Karakteristik Non Karkas Sapi Potong pada Bangsa Sapi Simpo dan Limpo

Abstract

Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang mempunyai kontribusi terbesar sebagai penghasil daging, serta untuk pemenuhan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan pangan merupakan salah satu tujuan pemenuhan kebutuhan protein di seluruh negara. Jenis sumber pangan beraneka ragam, namun pangan yang memiliki kandungan protein memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi dibandingkan sumber pangan karbohidrat. Sumber protein dapat diperoleh salah satunya berasal dari daging sapi. Ternak yang sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia yaitu ternak ruminansia besar. Karkas merupakan bagian tubuh hasil pemotongan setelah dikurangi darah, kepala, keempat kaki pada bagian bawah (mulai dari carpus dan tarsus), kulit, saluran pencernaan, usus, urine, jantung, tenggorokan, paru-paru, limpa, hati dan jaringan�jaringan lemak yang melekat pada bagian tubuh, serta ginjal, yang sering dimasukkan sebagai karkas. non karkas adalah salah satu hasil dari proses pemotongan yang bisa dipasarkan serta memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi. Bagian kepala, kulit, kaki, ekor, offal merah yang terdiri dari paru-paru, jantung, limpa, hati dan offal hijau terdiri dari usus dan lambung merupakan bagian non karkas pada sapi potong. Ketersediaan sapi siap potong dan pemenuhan kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dicukupi dari tiga sumber yaitu industri peternakan, peternak rakyat, dan daging impor. Sapi yang banyak diminati di masyarakat untuk dijadikan pemeliharaan program penggemukan diantaranya sapi Simpo dan Limpo. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Potong Hewan kabupaten Bojonegoro pada tanggal 06 Mei 2021 sampai 26 Juli 2021. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Limpo jantan umur I2 2-3 tahun 50 ekor, I3 3-4 tahun 7 ekor dan sapi Simpo umur I2 2-3 tahun 24 ekor, I3 3-4 tahun 19 ekor dengan total sapi yang digunakan 100 ekor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data dikoreksi berdasarkan bangsa, jenis kelamin, umur, dan bobot non karkas (kepala, kulit, kaki, dan ekor). Kemudian dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sapi Simpo dan Limpo pada umur I2 dan I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana proporsi non karkas sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo. Pada proporsi non karkas kepala pada sapi Simpo dan Limpo menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 30,94 ± 2,58 kg dan 24,84 ± 2,21 kg. Proporsi non karkas kepala pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 34,74 ± 1,92 kg dan 28,76 ± 0,74 kg. Pada proporsi non karkas kulit pada sapi Simpo dan Limpo menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 36,79 ± 4,02 kg dan 29,96 ± 2,83 kg. Proporsi non karkas kulit pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 42,48 ± 3,19 kg dan 32,90 ± 1,90 kg. Pada proporsi non karkas kaki pada sapi Simpo dan Limpo menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 13,20 ± 1,53 kg dan 9,39 ± 1,36 kg. Proporsi non karkas kaki pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 15,48 ± 1,22 kg dan 11, 93 ± 0,59 kg. Pada proporsi non karkas ekor pada sapi Simpo dan Limpo menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I2 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo yaitu 6,79 ± 0,75 kg dan 4,69 ± 0,99 kg. Proporsi non karkas ekor pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dimana umur I3 sapi Simpo memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo I3 yaitu 7,96 ± 0,64 kg dan 6,11 ± 0,23 kg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan bangsa sapi dan umur ternak dapat mempengaruhi nilai proporsi non karkas. Sapi Simpo dan Limpo umur I2 sapi Simpo memiliki nilai proporsi non karkas yang lebih tinggi dibandingkan sapi Limpo, sedangkan pada sapi Simpo dan Limpo umur I3 sapi Simpo memiliki nilai proporsi non karkas yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan peningkatan bobot hidup sapi Simpo dan Limpo yang akan dipotong sangat diperlukan untuk menghasilkan proporsi non karkas yang baik. Sapi yang memiliki bobot hidup yang tinggi dapat menghasilkan proporsi non karkas yang tinggi

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions