritas 1 (84,76 ± 3,90), paritas 2 (83,56 ± 3,25), dan paritas lebih besar dari 3 (83,46 ± 3,63). Parameter tinggi badan induk kambing senduro paritas 1 (80,38 ± 4,1), paritas 2 (79,46 ± 4,66), dan paritas lebih besar dari 3 (80,12 ± 4,60). Sedangkan parameter bobot lahir anak jantan kambing senduro paritas 1 (2.38 ± 0,49), paritas 2 (2,56 ± 0,52) dan paritas lebih besar 3 (2.45 ± 0.47). Parameter bobot lahir anak betina kambing Senduro parista 1 (2.38 ± 0,67), paritas 2(2.58 ± 0,38), dan paritas lebih besar dari 3(2.29 ± 0.24). Sedangkan Parameter litter size induk kambing senduro paritas 1 (1,97 ± 0,56), Paritas 2 (1,94 ± 0,58), dan paritas lebih besar dari 3 (2,21 ± 0,42). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penampilan ukuran tubuh induk kambing senduro menunjukan hasil terbaik pada paritas 3 ke atas, hasil penelitian ini lebih tinggi dari keputusan Menteri pada tahun 2014 , penampilan produksi bobot lahir anak jantan dan betina dari induk kambing senduro menujukan hasil terbaik pada paritas ke 2. Litter size induk kambing Senduro paritas terbaik berada di paritas 3 ke atas

    Keberhasilan Inseminasi Buatan (Ib) Sapi Limousin Dan Sapi Simental Berdasarkan Deposisi Semen (Studi Kasus Program Upsus Siwab 2020 Di Kota Kediri)

    No full text
    Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Kediri yang dimulai pada bulan April-Juni 2021. Tujuan penelitian ini untuk menganalasis keberhasilan inseminasi buatan sapi Limousin dan sapi Simental terhadap deposisi semen di Kota Kediri. Materi dari penelitian ini adalah catatan reproduksi inseminasi buatan (IB) program UPSUS SIWAB di Kota Kediri dari bulan Januari-Desember 2020 dengan semen bangsa sapi Limousin dan Simental. Catatan reproduksi inseminasi buatan tahun 2020 didapatkan sapi yang di IB dengan semen sapi Limousin 273 ekor dan sapi Simental 257 ekor, kemudian ditunjang dengan pengambilan data di lapang inseminasi buatan (IB) sebanyak 50 ekor dengan 30 ekor sapi Limousin dan 20 ekor sapi Simental. Penelitian ini menggunakan studi kasus. Penentuan data di dapat dengan purpusive sampling dari catatan reproduksi inseminasi buatan (IB) program UPSUS SIWAB dari bulan Januari-Desember 2020 yang ada di Kota Kediri dengan semen Limousin dan Simental dan ditunjang dengan pengambilan data dilapang. Kota Kediri memiliki populasi ternak sapi potong sebanyak total 3.761 ekor dengan jantan 1.083 ekor dan betina 2.678. Variabel penelitian dari penelitian ini adalah Service per conception (S/C), Conception rate (CR), Days Open (DO), dan Deposisi semen. Data yang telah diperoleh kemudian akan ditabulasi menggunakan aplikasi Microsoft Excel dibedakan sesuai jenis/bangsa sapi pejantan Limousin atau Simental. Data yang telah ditabulasi kemudian dihitung dengan analisis statistik secara deskriptif (Rataan, Standar Deviasi, dan Koefisiensi Keragaman). Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi ternak sapi potong di Kota Kediri pada tahun 2020 yaitu memiliki total 3.761 ekor, dengan jumlah ternak sapi potong jantan 1.083 ekor dan ternak sapi potong betina 2678 ekor. Jumlah total inseminasi buatan yang dilakukan pada tahun 2020 sebanyak 530 ekor, dengan semen bangsa sapi Limousin 273 ekor (IB pertama 152 ekor; IB kedua 88 ekor, dan IB ketiga 33 ekor) dan semen bangsa sapi Simental 257 ekor (IB pertama) 128 ekor, IB kedua 87 ekor, dan IB ketiga 42 ekor). Perhitungan nilai S/C pada semen sapi Simental adalah 1,66 dan semen sapi Limousin adalah 1,56. Nilai S/C rata-rata dari kedua semen bangsa sapi adalah 1,61. Nilai CR sapi Simental 55,68% dan Limousin 49,8%. Nilai CR dari kedua bangsa sapi 52,83%. Data lapang menunjukkan bahwa deposisi semen terhadap kedua bangsa sapi potong Limousin dan Simental dinyatakan 100% dideposisikan pada posisi 4. Keadaan berahi pada kedua didapatkan pada semen bangsa sapi Simental 20 ekor dengan akhir berahi 16 ekor dan pertengahan berahi 4 ekor. Sedangkan pada semen bangsa sapi Limousin 30 ekor, dengan akhir berahi 27 ekor dan pertengahan berahi 3 ekor. Days Open pada penelitian diestimasikan dengan perhitungan siklus berahi ditambah dengan Anestrus Post Partum (APP) yaitu didapatkan DO sebagai berikut 66 hari (pada IB pertama), 87 hari (IB kedua) dan 108 hari (IB ktiga). Jadi dari data yang didapatkan maka perhitungan nilai IF pada semen bangsa sapi Limousin pada (IB pertama) 89, (IB kedua 68), dan 47 (IB ketiga) sedangkan pada sapi Simental secara berrutan IB pertama sampai dengan ketiga sebesar 94,69; 73,69, dan 52,69. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa keberhasilan inseminasi buatan (IB) sapi Limousin dan sapi Simental berdasarkan deposisi semen pada studi kasus program UPSU

