11 research outputs found

    Effectiveness of Nano Chitosan and Nano Silica to Suppress the Growth of Fusarium oxysporum, the Cause of Twisting Disease on Shallot

    Get PDF
    Penyakit moler karena cendawan Fusarium oxysporum f. sp. cepae merupakan penyakit utama pada bawang merah. Alternatif pengendalian yang ramah lingkungan ialah penggunaan kitosan dan silika berukuran nano. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan kitosan nano dan silika nano secara tunggal maupun campurannya untuk menekan perkembangan F. oxysporum secara in vitro dan in vivo, serta menentukan konsentrasi yang efektif. Uji in vitro disusun dalam rancangan acak lengkap pada medium uji ADK, sedangkan uji in vivo dilakukan pada bawang merah yang ditanam pada pot plastik yang disusun menggunakan rancangan acak kelompok.  Perlakuan yang diuji ialah kitosan nano tunggal (50, 100, dan 200 ppm), silika nano tunggal (50, 100, dan 200 ppm), campuran kitosan nano 50 ppm + silika nano 50 ppm, campuran kitosan nano 100 ppm + silika nano 100 ppm, kontrol, dan fungisida berbahan aktif mankozeb 80% dengan konsentrasi 200 ppm, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil percobaan didapatkan bahwa dibandingkan dengan kontrol, semua perlakuan mampu menekan pertumbuhan koloni F. oxysporum dan menekan perkembangan penyakit moler pada tanaman bawang merah. Aplikasi kitosan nano tunggal konsentrasi 100 ppm, dan campuran kitosan nano 100 ppm + silika nano 100 ppm menghasilkan penghambatan koloni F. oxysporum tertinggi, yaitu sebesar 85.2% dan 81.3%, serupa dengan aplikasi fungisida mankozeb  (83.5%).  Campuran kitosan nano 100 ppm dan silika nano 100 ppm efektif menekan perkembangan penyakit moler bawang merah dengan penekanan sebesar 56.3%, setara dengan fungisida mankozeb yang penekanannya 50.5%

    The Effect of Methyl Eugenol Block Plus on Bactrocera dorsalis Complex Total Captured in Chili Plantation

    Get PDF
    Fruit flies (Bactrocera spp.) are an important pest for horticultural crops, especially fruits and vegetables. One of the most effective and eco-friendly methods to control male and female fruit flies is by usingtraps that use Methyl Eugenol (ME) block plus fruit essence as an attractant. The purposes of this research were to acquire the most effective formulation of ME Block plus fruit essence to catch the most male and female fruit flies on the chili plantation and to detremine the increase in total of fruit flies caught. This research started from December 2017 to January 2018 at Cibeureum Village, Sukamantri District, Ciamis Regency, West Java Province. The research was conducted using a randomized block design consisting of 8 treatments and 3 repetitions. The treatments consisted of adding fruit essence to the ME block: 2 ml of ME on cotton; 2 ml of ME block; 2 ml of ME block + 4 ml of mango essence; 2 ml of ME block + 4 ml of orange essence; 2 ml of ME block + 4 ml of guava essence; 2 ml of ME block + 4 ml of star fruit essence; 2 ml of ME block + 4 ml of chili essence; Antilat (Organic pesticide) as a comparison. The results showed that ME block plus fruit essence has increased the total of male fruit flies caught, but it did not attract female fruit flies. The best combinations with the highest average of male fruit flies caught were ME block plus orange essence with 750.67/5 week, followed by ME block plus chili essence with 746.00/5 wee

    Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin Bakteri, pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

