3 research outputs found

    Kajian Pengembangan Kompetensi Industri Kabupaten Kuantan Singingi Dalam Peningkatan Daya Saing Daerah

    Get PDF
    Pertumbuhan dan kemajuan suatu negara umumnya dinilai dari tingkat kemajuan sektorindustrinya, karena sektor industri telah memberikan nilai tambah yang tinggi dan sekaligusmemberikan kesempatan kerja yang besar, sehingga dianggap merupakan motor penggerak utama(prime mover) pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kebijakan pengembangan industri nasionalkedepan, tidak lagi semata-mata didasarkan pada prioritas nasional, namun harus pulamempertimbangkan potensi sumber daya dan kemampuan daerah karena hasil akhirnya tentunyaharus berujung pada peningkatan ekonomi daerah yang diiringi dengan perbaikan kesejahteraanmasyarakatnya.Metode yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaknipenetapan komoditas unggulan daerah, penetapan kompetensi inti industri daerah, danpengembangan peta panduan. Ketiga tahapan tersebut secara umum dilakukan melalui analisisdata sekunder, FGD dan Analitical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil analisis dankesepakatan stakeholders daerah Kabupaten Kuansing ditetapkan Kompetensi inti Industridaerahnyanya adalah kemampuan masyarakat dalam mengolah komoditas sagu menjadi produkKerupuk Sagu.Pada akhirnya, untuk mengembangkan industri pada setiap daerah berbasis padakompetensi inti industri tersebut, ada beberapa aspek penting yang harus dilakukan, antara lain :(1) Pembentukan Tim Kompetensi Inti Industri Daerah yang melibatkan seluruh stakeholderdaerah seperti pelaku USAha, pemerintah, dan perguruan tinggi, (2) Penetapan Perda tentangKompetensi Inti Industri Daerah, (3) Penguatan jaminan bahan baku, (4) Pelatihan danpendampingan secara berkelanjutan, (5) Penguatan kelembagaan, (6) Dukungan permodalan bagipetani dan IKM melalui pembangunan Lembaga Keuangan Mikro, dan (7) Pengembanganjaringan pemasaran baik local, regional, maupun pasar global

    Analisa Kerja Injector Terhadap Perfomance Engine Pada Mesin Isuzu Cyz 51

    Full text link
    System bahan bakar dikelompokan menjadi dua bagian. Bahagian tekanan tinggi dan bahagian tekan rendah. Tekanan tinggi diawali dari komponen supply pump, common rail, injector. Tekanan rendah diawali dari tangki bahan bakar, supply pump dan pipa kelebihan baban bakar. Ada dua buah filter yang digunakan,yaitu filter utama, filter water separator yang difungsikan pada system bahan bakar, untuk mengatasi kebocoran bahan bakar dan berbagai permasalahan yang ada maka sebuah flow damper dan limiter valve di pasang pada bahagian common rail, juga sebuah overflow valve di pasang pada bahagian supply pump.Common rail system yang menggunakan sebuah type accumulator chamber yang disebut common rail yang berfungsi untuk menyimpan tekanan bahan bakar yang tinggi, dan injectors yang terdapat electronically controlled solenoid valves akan menyemprotkan tekanan bahan bakar yang tinggi kedalam ruang bakar, Injection system (injection pressure, injection rate, dan injection timing) dikontrol oleh ECM, dan selanjutnya common rail system dapat mengontrol injection system secara tersendiri, bebas dari pengaruh kecepatan putaran mesin dan beban mesin

    Penerapan Reliability Centered Maintenance (Rcm) Pada Mesin Ripple Mill

    Full text link
    Reliability Centered Maintenance (RCM) merupakan suatu proses untuk bisa menentukan jenis pemeliharaan yang sesuai dalam konteks operasi dan konsekuensi kegagalan untuk masing-masing asset pada mesin produksi. mesin Ripple Mill adalah salah satu mesin produksi yang berfungsi sebagai pemecah biji sawit untuk memisahkan cangkang dengan inti sawit. Kegagalan pada mesin Ripple Mill menghambat jalannya proses produksi yang berdampak pada penurunan kapasitas produksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Logic Tree Analysis (LTA) dan menghitung failure rate dari mesin Ripple Mill. Berdasarkan analisis Failure Mode Effect Analysis (FMEA) mengidentifikasi 17 Failure mode dengan kegagalan mechanical sebesar 35,30 %, Electrical 29,40 % dan Instrumentation 35,30 %. Hasil Logic Tree Analysis dari total 17 failure mode menunjukkan bahwa 0% kategori A, 11,76 % diantaranya adalah kategori B, 35,29 % kategori C, 23,52 % kategori D/B dan 29,41 % kategori D/C. Hasil regression interval waktu kerusakan dari masing-masing mesin Ripple Mill, Ripple Mill 3 tahun 2014 nilai bheta adalah 0,32057658 dan Ripple Mill 3 tahun 2015 nilai bheta sebesar 0,149883 < 1 dan nilai betha Ripple Mill 4 tahun 2014 adalah 0,0286688 sedangkan Ripple Mill 4 tahun 2015 adalah sebesar 0,065800367 < 1, maka laju kegagalan akan berkurang seiring bertambahnya waktu, Jadi pemeliharaan yang di gunakan adalah Predictive maintenance yang merupakan perawatan tingkat sedang dilaksanakan untuk mengembalikan dan memulihkan sistem dalam keadaan siap dengan memberikan perbaikan atas kerusakan yang telah menyebabkan merosotnya tingkat keandalan
    corecore