277 research outputs found
CATCH COMPOSITION AND SOME BIOLOGICAL ASPECTS OF SHARKS IN WESTERN SUMATERA WATERS OF INDONESIA
This study was conducted in western Sumatera and since October 2013 to June 2014. The sampling locations in Banda Aceh and Sibolga-North Sumatera which were the largest base of fisheries in western Sumatera region. Shark landing recorded by enumerators was used as sampling data daily . This research aim to describ sex ratio, size composition, catch composition of sharks, and length at first maturity. In Banda Aceh, the sharks as target fish collected by sorting the bycatch from tuna longlines and tuna handlines. In Sibolga, sharks is bycatch from fish net, bottom gillnet and purse seine. Overall, there were 20 species of shark caught in west Indian Ocean and landed at those fish landing sites, dominated by Spot tail shark (23%) and Silky shark (13%), whereas Hammerhead shark contributed about 10% and Oceanic whitetip shark was only less than 1%. Almost of Spot tail shark, Silky shark, and Scalloped hammerhead that caught in that area were immature, while for the almost part of Tiger shark and Pelagic thresher were matured. The sex ratios for Spot tail shark, Silky shark, Tiger shark, Pelagic thresher, and Scalloped hammerhead caught and landed at Lampulo and Sibolga fish landing sites were not balance. The length at first maturity for Spot tail shark was Lm=87,1 cm and Lm = 213,2 cm total length for Tiger shark.
THE MINI SEINER FLEET OF THE NORTH JAVA COAST: A Case Study of Their Fishing Activities
Fishing effort is often a difficult parameter to identify in halieutic st,udies and even more so if the study involves coastal and artisanal frshing spread along a coast more than 1,000 km long
SHARK LONGLINE FISHERY IN TANJUNGLUAR-EAST LOMBOK
Studies on artisanal shark fisheries in Tanjungluar - East Lombok were conducted during the year 2001-2011 (except in 2003 and 2007). A sampling method called “rapid market survey” method was employed to collect catch data from surface and bottom longlines fishing, rapidly. Biological data and fisheries data were collected during survey. Catch data for shark were also obtained from daily records filled by TPI officers in Tanjungluar between 2009 and 2010. The results showed that sharklongline fishing was conducted every month. The trend of shark catches relates to the number of fishing vessels, fishing ground, and weather conditions at sea. The period between July and September is a transitional season from East to West seasons. During this season, the wind strength is weakened and a good fishing season for the fishers. The lowest catch occurs in January (1.06 tonnes) and the highest catch in September with the total catch of 24.6 tonnes. Sharks caught by surface longline were dominated by Silky shark, Carcharhinus falciformis (40-90%) with the size range of 100-125 cm. The catch of bottom longline was mostly consisting of fish in mature condition that dominated by Grey reef shark (Carcharhinus amblyrhynchos), Common black tip shark (C. limbatus), Spot tail shark (C. sorrah), and Scalloped hammerhead shark (Sphyrna lewini), with the size range of 125-200 cm, 170- 250 cm, 100-150 cm, and 170-300 cm, respectively. Surface longline fishing occurs in the offshore waters in depth more than 200 m to 3000 m, whereas bottom longline fishing is operated at a depth of 50-100 m around islands
Biological Aspects, Stock and Conservation Status of Giant Oceanic Manta Ray, Manta birostris in the Indian Ocean
March 18-19, 2013The giant oceanic manta ray (Manta birostris) is a ray species of the Family Mobulidae, the largest type of rays in the world. A study on Manta rays from the Indian Ocean was conducted from April 2001 to August 2005 at Cilacap-Central Java and Tanjungluar-East Lombok fish landings. Catch data of Cilacap fishing port from 2006 to 2011 are also presented in this paper. The methodology utilized was direct observations and data collection by enumerators. The results show that Manta rays were caught as by-catch of tuna gillnet and tuna longline fishing in the Indian Ocean. There were three age groups (cohorts) of the Manta birostris caught in the Indian Ocean, i.e. size class between 200-300 cm disc width (DW) as a young group, 301-400 cm DW (subadult group), and 401-500 cm DW (adult group), respectivelly. The sex ratio of males to females of Manta birostris was 1:1 (P>0.05). Monthly production of Manta birostris during six years (2006-2011) indicated that the highest production occurred in the period between May and September. Almost all of the body of this species were utilised, for instance, the gill plates and cartilages were used for medicines, and meat for consumption. Based on IUCN Red List, the conservation status of Manta birostris is near threatened and vulnerable in South-East Asia