    Get PDF
    ABSTRACT Inoculation Techniques of Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, the Cause of Bacterial Ring Rot Disease, on Potato (Solanum tuberosum L.). Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, the cause of bacterial ring rot disease on potatoes, has been detected in potato fields in Pangalengan. To anticipate the spread of the pathogen, researches on the desease epidemiology are urgent to be carried out. Artificial inoculation techniques will be useful in the epidemiological studies. The objective of this reasearch was to evaluate some inoculation techniques, which are simple, cheap and fast in causing disease symptoms. The experiment was carried out at the laboratory and glasshouse of Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang. The experiment was arranged in the randomized block design with five treatments of inoculation technique and five replications. The treatments were (a) soaking wounded seed tubers in pathogen suspension, (b) soaking not wounded seed tubers in pathogen suspension, (c) pathogen suspension was injected into leaf axil, (d) pathogen suspension was injected into seed tubers, and (e) pathogen suspension was poured into the planting holes. The results showed that stabbing and soaking tubers in pathogen suspension caused the shortest incubation period (17 days after inoculation) and the highest disease incidence (60%). Keywords : Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, Bacterial ring rot, Potatoes, Inoculation techniquesABSTRAKClavibacter michiganensis subsp. sepedonicus (Cms), penyebab penyakit busuk cincin bakteri pada tanaman kentang, telah terdeteksi keberadaannya pada pertanaman kentang di Pangalengan. Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit busuk cincin bakteri di Indonesia, perlu adanya studi epidemiologi patogen tersebut. Pada penelitian epidemiologi akan diperlukan cara menginokulasi tanaman secara buatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik inokulasi buatan yang dapat menyebabkan periode inkubasi yang lebih singkat dan persentase kejadian penyakit busuk cincin bakteri paling tinggi pada tanaman kentang. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium penyakit Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang. Percobaan dirancang secara rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan teknik inokulasi Cms dan lima ulangan, yaitu inokulasi dengan (a) merendam ubi benih yang telah dilukai dalam suspensi bakteri, (b) merendam ubi benih tanpa dilukai dalam suspensi bakteri, (c) suspensi bakteri ditusukkan pada ketiak daun tanaman kentang, (d) suspensi bakteri ditusukkan pada ubi benih, dan (e) suspensi bakteri disiramkan pada lubang tanam. Masing-masing ulangan terdiri dari lima tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima teknik inokulasi buatan yang dilakukan, inokulasi dengan melukai ubi benih dan merendamnya dalam suspensi patogen menghasilkanJurnal Agrikultura 2016, 27 (2): 66-71ISSN 0853-2885Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter….67periode inkubasi tersingkat, yaitu 17 hari setelah inokulasi, dan persentase kejadian penyakit tertinggi yaitu sebesar 60%.Kata Kunci : Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus, Busuk cincin bakteri, Kentang, Inokulasi buata

    Keragaman Predator dan Parasitoid Serangga Hama Tanaman Ciplukan (Physalis peruviana L.) Fase Generatif di Desa Kadakajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang

    Get PDF
    Ciplukan merupakan tanaman dari daerah subtropis yang mulai dibudidayakan di Indonesia karena memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan. Kendala dalam budidaya ciplukan yaitu adanya gangguan serangga hama. Predator dan parasitoid merupakan komponen biotik penting dalam pengendalian serangga hama ciplukan secara alami di lapangan, oleh karena itu informasi keberadaan dan keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman ciplukan perlu diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk memelajari keragaman arthropoda predator dan parasitoid serangga hama pada lahan ciplukan (Physalis peruviana L.) di Desa Kadakajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan yellow sticky trap dan pitfall trap sebanyak enam kali dalam kurun waktu dua bulan. Saat pengambilan sampel, tanaman ciplukan berada pada fase generatif, yaitu sudah berbuah dan sudah beberapa kali dipanen. Pengambilan sampel dilakukan pada lahan berukuran 30 x 10 meter pada ketinggian 1013 meter di atas permukaan laut. Arthropoda yang tertangkap selama sampling terdiri dari 13 ordo dan 70 famili yang dapat berperan sebagai predator, parasitoid, dan netral, dengan jumlah individu sebanyak 7131. Berdasarkan data tersebut, diperoleh Indeks Keragaman yang termasuk kategori sedang, Indeks Kemerataan tinggi (>0,6) dan tidak ada arthropoda yang mendominasi dengan hasil Indeks Dominansi <1, yang berarti tidak ada populasi arthropoda dalam satu famili yang mendominasi di lokasi survey. Hasil perhitungan indeks keragaman, kemerataan, dan dominansi ini menunjukkan kondisi lingkungan yang stabil. Beberapa predator dan parasitoid yang banyak ditemukan berasal dari ordo Diptera, Hymenoptera, Coleoptera, dan Hemiptera. Selain arhtropoda yang berperan sebagai predator dan parasitoid, ditemukan pula arthropoda yang berperan sebagai polinator, dekomposer, dan makanan alternatif bagi predator, yaitu dari ordo Entomobryomorpha, Poduromorpha, Coleoptera, Diptera, dan Isopoda

