46 research outputs found
PENERAPAN STATISTIC QUALITY CONTROL UNTUK PERBAIKAN KUALITAS CELUP WARNA (STUDI KASUS : PT LEUWIJAYA UTAMA TEXTILE-CIMAHI)
PT Leuwijaya Utama Textile adalah perusahaan yang bergerak di bidang textile
dengan produk utama adalah kain celup. Masalah yang terjadi untuk produk
celup warna periode Bulan Januari-September 2017 menyebabkan re-process
sebanyak 19,1%, sehingga perusahaan mengalami lose cost re-process sebesar
Rp 1.013.894.222,40.
Jika kondisi tersebut tidak diatasi, maka perusahaan akan terus mengalami
kerugian karena cost produksi yang tinggi dan pada akhirnya akan mengganggu
terhadap kinerja perusahaan. Dengan kondisi ini perusahaan harus
mengendalikan kualitas yaitu mencari penyebab dan mengatasinya menggunakan
methode DMAIC (define, measure, analyze, improve, dan control).
Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode DMAIC diketahui masalah
terbesar adalah masalah warna tidak sama mencapai 7,6% dengan total biaya reprocess
Rp 722.680.846,60. Berdasarkan analisa diketahui bahwa masalah
warna tidak sama diakibatkan terutama karena masalah material dan orang.
Setelah dilakukan tindakan perbaikan dengan pembuatan standard operation
prosedur (SOP) dan training pada karyawan, didapatkan masalah warna tidak
sama untuk periode Oktober 2017 sampai dengan April 2018 sebesar 4,65%
dengan biaya re-process Rp 554.947.266,40.
Kata Kunci: Pengendalian Kualitas, re-process, lose cost, DMAIC, SO
USULAN PERANCANGAN BUSINESS MODEL CANVAS PADA IKM BAROKAH DI KOTA BANDUNG
Perkembangan industri membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia, industri juga memegang peranan yang
menentukan dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu
didukung dan diupayakan perkembangannya. IKM Barokah merupakan suatu
usaha keluarga yang sudah dibangun dan dijalankan sejak tahun 90-an. Usaha
ini memproduksi tempe dengan berbagai macam varian.
Permasalahan yang dihadapi IKM Barokah dalam menjalankan usahanya
diantaranya yaitu lemahnya jaringan usaha dan penetrasi pasar, kurangnya
permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan, kurangnya aliran dalam
menjangkau konsumen, sulit dalam mendapatkan pemasok bahan baku, dan
tingkat penjualan yang tidak stabil.
Penelitian yang dilakukan menggunakan format penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan ada
dua yaitu data primer dan data sekunder. Prosedur pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.
Setelah melakukan perancangan business model canvas eksisting
selanjutnya menganalisis hasil rancangan tersebut dengan menggunakan analisis
SWOT. Hasil dari analisis SWOT menunjukan bahwa alternatif strategi berada
pada kuadran I (Strategi S.O) atau strategi umum yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dengan cara menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengambil
setiap keunggulan pada kesempatan yang ada. Hasil dari desain ulang business
model canvas IKM Barokah adalah menambah segmen konsumen, meningkatkan
kapasitas produksi, menambah channels, dan meningkatkan hubungan pelanggan
melalui delivery order.
Kata Kunci : Model Bisnis, Business Model Canvas, analisis SWO
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI RIKM SEBAGAI ALAT BANTU PENETAPAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (KIID) KABUPATEN MAJALENGKA
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah bahwa perencanaan
pengembangan industri daerah berbasis pada produk unggulan belum dilakukan
oleh setiap daerah di Indonesia, meskipun telah diamanatkan dalam Perpres
Nomor 28 Tahun 2008. Demikian juga dengan perencanaan pembangunan
industri di beberapa Kota/Kabupaten yang ada di Jawa Barat, di antaranya
adalah Kabupaten Majalengka.
