6 research outputs found

    AKTIVITAS ANTIDIABETES BEBERAPA FRAKSI DAUN MIMBA (Azadirachta indica) SECARA IN VITRO BERDASARKAN PENGHAMBATAN ENZIM α-AMILASE

    Get PDF
    Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin dengan baik. Salah satu tanaman herbal yang dapat menurunan kadar glukosa dalam darah adalah tanaman mimba (Azadirachta indica). Daun mimba telah diketahui memiliki senyawa flavonoid yang sangat berpotensi dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antidiabetes dari fraksi daun mimba (Azadirachta indica) dengan variasi pelarut berbeda dalam menghambat enzim α-amilase. Daun mimba diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan metanol kemudian dipartisi cair-cair dengan pelarut n-heksan etil asetat dan metanol. Fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol daun mimba yang diperoleh dilakukan skrining fitokimia dan uji in vitro terhadap enzim α-amilase menggunakan substrat pati beras dan reagen dinitrosalisilat (DNS). Penghambatan enzim α-amilase dilakukan dengan variasi konsentrasi sampel yaitu 200; 400; 600; 800 dan 1000 ppm. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menghitung nilai % inhibisi dan IC50. Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan senyawa alkaloid dan terpenoid pada fraksi n-heksan; flavonoid dan tanin pada fraksi etil asetat; serta flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid pada fraksi metanol. Nilai IC50 fraksi etil asetat didapatkan sebesar 54,85 μg/ml dengan kategori kuat dan metanol sebesar 132,26 μg/ml dengan kategori sedang, sedangkan fraksi n-heksan didapatkan nilai penghambatan sebesar 33,82% pada konsentrasi 600 ppm. Fraksi n-heksan tidak dapat diukur nilai IC50nya karena adanya perbedaan polaritas antara fraksi n-heksan dengan enzim α-amilase sehingga tidak dapat bercampur dengan baik. Fraksi etil asetat menunjukkan penghambatan paling tinggi dibandingkan dengan fraksi lainnya

    KARAKTERISASI UNSUR PM 2,5 PADA PERIODE KEBAKARAN HUTAN DI PEKANBARU DENGAN TEKNIK ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

    Get PDF
    Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Untuk mengetahui dampak kualitas udara akibat kebakaran hutan, telah dilakukan karakterisasi dan evaluasi cuplikan partikulat udara yang dikumpulkan pada periode terjadinya kebakaran hutan di Pekanbaru. Karakterisasi cuplikan telah dilakukan dengan metode AAN yang memiliki beberapa kelebihan antara lain sensitivitas tinggi, multiunsur dan limit deteksi yang rendah. Validasi metode dilakukan pengujian terhadap cuplikan bahan acuan SRM NIST 1648a Urban Particulate Matter. Konsentrasi massa saat terjadi kebakaran hutan di Pekanbaru terdeteksi 5 hingga 7 kali lebih tinggi dari kondisi normal. Hasil karakterisasi cuplikan telah terkuantifikasi 15 unsur (Al, Ca, Ti, Cl, Mn, As, Br, Na, K, As, Fe, Zn, Cr, Co, Sb). Output dari kegiatan ini diharapkan dapat menggambarkan unsur utama yang menjadi indikator sumber pencemar yang selanjutnya dapat digunakan sebagai early warning dalam mengantisipasi bencana kebakaran hutan. Selain itu evaluasi unsur karsinogenik dan non-karsinogenik dapat menunjukkan resiko kesehatan masyarakat di sekitar lokasi kebakaran hutan yang secara tidak langsung dapat terpapar oleh emisi sumber partikulat udara

    Characterization and Stability Study of Amniotic Membrane Stem Cell Metabolite Product (AMSC-MP)

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the characteristic and stability of Amniotic Membrane Stem Cell Metabolite Product (AMSC-MP) in fluid and freeze dried form. Conducted a qualitative test of the liquid and freeze dried AMSC-MP form using the SDSPAGE method, also determined the quantitative TGF-β levels, stability stored testing both materials at room and cold temperature during 28 days. Characterization of the freeze dried form was also carried out including FTIR profile, DTA, SEM and XRD.SDS-PAGE results obtained that qualitatively the liquid and freeze dried forms have the same protein component a molecule weight (MW) of 75.33 kDa. Quantitatively, the form of fluid has higher TGF-β levels compared to freeze dried on day 0. However, the results of the stability test showed that the form of freeze dried has better stability than the fluid, as indicated by a decrease in TGF-β levels greater on the day 21st. Liquid form that is stored at room temperature changes the color after 7days. Furthermore characterization of freeze dried shows has a crystalline structure based on its XRD profile with an endothermic peak at 163.8 this is supported by SEM a tetragonal crystal. FTIR profile showed the maximum absorption at wave numbers 1674-1640 and 3350-3200 which indicates the presence of C=O and N-H bonds which are functional groups of protein compounds.Conclusion: The freeze dried AMSC-MP form has better stability than the fluid form in cold temperature storage and AMSC-MP is a protein