    Pengaruh Induksi Resistensi oleh Khamir Candida tropicalis terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Terinfeksi Colletotrichum acutatum

    Get PDF
    ABSTRACTEffect of induced resistance by Candida tropicalis on the growth of chili plants infected by Colletotrichum acutatumColletotrichum acutatum is a major pathogen of chili that causes a big yield loss. Candida tropicalis has been reported as a biocontrol agent antagonistic to C. acutatum. The research was objected tofind out the effect of induced resistance by C. tropicalis on the growth of chili plants infected by C. acutatum. The application of the yeast was carried out by seed dipping and seedling spraying methods. As treatments, C. acutatum, the pathogen was inoculated at different time, i.e. A = inoculation at 3 days after the induction (dai) by C. tropicalis, B = inoculation at 7 dai, C = inoculation at 10 dai, D = positive control on inoculation at 3 dai, E = positive control on inoculation at 7 dai, F = positive control on inoculation at 10 dai, G = negative control with no induction nor inoculation. The results showed that the induction by C. tropicalis was able to increase the plant height, leaf number, and dry weight. The highest increase of plant height of 30.72% was caused by induction of C. tropicalis inoculated at 7 dai. Induction of C. tropicalis inoculated at 3 dai increased the leaf number by 49.47%, and the plant dry weight by 50%. C. tropicalis has a potency to be developed as plant growth inducer.Keywords: Antagonist, Inoculation, Fungi, YeastABSTRAKJamur Colletotrichum acutatum merupakan patogen penyebab kehilangan hasil panen yang cukup besar pada tanaman cabai. Salah satu mikrob antagonis jamur ini yang telah dilaporkan adalah khamir Candida tropicalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh induksi resistensioleh C. tropicalis terhadap pertumbuhan tanaman cabai terinfeksi C. acutatum. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan teknik perendaman benih dan penyiraman bibit tanaman cabaimenggunakan suspensi C. tropicalis dengan waktu inokulasi patogen C. acutatum yang berbeda. Perlakuan tersebut adalah A = Inokulasi C. acutatum 3 hari setelah perlakuan induksi C. tropicalis (hsp), B = Inokulasi C. acutatum 7 hsp, C = Inokulasi C. acutatum 10 hsp, D = Kontrol (+) dengan inokulasi C. acutatum 3 hsp, E = Kontrol (+) dengan inokulasi C. acutatum 7 hsp, F = Kontrol (+) dengan inokulasi C. acutatum 10 hsp, G = Kontrol (-) tanpa induksi dan inokulasi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perlakuan induksi resistensi oleh khamir C. tropicalis mampu meningkatkan tinggi, jumlah daun, dan bobot kering tanaman cabai. Kemampuan meningkatkan tinggi tanamancabai tertinggi terjadi pada perlakuan C. tropicalis dengan waktu inokulasi 7 hsp yaitu sebesar 30,72%. Perlakuan khamir C. tropicalis dengan inokulasi patogen 3 hsp mampu meningkatkan jumlah daun tanaman cabai sebesar 49,47%. Perlakuan C. tropicalis dengan waktu inokulasi 3 hsp mampu meningkatkan bobot kering tanaman sebesar 50%. Khamir C. tropicalis berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens pemacu pertumbuhan tanaman.Kata Kunci: Antagonis, Inokulasi, Jamur, Patoge