    Pengaruh Perlakuan Pencukuran Rambut Domba Ekor Gemuk Terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian

    No full text
    Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pencukuran rambut terhadap pertambahan bobot badan harian domba ekor gemuk menggunakan umur domba yang sama antara 10-12 bulan (non poel) terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dengan teori dalam perkuliahan, khususnya pengaruh perlakuan pencukuran rambut pada domba ekor. Penelitian dilaksanakan selama 31 hari mulai tanggal 24 Agustus sampai dengan 24 September 2021. Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Raudhatul Madinah Jalan Mojomukti No. 51, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 20 ekor domba ekor gemuk, yang terdiri dari 10 ekor domba tanpa dicukur rambut dan 10 ekor yang dicukur rambut. Domba diseleksi dengan seragam umur 10-12 bulan (non poel). Domba diberi kalung penanda nomor yang berfungsi untuk pencatatan data, pemberian pakan terjadwal pagi dan sore diawali dengan pemberian konsentrat kemudian hijauan. Pemberian minum secara ad libitum. Penimbangan dan penilaian dilakukan pada awal dan rutin pada seminggu sekali. Penimbangan dilakukan setiap minggu sekali. Sistem kandang yang digunakan dengan sistem koloni, dikelompokkan 10 tidak dicukur dan 10 dicukur rambut. Metode penelitian yang digunakan adalah Experimental menggunakan metode pengambilan data untuk mengumpulkan data primer. Data primer diperoleh dengan pengambilan data langsung berupa pengamatan, pengukuran, dan penimbangan data. Ternak ditempatkan pada kandang koloni dengan ukuran luas kandang 1.5 x 8 m. Manajemen pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari yang diawali dengan pemberian hijauan dan selanjutnya pemberian konsentrat. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis data Uji-t tidak berpasangan dengan 2 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Variabel yang digunakan adalah pertambahan bobot badan ekor gemuk. Data yang diperoleh dari penelitian dievaluasi dan dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan objek pengamatan dari data-data yang diperoleh, kemudian membandingkan hasil di lapang dengan teori dalam studi literatur sehingga didapatkan kajian teori dan kenyataan dilapangan mengenai keadaan umum di peternakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pencukuran rambut terhadap ternak berpengaruh pada Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) meningkat, ternak domba yang mengalami perlakuan pencukuran rambut akan lebih tinggi nilai pertambahan bobot badan harian. Domba ekor gemuk dengan perlakuan pencukuran rambut memiliki nilai rataan 160,04 ±11,93 kali lebih tinggi dibandingkan dengan domba ekor gemuk tanpa perlakuan pencukuran rambut 111,32 ± 12,44. Hasil uji-t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan nyata (P>0,05) t hitung = 5,54 > t5% = 2,10. Domba yang dicukur rambut menjadi lebih sehat karena kemungkinan penyakit yang ditimbulkan oleh ekstoparasit (kutu, caplak) akan menurun. Perlakuan pencukuran rambut dapat meningkatkan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) domba ekor gemuk. Domba ekor gemuk dengan perlakuan pencukuran rambut memiliki pertambahan bobot badan harian 160,04 gram dan domba ekor gemuk tanpa perlakuan pencukuran rambut 111,32 gram