Luas daerah di Kabupaten Majalengka dan jumlah komoditas atau produk
yang berpotensi sebagai unggulan di daerah Kabupaten Majalengka memiliki
9.348 unit usaha yang tersebar di 26 kecamatan, dengan penyerapan tenaga kerja
sebanyak 45.913 orang. Karena itu agar proses pengolahan dan analisis data
dapat dilakukan dengan lebih efektif, maka perlu dibuat alat bantu yang akan
mempercepat proses analisis data.
Hal ini dilakukan dengan dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan
atas-bawah (top-down), dan pendekatan bawah-atas (bottom-up). Pada
pendekatan top -down, pemerintah menetapkan Klaster Industri Prioritas dari
hasil pemetaan yang terdiri dari 35 industri prioritas yang dipilih berdasarkan
kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional, sedang
pada pendekatan bottom -up, pembangunan daerah harus berdasarkan keunikan
daerah tersebut dan mendorong kemandirian daerah yang tidak dapat ditiru
daerah lain, atau dikenal dengan basis Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID).
Adanya perubahan aktifitas, yang berkenaan dengan proses pembuatan,
pencatanan dan pengarsipan dokumen. Bentuk perubahan aktifitas tersebut
adalah dimana data atau informasi yang diperoleh langsung diinput yang berupa
entry data ke dalam sistem informasi RIKM Kabupaten Majalengka, sehingga
setelah data terekam kemudian data tersebut diolah, diproses dan digunakan
untuk menghasilkan informasi yang diperlukan. Perubahan ini dapat mengurangi
kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara berulang sehingga cukup membutuhkan
banyak waktu, seperti entry data hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
administrasi dan bagian analis, padahal data yang diinput adalah sama.
Perancangan ini merupakan peralihan dari sistem manual ke sistem otomatis.
Sehingga data pemeriksaan dan pemrosesan data transaksi akan berjalan dengan
cepat, tepat, akurat, dan relevan dengan keperluan atau kebutuhan pemakai
informasi. Penggunaan perangkat lunak (software) RIKM Kabupaten Majalengka
yang terintegrasi antar bagian dalam perancangan sistem informasi dimaksudkan
untuk memberikan kemudahan dalam penyimpanan, pencarian, pengolahan data
serta penyajian informasi secara tepat dan cepat bagi penggunanya.
Pembuatan aplikasi ini dapat mempermudah pihak DISPERINDAG
Kabupaten Majalengka dalam melakukan analisa, seperti menganalisa jenis
industri unggulan, jenis komoditi unggulan, jumlah pekerja disetiap industri di
daerah-daerah yang berada di Kabupaten Majalengka berdasarkan laporan-
laporan yang ada pada sistem informasi usulan ini, pembuatan laporan dari hasil
pengolahan data dapat dilakukan secara terkomputerisasi, karena ditunjang
dengan adanya software terintergrasi sebagai alat bantu dalam pembuatan
laporan. Seperti pembuatan laporan jumlah industri, laporan jumlah komoditi,
laporan jumlah tenaga kerja, dan laporan kuantiti setiap komoditi yang ada di
daerah Kabupaten Majalengka
Usulan Perbaikan Proses Bisnis Pengelolaan Pendapatan Operasional Di Perum DAMRI Menggunakan Metode Business System Planning (BSP)(Studi Kasus : Perusahaan Umum(Perum) DAMRI Unit Angkutan Bus Kota Bandung)
