107 research outputs found

    Kajian Geoekologi Daerah Kepesisiran Lombok Barat Untuk Pengembangan Wisata Pantai

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi dan mengklasifikasi satuan geoekologi daerah kepesisiran don memetakan satuan-satuan geoekologi daerah kepesisiran di daerah Lombok Barat(2) mengetahui karakteristik satuan geoekologi daerah kepesisiran daerah Lombok Baratdan (3) mengetahui tipe geoekologi dan fungsi masing-masing ripe geoekologi daerah kepesisiran di daerah Lombok Barat untuk menentukan alternatif pengembangan dan pengelolaan kawasan kepesisiran. Metode penelitian menggunakan metode survei dengan penentuan sampel secara purposif Satuan analisis yang digunakan adalah satuan geoekologi yang dinilai potensi dan kendala masing-masing untuk dikembangkan kegiatan wisata tertentu. Penilaian potensi menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) untuk menentukan klasifikasi tipe geoekologi flap lokasi. Klasifikasi tipe geoekologi untuk satuan geoekologi dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe geoekologi A, B, dan C, dengan ripe geoekologi A merniliki peluang jenis kegiatan wisata 6 inacam, tipe B jenis kegiatan wisata 4 s.d. 5 macam, dan tipe Cjenis kegiatan wisata 3 macam. Basil penelitian menunjukkan balrwa untuk kawasan kepesisiran Lombok Barat terdiri atas 7 satuan geoekologi, yaitu satuan geoekologi lepas pantai, gisik, dataran aluvial pantai, dataran aluvial, lembah antar bukit, lerengkaki perbukitan, dan perbukitan denudasional. Berdasarkan identifikasi terhadap 18 titik pengamatan, tipe geoekologi A merupakan tipe geoekologi yang dominan (10 lokasi), diikuti oleh tipe C (6 lokasi), dan tipe B (2 lokasi). Kondisi fisik di kawasan kepesisiran Lombok Barat sangat menunjang untuk pengembangan wisata. Upaya pemantauan dan pengendalian perlu dilakukan pada,lokasi dengan tipe geoekologi A. Lokasi yang potensial tetapi belum berkembang perlu dikembangkan dengan meningkatkan sarana pendukung yang memadai. Key Word: Geoekologi,Wisata Panta

    Perkiraan Laju Erosi Abu Volkanik Hasil Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 Di Sub-das Opak YOGYAKARTA

    Full text link
    Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menghasilkan material piroklastik salah satunya abu volkanik. abu volkanik merupakan material yang mudah tererosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju erosi abu volkanik menggunakan rainfall simulator dan USLE dengan kemiringan lereng yang berbeda dan mengetahui korelasi laju erosi dengan kemiringan lereng. Pengujian laju erosi dengan rainfall simulator menggunakan intenstas hujan 30 mm/jam dan kemiringan lereng 10. 20 dan 30 derajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan lereng, laju erosi abu volkanik juga semakin besar. Laju erosi abu volkanik yang dihasilkan USLE jika dibandingkan dengan rainfall simulator karena beberapa kelemahan USLE yang mengakibatkan over estimate dan tidak semua parameter USLE digunakan pada rainfall simulator. Hasil perhitungan laju erosi abu volkanik di SubDAS Opak menggunakan USLE adalah 309,83 ton/ha/tahun. Berdasarkan klasifikasi bahaya erosi, laju erosi tersebut termasuk dalam klasifikasi tinggi

    Impact of land use changes on the tsunami hazards in part of coastal Kebumen

    Get PDF
    This research was conducted to analyze land use change from 2016 to 2022 and their impact on the tsunami hazard zone on the coast of Kebumen Regency. For land use change analysis, remote sensing, geographic information systems (GIS), and statistical tests were applied to Sentinel-2A satellite imagery. The tsunami hazard was simulated using tsunami inundation modeling based on land use spatial data and DEMNAS processed using GIS. Land use changes occurred significantly in the study area, especially in Mirit District. The Southern Cross Road (JJLS) and coastal morphological conditions influence land use change patterns. Land use changes impact changes in the tsunami hazard zone, especially in the use of fir forests and shrimp ponds. The research findings can be used as input for developing a tsunami disaster mitigation plan and detailed spatial planning on the coast of Kebumen Regency