    Induksi Resistensi dengan Rhodotorula minuta untuk Mengendalikan Antraknosa (Colletotrichum acutatum J. H. Simmonds) Pada Tanaman Cabai

    Get PDF
    Antraknosa merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman cabai yang menyebabkan kerugian cukup besar. Penggunaan khamir sebagai agens penginduksi resistensi tanaman cabai merupakan salah satu alternatif ramah lingkungan untuk pengendalian penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan khamir R. minuta dalam menginduksi resistensi tanaman cabai untuk mengendalikan penyakit antraknosa cabai. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Proteksi Tanaman dan Rumah Kaca Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran di Jatinangor serta Laboratorium Biorin, PAU, Instititut Pertanian Bogor.  Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 9 perlakuan dan 5 ulangan. Pengaruh induksi resistensi diuji dengan perbedaan waktu inokulasi C. acutatum yaitu 3, 5, 7, dan 10 hari setelah perlakuan induksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khamir R. minuta memiliki kemampuan menginduksi resistensi tanaman cabai terhadap antraknosa. Luas gejala antraknosa terkecil terjadi pada perlakuan induksi R. minuta dengan waktu inokulasi 7 hari setelah perlakuan yaitu sebesar 0,1125 cm2. Perlakuan R. minuta dengan waktu inokulasi 7 hari setelah perlakuan merupakan respon induksi terbaik dengan tingkat penekanan antraknosa sebesar 47,33%, serta meningkatkan aktivitas enzim peroksidase 1,7 kali yaitu sebesar 0,748 ∆A₄₂₀/menit.μg protein

    Bacillus subtilis dan Lysinibacillus sp. (CK U3) dalam Serat Karbon dan Silika Nano Menekan Pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici dan Perkembangan Penyakit Hawar Kecambah Tomat

    Get PDF
    Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici (Fol) merupakan patogen yang dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman tomat, mulai dari semai sampai fase generatif. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan patogen ini yaitu dengan memanfaatkan agen pengendali hayati, diantaranya Bacillus subtilis dari kelompok Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan bakteri endofit Lysinibacillus sp. Kedua bakteri diformulasikan dalam serat karbon sebagai bahan pembawa dan diperkaya dengan unsur hara silika yang berukuran nano. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan B. subtilis dan Lysinibacillus sp. (CK U3) dalam serat karbon dan silika nano untuk menghambat pertumbuhan koloni Fol dan menekan perkembangan penyakit yang disebabkan oleh Fol pada benih tomat. Suspensi B. subtilis dan Lysinibacillus sp. (CK U3) diformulasikan secara tunggal dan campuran dalam serat karbon 80 mesh dan silika nano 1%. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengujian terhadap penghambatan pertumbuhan koloni Fol yang terdiri atas delapan perlakuan dan tiga ulangan. Kedua, pengujian terhadap penekanan perkembangan penyakit yang disebabkan oleh Fol pada benih tomat yang terdiri atas delapan perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan B. subtilis dalam serat karbon dan silika nano mampu menghambat pertumbuhan koloni Fol sebesar 59,49% dan menekan perkembangan penyakit hawar kecambah benih tomat sebesar 66,7%

    Kemampuan Bakteri Endofit Akar dan Ubi Kentang untuk Menekan Penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora pv. carotovora) pada Ubi