Perusahaan Umum (Perum) DAMRI merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah yang bergerak di bidang jasa transportasi. Salah satu pelayanan Perum DAMRI ini adalah Unit Angkutan Bus Kota. Dalam mengelola pendapatan operasional yang baik dibutuhkan proses bisnis yang baik. Namun pada kenyataan nya, proses bisnis Perum DAMRI Cabang Bandung Unit Angkutan Bus Kota saat ini masih dilakukan secara manual, karena dilakukan secara manual, proses-proses tersebut tergolong cukup rumit dikarenakan untuk menentukan jumlah penumpang harus dicatat dalam lembaran yang disebut sebagai Laporan Muatan Bus (LMB). LMB merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan pendapatan operasional. Selain LMB, ada satu lembaran yang merupakan komponen penting yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Angkutan (AP.9). Oleh karena itu, dalam melakukan proses selanjutnya harus menunggu bus selesai beroperasi dan Petugas Pengendali Angkutan (PPA) yang membawa AP.9 selesai bertugas dan kembali ke kantor untuk menyerahkan AP.9 dan LMB yang dibawa oleh kondektur dan AP.9 untuk diperiksa. Setelah LMB selesai diperiksa, lalu diinput ke komputer, lalu LMB harus diserahkan ke Keuangan untuk pembuatan realisasi kas. Proses pengelolaan pendapatan operasional saat ini cukup banyak yaitu sebanyak 27 proses dan membutuhkan waktu penyelesaian yang cukup lama yaitu selama 2048,5 menit atau dalam satuan waktu jam yaitu 34,14 jam. Standard Operational Procedure (SOP) Perum DAMRI dijelaskan berupa kalimat sehingga alur proses pada prosedur kurang jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan analisis terhadap proses bisnis yang berguna untuk menghasilkan usulan perbaikan proses bisnis dengan menggunakan Business Process Reengineering dengan menggunakan metode Business System Planning (BSP). Kemudian dari analisa yang dilakukan proses dipetakan dengan Flow Diagram, IDEF0 dan VSM dan pembuatan SOP Usulan berdasarkan pemetaan IDEF 0 Level 0-2. Analisis proses bisnis yang telah dilakukan menghasilkan usulan perbaikan proses bisnis dari segi aliran proses, jumlah proses, dan waktu penyelesaian setiap prosesnya. Dengan menggunakan usulan perbaikan proses bisnis, proses pengelolaan pendapatan operasional yang sebelumnya terdiri dari 27 proses dengan LMB dan AP.9 sebagai komponen penting menjadi 16 proses dengan teknologi e-ticketing dan database dengan waktu penyelesaian proses pengelolaan pendapatan operasional usulan adalah selama 1078,04 menit atau dalam satuan waktu jam adalah 18 jam. Sehingga usulan ini dapat mengurangi waktu selama 970,46 menit atau dalam satuan waktu jam adalah 16 jam. Serta berdasarkan usulan proses bisnis yang dihasilkan bahwa Standard Operational Procedure (SOP) Perum DAMRI Cabang Bandung dibuat untuk setiap proses yaitu sebanyak 8 prosedur dibandingkan dengan SOP Perum DAMRI Cabang Bandung saat ini hanya menjelaskan prosedur tiap Bagian. Hal tersebut menyebabkan proses bisnis terlihat menjadi lebih sederhana dan lebih cepat.
Kata Kunci : Business Process Reengineering, Business System Planning, Standard Operational Procedure (SOP)
PRA-STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI ADVANCED CERAMIC DI INDONESIA (STUDI KASUS : INDUSTRI ALUMINA INSULATOR)
Industri keramik Indonesia merupakan salah satu sektor unggulan yang telah
berkembang baik selama lebih dari 30 tahun. Namun keberadaan industri
advanced ceramic di Indonesia masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.
Advanced ceramic merupakan keramik yang diproses untuk keperluan teknologi
tinggi, seperti isolator. PT. PLN (Persero), berencana untuk membangun dan
mengembangkan sistem ketenagalistrikan di seluruh Indonesia. Isolator keramik
yang dipergunakan saat ini pada instalasi listrik adalah isolator porselin.
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat peluang pasar dan potensi yang tinggi
untuk membangun industri isolator alumina di Indonesia.