    Karakteristik Freeze Dried Amniotic Membrane Stem Cell Metabolite Product Dan Evaluasi Penetrasi Kulit Dengan Penambahan Space-Peptide

    Get PDF
    Penuaan merupakan proses multifaktorial yang menyebabkan perubahan struktural dan fisiologis pada setiap lapisan kulit, yang ditandai dengan kerutan halus, perubahan pigmentasi, warna kulit pucat, perubahan tekstur dan hilangnya elastisitas (Draelos, 2016). Terapi penuaan bertujuan untuk mengurangi perubahan struktural dan fisiologis pada kulit. Terapi penuaan dapat dilakukan secara invasif maupun non invasif. Terapi invasif merupakan terapi berupa pembedahan kecil pada prosesnya, sedangkan terapi non-invasif merupakan terapi yang menggunakan bahan-bahan topikal anti aging seperti Amniotic Membrane Stem Cell Metabolite Product (AMSCMP) (Prakoeswa, 2018). AMSCMP adalah metabolit berfasa fluid mengandung growth factor berupa protein antara lain Epidermal Growth Factor (EGF), basic Fibroblast Growth Factor (bFGF), Transforming Growth Factor-β (TGF-β) dan Keratinocyte Growth Factor (KGF) (Islam R, 2012). Diketahui bahwa protein tidak stabil dalam komponen air dan berpengaruh langsung terhadap stabilitas penyimpanan karena merupakan media yang baik bagi perumbuhan mikroba. Sehingga diperlukan penanganan khusus untuk menjaga stabilitas growth factor yang ada dengan cara freeze dry. Freeze dry merupakan metode pengubahan bentuk fluid menjadi kering (dried) dengan menggunakan suhu rendah sehingga baik untuk senyawa termolabil seperti AMSCMP. Freeze dry menghasilkan sediaan dalam bentuk kering sehingga lebih stabil pada penyimpanan (Nathdanai, 2012; Davinder, 2015). Kemudian dilakukan studi stabilitas penyimpanan terhadap suhu ruang dan dingin selama 28 hari, pH, penentuan kadar TGF-β pada hari ke-0 dan 21, serta penentuan Berat Molekul (BM) antar fluid dan freeze dried AMSCMP. Diperoleh hasil bahwa freeze dried lebih stabil terhadap suhu ruang dan dingin, memiliki nilai pH 7-7,4 kadar TGF-β stabil selama 21 hari, dan memiliki BM yang sama antara fluid dan freeze dried yaitu 75,33 kilodalton (kDa). Setelah diperoleh hasil bahwa freeze dried AMSCMP lebih stabil kemudian dilakukan uji karakterisasi fisik sebagai skrining awal untuk selanjutnya digunakan sebagai formula antara lain Scanning Electron Microscope (SEM) yang ditunjukkan bahwa morfologi permukaan berbentuk kristal tetragonal. X-Ray Diffraction (XRD) memiliki puncak serapan yang tajam pada sudut 2θ 31,59; 45,35 dan 56,39. Fourier Transform Infreared (FTIR) memiliki gugus karakteristik protein yaitu N-H Amida III pada wavenumber (1400- 1360cm-1) dan C=O (1675-1640cm-1), dan Differential Thermal Analysis (DTA) menunjukkan suhu lebur 163,8⁰C dengan entalpi 305 J/g. Sebagian besar growth factor yang ada pada AMSCMP merupakan molekul hidrofilik yang berukuran besar > 25.000 Dalton (Da), sedangkan molekul hidrofilik yang berukuran >500 Da sulit untuk penetrasi ke dalam kulit (Prakoeswa, 2018). Sehingga untuk meningkatkan sifat penetrasinya diperlukan penambahan enhancer khusus dari golongan peptida yaitu Skin Penetrating and Cell Entering (SPACE) (Kumar, 2015). Penelitian ini membandingkan pengaruh peningkatan kadar SPACE Peptida terhadap penetrasi ke dalam kulit dengan perbandingan formula freeze dried AMSCMP: SPACE (F1 = 1:0; F2 = 1:1; F3 = 1:2; dan F4 = 1:3) terhadap beberapa parameter yakni penentuan kadar TGF-β, berat molekul, penetrasi dan iritasi. Penentuan kadar TGF-β yang dilakukan pada hari ke-0 dan ke-21 menujukkan adanya penurunan namun tidak berbeda bermakna antar formula. Hasil pengujian BM protein AMSCMP menunjukkan angka 75,33 kDa. Uji penetrasi dilakukan secara in vivo menggunakan kulit punggung mencit pada jam ke-1, 3, dan 5. Hasil uji penetrasi selama 1 jam menunjukkan bahwa formula 4 (1:3) memiliki kemampuan penetrasi yang paling dalam dibandingkan dengan formula lainnya, baik pada saat jam ke-3 mapun ke-5. Uji iritasi dilakukan secara in vivo dengan menggunakan kulit punggung mencit yang diaplikasikan selama 24 jam. Hasil skoring uji iritasi menunjukkan bahwa F1 dan F2 tidak memiliki nilai iritasi, sedangkan F3 dan F4 memiliki nilai skor iritasi dengan parameter Polymorpho Nuclear (PMN), Degeneratif, dan Edema. Namun nilai iritasi tergolong sangat ringan, sehingga masih diperbolehkan dengan batasan tertentu. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa freeze dried memiliki stabilitas penyimpanan maupun kadar TGF-β lebih stabil dibandingkan bentuk fluid nya, namun penentuan pH dan BM memiliki hasil yang tidak berbeda. freeze dried AMSCMP memiliki morfologi permukaan berbentuk kristal tetragonal, puncak serapan yang tajam pada sudut 2θ 31,59; 45,35 dan 56,39, memiliki gugus karakteristik protein yaitu N-H Amida III pada wavenumber (1400-1360cm-1) dan C=O (1675-1640cm-1) serta suhu lebur 163,8⁰C dengan entalpi 305 J/g. Penggunaan SPACE sebagai peningkat penetrasi diketahui bahwa pada dosis rendah F2 (1:1) dapat memberikan efek penetrasi yang maksimal sehingga diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui dosis terkecil yang dapat digunakan sebagai sediaan topikal antiaging