    Hubungan Umur Induk Terhadap Litter Size, Dan Tipe Kelahiran Kambing Peranakan Etawah

    No full text
    Penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan umur induk dengan performans produktivitas (litter size dan tipe kelahiran) kambing peranakan etawah di Desa Ampelgading dan Desa Sidomulyo Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 76 ekor kambing peranakan etawah dengan berbagai kelompok umur yang telah melahirkan. Kelompok umur terdiri dari kelompok I umur berkisar antara 1-1,5 tahun atau PI2, Kelompok II umur berkisar 1,5-2 tahun atau PI4, Kelompok III umur berkisar 2-2,5 tahun atau PI6. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Data yang diperoleh merupakan data primer. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menentukan rataan (x̅) dan standar deviasi (sd) serta koefisien keragaman (kk) dan dilanjutkan dengan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan kambing peranakan etawah pada kelompok umur PI2−PI6 memiliki litter size yang berbeda, dengan litter size tertinggi terjadi pada kelompok umur induk 2 yaitu 1,875 ± 0.53 ekor, kemudian kelompok umur induk 3 yaitu 1,857 ± 0.52 ekor, dan terendah kelompok induk 1 sebanyak 1,563 ± 0,63 ekor. Rata-rata persentase total tipe kelahiran adalah 30% tipe kelahiran tunggal, 62% tipe kelahiran kembar, dan 8% tipe kelahiran kembar tiga. Rata-rata total bobot badan anak jantan adalah 20,01 ± 1.973 kg dan rata-rata berat badan anak betina adalah 22,01 ± 2.752 kg. Persentase sex ratio jantan dan betina masing-masing adalah 55% dan 45%. Nilai korelasi antara umur induk dengan tingkat produktivitas pada litter size sebesar 0,501, tipe kelahiran sebesar 0,167. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bertambahnya umur induk betina tidak berpengaruh terhadap tingkat produktivitas induk

    Karakteristik Non Karkas Sapi Potong pada Bangsa Sapi Simpo dan Limpo

    No full text
    Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang mempunyai kontribusi terbesar sebagai penghasil daging, serta untuk pemenuhan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan pangan merupakan salah satu tujuan pemenuhan kebutuhan protein di seluruh negara. Jenis sumber pangan beraneka ragam, namun pangan yang memiliki kandungan protein memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan sumber pangan karbohidrat. Sumber protein dapat diperoleh salah satunya berasal dari daging sapi. Ternak yang sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia yaitu ternak ruminansia besar. Karkas merupakan bagian tubuh hasil pemotongan setelah dikurangi darah, kepala, keempat kaki pada bagian bawah (mulai dari carpus dan tarsus), kulit, saluran pencernaan, usus, urine, jantung, tenggorokan, paru-paru, limpa, hati dan jaringan�jaringan lemak yang melekat pada bagian tubuh, serta ginjal, yang sering dimasukkan sebagai karkas. non karkas adalah salah satu hasil dari proses pemotongan yang bisa dipasarkan serta memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi. Bagian kepala, kulit, kaki, ekor, offal merah yang terdiri dari paru-paru, jantung, limpa, hati dan offal hijau terdiri dari usus dan lambung merupakan bagian non karkas pada sapi potong. Ketersediaan sapi siap potong dan pemenuhan kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dicukupi dari tiga sumber yaitu industri peternakan, peternak rakyat, dan daging impor. Sapi yang banyak diminati di masyarakat untuk dijadikan pemeliharaan program penggemukan diantaranya sapi Simpo dan Limpo. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Potong Hewan kabupaten Bojonegoro pada tanggal 06 Mei 2021 sampai 26 Juli 2021. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Limpo jantan umur I2 2-3 tahun 50 ekor, I3 3-4 tahun 7 ekor dan sapi Simpo umur I2 2-3 tahun 24 ekor, I3 3-4 tahun 19 ekor dengan total sapi yang digunakan 100 ekor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data dikoreksi berdasarkan bangsa, jenis kelamin, umur, dan bobot non karkas (kepala, kulit, kaki, dan ekor). Kemudian dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sapi Simpo dan Limpo pada umur I2 dan I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana proporsi non karkas sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo. Pada proporsi non karkas kepala pada sapi Simpo dan Limpo menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 30,94 ± 2,58 kg dan 24,84 ± 2,21 kg. Proporsi non karkas kepala pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 34,74 ± 1,92 kg dan 28,76 ± 0,74 kg. Pada proporsi non karkas kulit pada sapi Simpo dan Limpo menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 36,79 ± 4,02 kg dan 29,96 ± 2,83 kg. Proporsi non karkas kulit pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 42,48 ± 3,19 kg dan 32,90 ± 1,90 kg. Pada proporsi non karkas kaki pada sapi Simpo dan Limpo menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 13,20 ± 1,53 kg dan 9,39 ± 1,36 kg. Proporsi non karkas kaki pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 15,48 ± 1,22 kg dan 11, 93 ± 0,59 kg. Pada proporsi non karkas ekor pada sapi Simpo dan Limpo menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 6,79 ± 0,75 kg dan 4,69 ± 0,99 kg. Proporsi non karkas ekor pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 7,96 ± 0,64 kg dan 6,11 ± 0,23 kg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan bangsa sapi dan umur ternak dapat mempengaruhi nilai proporsi non karkas. Sapi Simpo dan Limpo umur I2 sapi Simpo memiliki nilai proporsi non karkas yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo, sedangkan pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 sapi Simpo memiliki nilai proporsi non karkas yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan peningkatan bobot hidup sapi Simpo dan Limpo yang akan dipotong sangat diperlukan untuk menghasilkan proporsi non karkas yang baik. Sapi yang memiliki bobot hidup yang tinggi dapat menghasilkan proporsi non karkas yang tinggi