Penelitian ini dimulai dengan dilakukannya studi pendahuluan, identifikasi
masalah serta perumusan masalah. Selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap
teori – teori yang berkaitan dengan penelitian. Pada tahap selanjutnya,
ditetapkan asumsi pendukung yang dipergunakan untuk membantu proses
pengumpulan data. Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk kemudian
dianalisis kelayakannya dan dilakukan perancangan strategi dan rencana
terhadap hasil analisis yang dipergunakan. Pada tahap terakhir, ditarik
kesimpulan mengenai hasil dari penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, pembangunan industri isolator alumina di
Indonesia memiliki nilai investasi yang layak. Lama pembangunan industri
selama 2 tahun dan lama konsesi investasi selama 20 tahun. Besarnya nilai inflasi
≤ 5% dan besarnya bunga pinjaman bank ≤ 11%. Target pasar yang harus
dicapai adalah 10% dari model kebutuhan yang diambil berdasarkan RUPTL PT.
PLN tahun 2015 - 2024. Harga jual minimum dari produk isolator alumina
adalah sebesar $6,25. Nilai parameter kelayakan yang diperoleh adalah NPV
sebesar Rp. 1.527.264.753, 85 (NPV > 0) dan IRR sebesar 17,26% (dengan nilai
MARR 16,5%). Payback period yang diperoleh adalah 6 tahun. Strategi yang
dihasilkan dirancang berdasarkan skenario perhitungan kelayakan dengan nilai
layak.
Kata kunci: advanced ceramic, isolator alumina, perancangan strategi, studi
kelayakan
Menentukan Nilai Lagrange Multiplier Pada Persoalan Persediaan Dengan Kendala Kapasitas Gudang.
Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini.
Setiap perusahaan perlu untuk melakukan pengendalian persediaan untuk
mendukung dan melancarkan kegiatan produksinya. Persediaan dapat diartikan
sebagai produk yang disimpan untuk dijual dimasa yang akan datang. Dalam
pengendalian persediaan masalah dapat saja terjadi, salah satunya masalah yang
sering ditemukan ialah kesulitan dalam menentukan ukuran lot pemesanan
barang yang harus disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen, untuk itu
perlu dilakukan perencanaan dalam persediaan. Dengan masalah yang yang
dihadapi dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ). Metode ini dapat membantu menentukan berapa banyak barang
yang harus dipesan untuk memenuhi persediaan. Dari asumsi metode EOQ salah
satu asumsinya ialah tidak ada keterbatasan pada kapasitas gudang, namun pada
kenyataannya gudang selalu terbatas, maka metode EOQ perlu di modifikasi
dengan batasan bahwa kapasitas gudang terbatas. Dengan persoalan tersebut
akan melibatkan suatu parameter yang disebut Lagrange Multiplier untuk
membantu menentukan besarnya ukuran lot pemesanan dengan memperhatikan
kapasitas gudang. Tidak ada rumus tertentu yang digunakan untuk mendapatkan
nilai Lagrange Multiplier yang terbaik, maka dari itu perhitungannya dilakukan
secara iteratif untuk mendapatkan nilai Lagrange Multiplier yang sesuai dengan
kapasitas gudang. Nilai Lagrange Multiplier didapatkan dengan melihat
kapasitas gudang yaitu λ=0,08 dengan jumlah barang sebesar 8894m3
. Untuk
contoh persoalan dicoba dalam satu tahun = 52 minggu yang setiap periode
mencukupi kapasitas gudang sebesar 9000m3
. Lagrange Multiplier yang telah
diperoleh hanya dapat digunakan untuk contoh soal yang diselesaikan. Artinya
untuk contoh soal yang berbeda maka akan diperoleh nilai Lagrange Multiplier
tertentu yang berbeda, meskipun diselesaikan dengan proses yang sama.
Kata kunci: Economic Order Quantity (EOQ), Lagrange Multiplier
Analisis Perancangan Sistem Persediaan Obat Dengan Menggunakan Diagram IDEF 0 Dan Pendekatan Metode Kombinasi ABC-VEN Di PT. Kimia Farma Bandung.