    Optimization of the Mixing of Hibiscus Flower (Hibiscus rose sinensis) Extract as a Lipbalm Color with Variations in Concentration

    No full text
    Hibiscus rosa sinensis L. is widely used by the community to decorate the garden due to its splendor. In addition, hibiscus flowers containing anthocyanin and flavonoids have antioxidant, which functions as an antioxidant to free radicals as a natural red color. This natural dye can be obtained by extracting hibiscus flowers through maceration using 96% ethanol. This research obtained Hibiscus flowers from Sendang Rejo Village, Lamongan Regency. In the extract process, Hibiscus flower petals were blended until smooth, then added with ethanol 96% (1 liter) and stirred for 30 minutes. Filtrate result is taken, placed in a porcelain dish, and put in an oven at 60⁰C for 1 day. Varying levels made four formulas of hibiscus flower extract: F1 (0%), F2 (2%), F3 (4%) and F4 (6%). Physical evaluation included organoleptic, homogeneity, dispersibility, pH and qualitative tests to identify anthocyanins. The organoleptic, homogeneity, dispersion, pH and identification of anthocyanins evaluations were then analyzed descriptively. The data from the organoleptic test indicated that F1 had an odorless white color, while F2, F3, and F4 had a red and white color with a distinctive hibiscus flower aroma. The homogeneity test showed that F1 had good homogeneity while F2, F3, and F4 were not homogeneous (heterogeneous). The spreadability test on the four formulas did not fall within the range of requirements, namely 5-7 cm, with an average value of 3.53, but it was related to several significant reasons. The pH test results matched the requirements for topical preparations, namely 4.5-6.5, with an average value of 5.075. In conclusion, Hibiscus flower extract obtained through the maceration method with 96% ethanol could not give a homogeneous red color from the anthocyanin substance. Physical evaluation and anthocyanin identification test obtained good results
    corecore