    Get PDF
    ABSTRACTThe abilities of endophytic bacteria from potato roots and tubers to suppress soft rot disease (Erwinia carotovora pv. carotovora) in potato tuberSoft rot disease caused by Erwinia carotovora pv. carotovora is one of limiting factors in cultivation and post harvest of potato. The eco-friendly control measure that can be developed for controlling the diseases is biological control. Microbes that are potential as biological control agents include endophytic bacteria. This paper discussed the results of study examining the potential of endophytic bacteria isolated from roots and tubers of potato to inhibit the growth of E. carotovora pv. carotovora in vitro and suppress soft rot disease in potato tuber. The results showed that among 24 isolates examined, four isolates of endophytic bacteria (one isolate from potato tuber and three isolates from potato roots) inhibited the growth of E. carotovora pv. carotovora in vitro with inhibition zone 3.5-6.8 mm. In the in vivo test, the isolates inhibited the soft rot disease in potato tuber by 71.5-86.4%. The isolate that tended to show relatively better inhibition in vitro and in vivo was isolate from potato tuber which is CK U3 (Lysinibacillus sp.)Keywords: Biological control, Endophytic bacteria, Post-harvest, Potato, Soft rot diseaseABSTRAKPenyakit busuk lunak yang disebabkan bakteri Erwinia carotovora pv. carotovora, merupakan salah satu kendala dalam budidaya dan pascapanen kentang. Cara pengendalian ramah lingkungan yang dapat dikembangkan untuk menekan penyakit tersebut adalah pengendalian biologi. Kelompok mikroba yang berpotensi sebagi agens pengendali biologi adalah bakteri endofit. Artikel ini mendiskusikan potensi isolat bakteri endofit yang berasal dari ubi dan akar kentang untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. carotovora pv. carotovora secara in vitro dan menekan perkembangan penyakit busuk lunak pada ubi kentang. Hasil percobaan menunjukkan bahwa diantara 24 isolat bakteri yang diuji, terdapat empat isolat bakteri endofit (satu isolat dari ubi kentang dan tiga isolat dari akar kentang) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. carotovora pv. carotovora secara in vitro dengan zona penghambatan sebesar 3,5-6,8 mm. Pada pengujian secara in vivo, isolat-isolat tersebut dapat menekan perkembangan penyakit busuk lunak pada ubi kentang sebesar 71,5-86,4%. Isolat yang cenderung menunjukkan penghambatan relatif lebih baik secara in vitro dan in vivo adalah isolat bakteri endofit asal ubi kentang yaitu isolat CK U3 (Lysinibacillus sp.).Kata Kunci: Pengendalian biologi, Bakteri endofit, Pascapanen, Kentang, Penyakit busuk basa

    Kemampuan Bacillus subtilis dan Trichoderma harzianum dalam Campuran Serat Karbon dan Silika Nano untuk Meningkatkan Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia oryzae)

    Get PDF
    Penyakit blas yang disebabkan Pyricularia oryzae merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi di Indonesia.  Pengendalian yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit blas ialah menggunakan agens biokontrol. Dalam penelitian ini bakteri Bacillus subtilis dan jamur Trichoderma harzianum diformulasikan dengan bahan pembawa berupa serat karbon dan diperkaya dengan unsur hara mikro berupa silika dalam ukuran nano. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemampuan B. subtilis dan T. harzianum yang diaplikasikan secara tunggal maupun kombinasi, dengan dan tanpa campuran serat karbon dan silika nano, dalam meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit blas. Pengujian pada tanaman padi dilakukan dengan merendam benih dan akar semai padi dalam delapan perlakuan formulasi. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi B. subtilis dan T. harzianum, baik secara tunggal maupun kombinasi, mampu meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit blas dengan penghambatan penyakit berkisar antara 15,64% - 21,59%. Selain itu, aplikasi tunggal maupun kombinasi B. subtilis dan T. harzianum yang diformulasikan dengan serat karbon dan silika nano mampu meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap penyakit blas, dengan penghambatan penyakit berkisar antara 18,75% - 25,12%

    Populasi Hama Wereng Batang Coklat (Nilaparvata Lugens Stal.) Dan Keragaman Serangga Predatornya Pada Padi Sawah Lahan Dataran Tinggi Di Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung

