51 research outputs found

    Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor

    Get PDF
    Kajian kemiskinan yang dilakukan oleh Sajogyo dan sekelompok sarjana ilmu sosial di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga dekade terakhir di abad 20, tidak dapat dielakkan akhirnya menyentuh ranah studi “mekanisme bertahan hidup” baik yang dibangun pada aras individu, rumahtangga, maupun aras kelompok. Analisis sistem nafkah dalam konteks transformasi struktur agraria dan pedesaan yang dikembangkan Soyogyo dan murid-muridnya, menghasilkan cara pandang yang khas tentang sistem penghidupan (livelihood system) dan kaitannya dengan dinamika Perubahan sosial pedesaan. Konsistensi analisis yang dibangun tentang sistem penghidupan dan nafkah pedesaan mengantarkan studi nafkah berkembang cabang baru dalam sosiologi, yaitu sosiologi nafkah (livelihood sociology). Tulisan ini mengupas serba ringkas perbandingan tradisi/mazhab Bogor (Sajogyo dan para muridnya) dan mazhab Eropa (Chambers dan kawan-kawan dari Sussex Inggris) dalam menganalisis sistem penghidupan dan nafkah pedesaan

    Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik

    Full text link
    Perkembangan bidang keilmuan ekologi-manusia, sosiologi lingkungan, dan ekologi-politik dipandang sangat impresif, selama dua dekade terakhir. Sekalipun berjalan tidak linier, transformasi ekologi-manusia menjadi sosiologi-ekologi-manusia (sosiologi lingkungan) telah mendorong munculnya ekologi-politik sebagai bidang keilmuan baru untuk melengkapi dua bidang sebelumnya.  Sekalipun memiliki akar epistemologis yang sama, namun ketiga bidang studi tetap bekerja pada “wilayah keilmuan†yang otonom. Sebagai bidang kajian paling mutakhir, ekologi politik dapat dikatakan sebagai bidang keilmuan yang mengambil manfaat paling besar atas dua bidang keilmuan sebelumnya yaitu sosiologi-ekologi-manusia dan antropologi budaya (cikal-bakal human ecology).  Dari perspektif lain, bidang kajian ekologi politik berkembang sebagai konsekuensi kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh sistem ekologi planet bumi, dimana relasi manusia dan alam berlangsung relatif rumit dan saling menegasikan satu sama lain. Manakala aspek kekuasaan (power), konflik kepentingan, dan kekuatan-kekuatan ekonomi-politik harus diperhitungkan, maka ekologi-politik lebih mampu membedah persoalan yang tidak dapat dianalisis oleh ekologi manusia. “Dinamika konflik sumberdaya alam dan lingkungan†serta “olah kekuasaan pemangku kepentingan†menjadi fokus kajian ekologi politik saat ini. Dengan makin rumitnya dimensi persoalan ekologi dan lingkungan di abad 21, maka kerjasama para ahli dari ketiga cabang ilmu di atas makin diperlukan

    Analysis of Household Livelihood Structure and Strategies of Farmers in Conservation Forest Areas, Case in the Village of Cipeuteuy, District Sukabumi

    Full text link
    Penduduk Desa Cipeuteuy masih menggantungkan kehidupan mereka dari kegiatan pertanian. Lahan yang digunakan adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan menggunakan prinsip pinjam pakai. Strategi nafkah warga yang tinggal di desa ini tidak hanya dari sektor pertanian, tapi juga sektor non pertanian. Terdapat berbagai cara penerapan struktur strategi penghidupan, mulai dari intensifikasi satu sektor, diversifikasi pendapatan atau pola nafkah ganda, rekayasa spasial atau migrasi. Namun, semua sektor pendapatan tetap menggunakan modal. Kelima modal yaitu modal sumberdaya alam, modal sosial, modal manusia, modal finansial, dan modal fisik digunakan sebagai cara untuk mendukung keberlanjutan strategi nafkah mereka. Bahkan semakin lama, warga cenderung lebih bergantung pada sektor non petanian. Namun basis nafkah mereka adalah sebagai petani. Hal ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi transformasi sosial dimana nilai pertanian terhadap masyarakat telah menurun

    The Vicious Circle of Poverty in Rural Society, Case Study of Tobacco Farmers in the Rural Area of Lombok Island

    Get PDF
    Poverty is the cause of hunger, marginalization, neglectand the other social problems. Rural area, which most of its people work in agriculture, generally have more poor people than urban area. Lombok Island in NTB Province as one of the main producers of tobacco in Indonesia is one of the region with higher poor people percentage comparing to national percentage of poor people. This research aimed to know the pattern of vicious circle of poverty in tobacco farmers in Lombok Island. This research used qualitative method with descriptive approach. The number of respondents in this research are a hundred persons which were choosed by random sampling. While the research areas were choosed by purposive method. The research result revealed that the tobacco farmers in rural Lombok experienced the new pattern of vicious circle of poverty. Since the farmers had low level of capital, it encourage the farmers to make a collaboration with Tobacco Company which was create the dependence of farmers to tobacco commodity and Tobacco Company. Dependence on Tobacco Company make bargaining positions of farmerslowin transaction processwhich cause the farmers income become low. Low income lead the tobacco farmers to the ‘debt trap' and low capital