BEBERAPA JENIS CUCUT BOTOL (squalidae) YANG TERTANGKAP PANCING RAWAI DASAR DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK BIOLOGINYA
Terdapat 9 jenis cucut botol yang tertangkap dengan pancing rawai dasar di perairan samudera Hindia yaitu Squalus sp 1; Squalus sp 1 b; Sgualus sp 2, Squalus sp 2b; Squalus sp 2c; Squalus sp 3: Squalus sp 3b; sgualus sp 4: dan squalus sp 4b; Nisbah kelamin cucut botol jantan dan betina 36.65 Sedangkan tingkat kematangan kelamin jantan cucut botol yang dijumpai dibedakan menjadi 3 kategori, yairu krasper yang belum bensi atau belum mengandung kapur (nol carsification), klasper yang telah berisr sebagian zat Kapur (full calsification)
COMPOSITION AND DISTRIBUTION OF DOLPHIN IN SAVU SEA NATIONAL MARINE PARK, EAST NUSA TENGGARA
Dolphins are one of the most interesting cetacean types included in family Delphinidae or known as the oceanic dolphins from genus Stenella sp. and Tursiops sp. Migration and abundance of dolphins are affected by the presence of food and oceanographic conditions. The purpose of this research is to determine the composition and distribution of dolphins in relation to the water quality parameters. Benefits of this research are expected to provide information on the relationship between distributions of the family Delphinidae cetacean (oceanic dolphins) and oceanographic conditions. The method for this research is descriptive exploratory, with models onboard tracking survey. Field observations were done in November 2015 and period of March-April 2016 outside and inside Savu Sea National Marine Park waters. The sighting of dolphin in November and March-April found as much seven species: bottlenose dolphin, fraser’s dolphin, pantropical spotted dolphin, risso’s dolphin, rough-toothed dolphin, spinner dolphin and stripped dolphin. The highest species distribution noted in the Savu Sea is spinner dolphin, pantropical spotted dolphin, rough-toothed dolphin and frazer’s dolphin. The existence of dolphins in Savu Sea is more related with sea surface temperature than others oceanographic parameters. This condition is suspected due to the influence of sea surface temperature to body temperature of dolphin especially for foraging activities. The habit of dolphin is more active around Sumba Island and Daratan Timor waters while in the evening the animal is usually going to Manggarai and Rote Ndao Islands waters to rest
Keselamatan Olahraga melalui Buku Pedoman Keselamatan dalam Olahraga
Penelitian ini bertujuan untuk penyempurnaan dan mensosialisasikan buku pedoman yang telah dikembangkan sebelumnya, melalu uji pakar dan uji praktisi, yang terdiri dari pakar olahraga, pakar kesehatan dan pakar buku pedoman. Sedangkan uji praktisi dilakukan oleh guru-guru di jenjang SD, SMP dan SMA dengan minimal memiliki kualifikasi Master. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan menurut Gall and Gall (2003:570), teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan teknik kuesioner kepada para pakar dan praktisi melalui form penilaian, sedangkan analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan buku pedoman keselamatan olahraga sebagai panduan ataupun petujuk praktis terhadap upaya pencegahan terhadap resiko kecelakaan dalam pembelajaran penjasorkes sangat penting bagi guru/pelatih dan siswa. Buku pedoman diharapkan dapat dikembangkan segera dan dicetak dalam bentuk buku ataupun booklet yang mudah digunakan, sehingga diharapkan nantinya dapat menunjang penampilan siswa/atlet dalam proses belajar/berlatihnya, disamping itu pula, pengembangan buku pedoman keselamatan olahraga memiliki asas manfaat yang baik berdasarkan hasil sosialisasi kepada siswa-siswa yang akan menggunakan buku pedoman tersebut. Dari kesimpulan ini, dapat disarankan agar buku yang telah di uji pakar maupun praktisi ini dapat dicetak dan sebarkan kepada guru/dosen, pelatih, siswa/mahasiswa dan juga masayarakat umum untuk dimanfaatkan sebagai buku utama dalam pencegahan aktifitas berolahraga
ASPEK BIOLOGI IKAN PARI BLENTIK (Dasyatis cf. kuhlii) YANG TERTANGKAP DI LAUT JAWA