    Analisis Kerusakan Terumbu Karang Akibat Sampah di Pulau Panggang, Kabupaten Kepulauan Seribu

    Full text link
    Terumbu karang merupakan potensi pariwisata bagi pulau kecil namun menjadi terancam karena keberadaan sampah khususnya di Pulau Panggang. Tujuan diadakan penelitian untuk mengetahui sebaran terumbu karang dan sampah serta mengetahui pengaruh sampah pada terumbu karang dan tingkat kerusakannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey terumbu karang dan pengukuran sampah. Survey terumbu karang menggunakan metode Line Intercept Transect. Pengukuran sampah dilakukan dengan pengukuran luasan sampah yang berada di pinggir pantai. Hasil berupa peta keberadaan sampah dan keadaan terumbu karang memperlihatkan lebih jelas adanya pengaruh dan kesinambungan pengaruh sampah pada terumbu karang dari sisi keruangan. Pengaruh sampah pada terumbu karang terlihat jelas pada wilayah timur laut. Jumlah luasan sampah pada wilayah Timur Laut mencapai 437 m². Luasan sampah wilayah ini merupakan luasan sampah tertinggi dibanding wilayah lainnya. Hasil persentase terumbu karang mati tertinggi pun juga di wilayah Timur Laut yaitu mencapai 71,9%. Aktivitas manusia yang sangat rendah serta tidak terdapatnya biota yang dapat mematikan terumbu karang menjadikan faktor lain yang dapat mematikan terumbu karang semakin sedikit. Wilayah ini dapat meyakinkan bahwa keberadaan sampah mempengaruhi terumbu karang

    Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Bangunan Tempat Tinggal di Kecamatan Playen Daerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kesesuaian lahan untuk bangunan tempat tinggal (2) mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di Kecamatan Playen; dan (3) menyusun arahan lokasi yang sesuai untuk bangunan tempat tinggal bedasarkan kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di Kecamatan Playen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah satuan lahan dengan menggunakan metode area sampeling dan matching dengan mempertimbangkan faktor yang pemberat sebagai penentu kelas kesesuaian lahan. Hasil dari klasifikasi kesesuaian lahan menunjukan bahwa 104,49 km² atau 100% luas wilayah kajian adalah kelas kesesuaian tidak sesuai. Evaluasi kesesuaian lahan untuk bangunan tempat menunjukan bahwa setengah dari luas daerah kajian masuk dalam kelas tidak sesuai dengan faktor pembatas potensi kembangkerut dan besar butir. Arahan lokasi pengembangan bangunan tempat tinggal di arahkan berdasarkan pertimbangan perbaikan pada lahan dengan tanpa ada faktor pembatas berupa kemiringan lereng

    ANALISIS KERUSAKAN TERUMBU KARANG AKIBAT SAMPAH DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU

    Get PDF
    Terumbu karang merupakan potensi pariwisata bagi pulau kecil namun menjadi terancam karena keberadaan sampah khususnya di Pulau Panggang. Tujuan diadakan penelitian untuk mengetahui sebaran terumbu karang dan sampah serta mengetahui pengaruh sampah pada terumbu karang dan tingkat kerusakannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey terumbu karang dan pengukuran sampah. Survey terumbu karang menggunakan metode Line Intercept Transect. Pengukuran sampah dilakukan dengan pengukuran luasan sampah yang berada di pinggir pantai. Hasil berupa peta keberadaan sampah dan keadaan terumbu karang memperlihatkan lebih jelas adanya pengaruh dan kesinambungan pengaruh sampah pada terumbu karang dari sisi keruangan. Pengaruh sampah pada terumbu karang terlihat jelas pada wilayah timur laut. Jumlah luasan sampah pada wilayah Timur Laut mencapai 437 m². Luasan sampah wilayah ini merupakan luasan sampah tertinggi dibanding wilayah lainnya. Hasil persentase terumbu karang mati tertinggi pun juga di wilayah Timur Laut yaitu mencapai 71,9%. Aktivitas manusia yang sangat rendah serta tidak terdapatnya biota yang dapat mematikan terumbu karang menjadikan faktor lain yang dapat mematikan terumbu karang semakin sedikit. Wilayah ini dapat meyakinkan bahwa keberadaan sampah mempengaruhi terumbu karang