    Get PDF
    ABSTRACTPopulation of Brown Plant Hopper (Nilaparvata lugens Stal.) and the Diversity of Its Natural Enemyin Highland Paddy Rice Field in the Village of Panyocokan, Ciwidey District, Bandung RegencyBrown lanthopper/BPH (Nilaparvata lugens Stal.) is a main pest of rice in the field. This researchwas aimed to study the population of BPH and the diversity of its natural enemy in highland paddyrice field. The survey was conducted in three paddy plots (15 m x 20 m) located in the village ofPanyocokan, Ciwidey District, Bandung Regency, West Java. The experiment was conducted in thegreenhouse of the Department of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, UniversitasPadjadjaran. The samples of insects were collected systematically using yellow trap and net trap,and visually observed in each rice cluster. The number of BPH were recorded and accumulatedeach week. Fecundity, life cycle, and sex ratio of the new generation of BPH were observed in 3replications by using 1 pair of WBC on each replication. The result showed that the population ofBPH in the highland was below 10, which means that BPH population was still below theeconomic threshold and control threshold. Temperature, humidity, and rainfall did notsignificantly affect the BPH population. This was indicated by the regression analysis of eachtemperature (Y = 0.557-8.167x; R2 = 0.039; P = 0.465), humidity (Y = -0.077+ 9.112x; R2 = 0.045; P =0.428), and rainfall (Y = -0.118 + 3.412x; R2 = 0.136; P = 0.159). Natural enemy diversity indextended to fluctuate widely from low to moderate. In the temperature range from 21.1°C to 34.8°C,BPH could produce 127-207 new generation during its lifetime. BPH needed an average of 37.66days to produce a new generation. The ratio of male to female was 1.06 : 1.Keywords: population, brown planthopper, diversity, predator, highland paddy rice field, Ciwidey,BandungABSTRAKHama wereng batang cklat/WBC (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama utama tanaman padi.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari populasi WBC dan keragaman musuh alaminya padatanaman padi sawah di dataran tinggi. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan eksperimen.Survei dilakukan pada 3 petak lahan percobaan berukuran 15 mx 20 m bertempat di DesaPanyocokan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung dan eksperimen dilakukan di rumah kacaDepartemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Metodepengambilan sampel dilakukan secara diagonal sistematis. Populasi WBC ditentukan denganmenggunakan perangkap kuning dan perangkap jaring dan dengan pengamatan langsung padarumpun padi. Eksperimen dilakukan dengan meletakkan sepasang WBC dalam wadah, lalu diamatikeperidian, siklus hidup, dan sex ratio keturunannya. WBC yang tertangkap dihitung jumlahnyadan diakumulasikan setiap minggunya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan populasi dilahan survey di bawah 10 ekor/rumpun yang artinya populasi WBC masih di bawah ambangekonomi atau ambang kendali. Suhu, kelembaban, dan curah hujan tidak memberikan pengaruhyang signifikan terhadap populasi WBC. Hal tersebut ditunjukkan dengan analisis regresi masingmasingpada suhu (Y= 0,557 – 8,167x; R2 = 0,039; P= 0,465), kelembaban (Y = -0,077 + 9,112x; R2 =0,045; P = 0,428), dan curah hujan (Y = -0,118 + 3,412x; R2 = 0,136; P = 0,159). Indeks keragamanmusuh alami cenderung mengalami fluktuasi dari rendah sampai sedang. Pada kisaran suhu 21,1oC–34,8oC, hasil pengamatan keperidian menunjukkan WBC dapat menghasilkan 127-207 individubaru selama masa hidupnya. Pada pengamatan siklus hidup, WBC memerlukan rata-rata 37,66 harisampai menghasilkan generasi baru. Pengamatan sex ratio menunjukkan perbandingan (jantan :betina) 1,06 :1.Kata kunci: populasi, wereng batang coklat, keragaman, predator, sawah, dataran tinggi, Ciwidey,Bandun
    corecore