Penelitian dilakukan pada tahun 2002 sampai dengan 2003 di tempat pendaratan ikan Muara Angke dan Laboratorium Balai Riset Perikanan Laut Muara Baru, Jakarta. Data aspek biologi reproduksi ikan pari blentik (Dasyatis cf. kuhlii), berasal dari hasil tangkapan sampingan dari alat tangkap jaring dasar yang beroperasi di Laut Jawa dan didaratkan di tempat pendaratan ikan Muara Angke. Hasil penelitian menunjukkan ukuran lebar tubuh ikan pari blentik (Dasyatis cf. kuhlii) terkecil antara 170 sampai dengan 190 mm dan ukuran terbesar antara 330 sampai dengan 350 mm. Hubungan antara lebar cawan dan panjang klasper ikan pari blentik (Dasyatis cf. kuhlii) menunjukan hubungan yang linier (R2=0,7629). Kondisi klasper belum terjadi pengapuran atau sebagian mengandung zat kapur (non or partially calcified claspers) terdapat pada ukuran lebar tubuh <200 mm, sedangkan kondisi klasper penuh zat kapur (fully calcified claspers) terdapat pada ukuran lebar tubuh >250 mm. Ukuran embrio terkecil dijumpai pada bulan Januari yaitu antara 25 sampai dengan 30 mm dan terbesar antara 110 sampai dengan 115 pada bulan Agustus. Sebagian besar ikan pari blentik (Dasyatis cf. kuhlii) jantan yang tertangkap di Laut Jawa dalam kondisi matang kelamin. Berdasarkan pada uji X2, perbandingan kelamin jantan dan betina berbeda nyata (P<0,1). This study was conducted at Muara Angke fish landing site and Research Institute for Marine Fisheries Laboratory Muara Baru Jakarta on 2002 to 2003. Reproduction biology data of Dasyatis cf. kuhlii were taken from catched of bottom net fishing gear that operated in the Java Sea. The result showed that the smallest and the biggest of Dasyatis cf. kuhlii ranging from 170 to 190 mm and 330 to 350 mm disc width, respectively. Relationship between clasper length and disc width was linier (R2=0.7629). Condition of sex maturity stage of male was non or partially calcified claspers found at size <200 mm Wd, while fully calcified claspers was found at size >250 mm Wd. The smallest size embryo of ranging from 25 to 30 mm was found in January and the biggest ranging from 110 to 115 mm was found from in August. Most of Dasyatis cf. kuhlii caught in the Java Sea were mature. Sex ratio was significant different between male and female (X2 test, P<0.1)
STRATEGI PEMBERDAYAAN FUNGSI PERENCANAAN PENDIDIKAN PADA KANTOR DINAS PENDIDIKAN TINGKAT KABUPATEN DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah secara yuridis formil telah membawa perubahan paradigma yang cukup berarti dalam bidang pemerintahan dan pembangunan di Indonesia. Dalam era otonomi daerah ini tampaknya berbagai program-program pembangunan, termasuk di dalamnya perencanaan sektor pendidikan menjadi lebih tertumpu pada prinsip-prinsip demokratisasi, peranserta masyarakat, pemberdayaan potensi sumber daya perencanaan yang dimiliki oleh daerah otonomi.
Implikasi nyata diberlakukannya otonomi daerah pada sektor pendidikan meliputi antara lain teijadinya perubahan struktur kelembagaan dinas pendidikan, adanya fungsi kelembagaan, perubahan sumber daya, tenaga, sarana, keuangan dan lain-lain Semua perubahan tersebut jelas berdampak pada harmonisasi keija, manajemen dan perubahan cara pengambilan keputusan. Yang tidak terelakkan adalah lebih mendesaknya kebutuhan akan kesadaran tentang perlunya peningkatan fungsi dan peran perenca naan, baik jangka pendek, menengah dan panjang, yang dibingkai denean perencanaan makro, messo dan mikro. Kesadr.ar mi sekaligus menuntut diterapkannya prinsip-prinsip strategik, sebagaimana tenung dalam rumusan visi, misi dan arah kebijakasanaan pembangunan, khususnya pembangunan di bidang pendidikan tingkat kabupaten.
Densan digulirkannya otonomi daerah ini, yang semula diharapkan dapat lebih cepat "mengembangkan segala sumber dayanya, akan tetapi tidak semudah membalikan tangan. Apabila dikaji secara empiris ui lapangan, masih banyak ditemukan berbaga persoalan. Salah satu persoalan yang mendasar itu antara lain kurang berdavanva fungsi manajemen sistem perencanaan pendidikan pada dinas tingkat kabupaten. Pada kenyataannya fungsi perencanaan ini masih belum ditangani secara profesional maupun secara komprehensif. Hal ini sebagai akibat dan masih lemahnya kualitas sumber daya yang dglikmya. Akibatnya akan membawa dampak pula terhadap output dari tujuan pendidikan itu sendin.
Dimana tujuan pendidikan dalam konteks otonomi daerah itu hendaknya memenuhi tuntutan akan pemerataan dan perluasan kesen patan pendidikan bagi seluruh aneeota masyarakat, terwujudnya layanan dan hasil yang bermutu, adanya kesesuaian" antara produk/output pendidikan dengan tuntutan masyarakat, dan teijadinya pengelolaan pendidikan yang efisien, yaitu pengelolaan pendidikan yang dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai produktivitas yang optimal Semua fungsi dan tuntutan tersebut di atas merupakan bahan pertimbangan pokok dalam pembangunan pendidikan daerah yang harus didukung
oleh kemampuan untuk merencanakannya
Oleh karena itu dalam menanggapi perkembangan sistem pendidikan yang makin kompleks, Dinas Pendidikan pada era otonomi daerah dituntut untuk dapat melaksanakan reorientasi, restrukturisasi dan revitalisasi manajemen keija, agar lebih efektif, efisien dan proporsional
- …