    Actor Ideology and Public Perception of Sand Mining Impacts on Rural Galunggung Mountain

    Full text link
    Pasca erupsi, kawasan Gunung Galunggung merupakan salah satu kawasan yang menjadi arena besar pertarungan kepentingan antara pemerintah, masyarakat dan swasta. Objek pasir yang berlimpah menjadikan pertambangan skala besar hadir dan berimplikasi secara esensial terhadap kehidupan masyarakat lokal yang tidak hanya berada dekat dengan kawasan pertambangan, namun juga berada jauh dengan lokasi pertambangan. Terlebih diketahui bahwa ideologi masyarakat yang menekankan pada kesejahteraan dan populisme, berbanding terbalik dengan ideologi swasta dan pemerintah yang menekankan pada profit dan pembangunan. Dampak negatif dan positif aktivitas pertambangan mulai secara nyata dirasakan oleh masyarakat, diantaranya seperti degradasi kualitas air, tingkat pendapatan atau konflik yang secara krusial merepresentasikan respons masyarakat terhadap keberadaan Perusahaan pertambangan pasir yang telah hampir tiga puluh tahun mengeruk kawasan ini. Kata kunci: Analisis aktor, analisis dampak, pemanfaatan sumber daya alam, persepsi masyarakat, pertambangan pasi

    The Effectiveness of Awig-awig in Livelihood Arrangements of Fishing Community in Kedonganan Beach

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menganalisis efektivitas Awig-awig pengaturan kehidupan masyarakat nelayan. Awig-awig merupakan pranata sosial di Bali dan suatu peraturan yang dijalankan, awig-awig dibentuk oleh penduduk lokal sebagai pedoman untuk berperilaku dalam interaksi sosial. Awigawig terdiri dari sekumpulan aturan, tertulis atau tidak tertulis berlandaskan filosofi hindu Tri Hita Karana. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui te ntang pengetahuan, pemahaman dan implementasi nelayan terhadap awig-awig yang mengatur kehidupan masyarakat nelayan. Responden penelitian ini adalah nelayan lokal dan pendatang. Efektivitas awig-awig dapat diketahui dari jumlah pelanggaran aturan, saksi yang tegas, sosialisasi yang intensif, petugas yang melakukan kontrol, dan penghargaan terhadap nelayan

    Analisis Konflik Sumberdaya Hutan di Kawasan Konservasi

    Get PDF
    This study focused on the history of natural resource conflict, the actors who involved in conflicts in Gunung Halimun-Salak National Park and the forms of conflict resolutions that has been done. The approach in this study is a qualitative approach with a case study methode. The data obtained with depth interview techniques, observation, and documentation. This study was conducted in Kampung Sinar Resmi, that belongs to the Kasepuhan Sinar Resmi community. This location is a place where community's cultivating land overlap with the claim of Gunung Halimun-Salak National Park, thus causing a lack of clear boundaries and result in forest resource conflicts. Forest resource conflicts are caused by four different conflicts sources, namely differences in perceptions, different values, different interests, and differences in recognition of ownership rights. The forms of conflict resolution that has been done is negotiation, but doesn't reach the agreement

    Dampak Sosio-ekonomis dan Sosio-ekologis Konversi Lahan

    Full text link
    Conversion of agricultural land is one of the phenomena of change the agricultural land designated into non agricultural designated. The purposes of this study are 1) to know the types of land conversion at Desa Tugu Utara, 2) to know the social-economic impact of land conversion at Desa Tugu Utara, and 3) to know the social-ecological impact of land conversion at Desa Tugu Utara. This study uses a quantitative approach supported by the use of qualitative approach. The result of the study showed that the type of land conversion in the village (2000-2010) consists of three types of land conversion: 1) land conversion type by location (open/closed), 2) land conversion type by the speed of change of land utilization (fast/slow), and 3) land conversion type by the actors involved in the land conversion (local residents/non-local resident). In general, land conversion gives a negative impact on social-economics conditions of household in the region, either in the agricultural sector or in the non- agricultural sector and also brings a negative impact on social-ecological system because it causes many environmental degradation

    The Livelihood Resilience of Forest Community Farmer Household in Giriwoyo, Wonogiri

    Full text link
    Hutan rakyat merupakan pengelolaan hutan yang tidak hanya mempertimbangkan aspek ekologi tetapi juga aspek ekonomi, hutan rakyat sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kesejahteraan petani. Rumah tangga petani hutan rakyat tidak hanya memanfaatkan modal alam dalam aktivitas penghidupan, tetapi juga menggunakan modal yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Metode yang digunakan yakni kombinasi dari pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesionerdan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk resiliensi yang diterapkan rumahtangga untuk membentuk modal (livelihood asset). Resiliensi diartikan sebagai kemampuan individu atau kelompok untuk bertahan menghadapi guncangan atau krisis. Hasil dari penelitian ini adalah resieliensi dipengaruhi oleh kepemilikan modal dan pendapatan rumahtangga. Modal rumahtangga digunakan oleh rumahtangga petani sebagai strategi nafkah, hingga dapat membangun resiliensi rumahtangga
    corecore