    PERKIRAAN LAJU EROSI ABU VOLKANIK HASIL ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB-DAS OPAK YOGYAKARTA

    Get PDF
    Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menghasilkan material piroklastik salah satunya abu volkanik. abu volkanik merupakan material yang mudah tererosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju erosi abu volkanik menggunakan rainfall simulator dan USLE dengan kemiringan lereng yang berbeda dan mengetahui korelasi laju erosi dengan kemiringan lereng. Pengujian laju erosi dengan rainfall simulator menggunakan intenstas hujan 30 mm/jam dan kemiringan lereng 10. 20 dan 30 derajat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan lereng, laju erosi abu volkanik juga semakin besar. Laju erosi abu volkanik yang dihasilkan USLE jika dibandingkan dengan rainfall simulator karena beberapa kelemahan USLE yang mengakibatkan over estimate dan tidak semua parameter USLE digunakan pada rainfall simulator. Hasil perhitungan laju erosi abu volkanik di SubDAS Opak menggunakan USLE adalah 309,83 ton/ha/tahun. Berdasarkan klasifikasi bahaya erosi, laju erosi tersebut termasuk dalam klasifikasi tinggi.Kata kunci: erosi, abu volkanik, rainfall simulator, kemiringan leren

    EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BANGUNAN TEMPAT TINGGAL DI KECAMATAN PLAYEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kesesuaian lahan untuk bangunan tempat tinggal (2) mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di Kecamatan Playen; dan (3) menyusun arahan lokasi yang sesuai untuk bangunan tempat tinggal bedasarkan kesesuaian lahan untuk tempat tinggal di Kecamatan Playen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah satuan lahan dengan menggunakan metode area sampeling dan matching dengan mempertimbangkan faktor yang pemberat sebagai penentu kelas kesesuaian lahan. Hasil dari klasifikasi kesesuaian lahan menunjukan bahwa 104,49 km² atau 100% luas wilayah kajian adalah kelas kesesuaian tidak sesuai. Evaluasi kesesuaian lahan untuk bangunan tempat menunjukan bahwa setengah dari luas daerah kajian masuk dalam kelas tidak sesuai dengan faktor pembatas potensi kembangkerut dan besar butir. Arahan lokasi pengembangan bangunan tempat tinggal di arahkan berdasarkan pertimbangan perbaikan pada lahan dengan tanpa ada faktor pembatas berupa kemiringan lereng

    Ketersediaan Lahan yang Sesuai untuk Pengembangan Permukiman di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

    Full text link
    Pengembangan permukiman di suatu wilayah dapat didasarkan pada berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor kondisi fisik wilayah. Kecamatan Pacitan memiliki kondisi fisik yang beragam, sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan wilayahnya. Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu; 1) memperkirakan kebutuhan lahan untuk permukiman pada tahun 2034, 2) memperkirakan ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan permukiman, dan 3) menganalisis alokasi lahan untuk pengembangan permukiman tahun 2034. Metode yang digunakan yaitu proyeksi jumlah kepala keluarga (KK) dan evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman. Proyeksi jumlah KK menggunakan rumus proyeksi geometri. Evaluasi kesesuaian lahan permukiman menggunakan teknik matching, khusunya weight factor matching (WFM). Parameter yang digunakan merupakan parameter fisik wilayah. Hasil yang didapatkan dari penelitian yaitu sebagai berikut; 1) luas kebutuhan permukiman untuk tahun 2034 yaitu 123,80 ha, 2) luas ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan permukiman yaitu 1.342,94 ha, dan 3) rencana pengembangan lahan permukiman akan cenderung mengarah ke arah selata
    • …
    corecore