    Percobaan Bobot Badan terhadap Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) pada Domba Ekor Gemuk (DEG) Betina Produktif

    No full text
    Domba Ekor Gemuk (DEG) merupakan ternak ruminansia kecil yang popular di Indonesia karena merupakan salah satu sumber protein hewani sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu ternak penyuplai daging nasional. Domba ekor gemuk adalah domba tipe pedaging yang baik dengan bobot badan dan pertambahan bobot badan cukup besar yaitu pada domba jantan dewasa 40-60 kg, dan betina 25-40 kg. Tingkat keberhasilan usaha domba biasanya diukur dari tingkat produktivitasnya. Produktivitas yang rendah pada ternak domba ekor gemuk dikarenakan banyaknya persilangan yang kurang terkontrol. Solusi dari permasalahan tersebut perlu dilakukan teknologi inseminasi buatan (IB) pada DEG betina dengan persilangan pejantan unggul. Inseminasi buatan pada domba dilakukan dengan alat bantuan berupa spuit yang lebih murah dan efisien. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 April 2022 sampai dengan 17 Juni 2022 yang berlokasi di 10 peternakan rakyat Kecamatan Krejengan, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Mayangan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Materi penelitian dalam penelitian ini adalah 30 ekor domba ekor gemuk (DEG) betina produktif pada masa laktasi 1-4 yang berumur 1-3 tahun dan kemudian dilanjutkan pengelompokan bobot badan lebih dari 30 kg dan kurang dari 30 kg. Metode penelitian yang dilakukan yaitu studi kasus dengan melakukan percobaan lapang secara langsung pada 30 ekor domba yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian vitamin AD3E dan gertak birahi serta inseminasi buatan menggunakan straw domba garut yang didapatkan dari BBIB kota lembang dan dilakukan USG setelah 60 hari inseminasi buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 ekor domba dengan bobot lebih dari 30 kg memperoleh persentase birahi pada 48 jam setelah singkronisasi birahi sebesar 100% dengan persentase kebuntingan 80%, sedangkan 15 ekor domba dengan bobot badan kurang dari 30 kg memperoleh persentase birahi pada 48 jam setelah singkronisasi birahi sebesar 20% dan 72 jam setelah singkronisasi birahi sebesar 26,66% dengan persentase kebuntingan 12,33%. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa domba ekor gemuk betina produktif, dengan bobot badan lebih dari 30 kg, didapatkan tingkat birahi 100% dan kebuntingan 80%, sedangkan domba betina produktif bobot badan kurang dari 30 kg tingkat birahi 26,66% dan kebuntingan sebesar 12,33
    corecore