PT.KIMIA FARMA merupakan perusahaan milik negara yang memproduksi produk obat. Obat merupakan suatu produk yang sangat probabilistik dalam masalah permintaanya, karena tidak semua konsumen yang membutuhkan obat pada saat tertentu. Pengaturan persediaan merupakan hal yang penting dalam mengendalikan perputaran persedian obat yang ada diperusahaan tersebut. PT.KIMIA FARMA lagi mengalami masalah dalam perputaran inventori, dikarenakan permintaannya yang bersifat tak bisa dipastikandan belumnya dibuat sistem pengelompokan obat berdasarkan kepentingan tertentu. Masalah yang terjadi di PT.KIMIA FARMA biasanya ditanggulangi dengan mengirimkan obat yang masih ada ke daerah-daerah yang terkena bencana, namun pada dasarnya bencana yang terjadi diaerah-daerah tidak selalu terjadi maka apabila obat masih tersisa, obat tersebut tidak akan mempunyai nilai guna atau disebut dengan pemborosan. Oleh karena itu peneliti melakukan perancangan sistem persediaan usulan untuk menanggulangi masalah yang terjadi di PT.KIMIA FARMA tersebut. Kombinasi ABC-VEN adalah melihat tingkat kepentingan dari sisi kegunaan dan industrinya. Dengan 9 pembagian yaitu VA,VB,VC,EA,EB,EC,NA,NB, dan NC. Perputaran inventori yang rendah akan menyebabkan keuangan yang ada diperusahaan akan menjadi menurun maka dengan menggunakan sistem kombiinasi ini perusahaan bisa melihat dari sisi efesiensinya yaitu apabila obat dalam golongan NC bahwa obat tersebut merupakan urutan yang tidak terlalu penting dan bisa diabaikan jika kondisi keuangan perusahan dalam keadaan menurun. Begitu seterusnya untuk kondisi NB sampai ke VA. Pembobotan obat untuk menentukan rangking obat menggunakan metode QSPM Tingkat prioritas yang telah didapatkan oleh peneliti dalam penyusunan laporan tersebut, selanjutya akan dilakukan perancangan sistem dengan menggunakan idef 0. Perancangan sistem yang dilakukan adalah pada bagaian sistem persediaan. Sistem persediaan sebelumnya di perusahaan PT.KIMIA FARMA , untuk melakukan perencanaan hanya dengan menggunakan metode EOQ tanpa melakukan pengelompokan obat terlebih dahulu, oleh karena itu peneiti merekomendasikan, pengelompokan obat dengan menggunkan kombinasi ABC-VEN didalam perencanaan persediaan, serta penambahan rapat koordinasi antara bagian pemasaran, ppic dan produksi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan kombinasi ABC-VEN maka perusahaan bisa menentukan obat mana yang lebih memungkinkan untuk ditingkat persediaannya. Dampak pada perusahaan tentunya lebih mudah mengontrol usaha bisnis dengan sifat yang probabilistik, dan aliran kas pada perusahaan bisa lebih teratur dan meningkat. Perlakuan untuk setiap obat bisa ditentukan dnegan menggunakan sistem klasifikasi ABC sehingga bisa menentukan perlakuan untuk obat mana yang harus memiliki penanganan yang sangat penting. Adapun yang masuk dalam kelompok obat A sebanyak 77 obat, kelompok B sebanyak 94 obat dan kelompok C sebanyak 94 obat. Dengan urutan rangking sebagai berikut: VA,VB,EA, NA dan VC, EB, NB dan EC, NC.
Kata Kunci :Klasifikasi ABC, Analisis VEN, Kombinasi ABC-VEN, QSPM, IDEF
Usulan Penjadwalan Preventive Maintenance Mesin Stripping Chentai Menggunakan Metode Age Replacement.
Suatu mesin terdiri dari berbagai komponen utama yang mendukung
kelancaran operasi, sehingga apabila komponen tersebut mengalami kerusakan
maka akan menurunkan kinerja mesin dan berpengaruh pada efisiensi mesin. PT.
Errita Pharma merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang farmasi,
sering mengalami permasalahan kerusakan mesin stripping yang tinggi. Hal
tersebut menghambat jalannya proses produksi yang mengakibatkan turunnya
kapasitas produksi. Pada saat dilakukan penelitian, PT. Errita Pharma
menerapkan sistem perbaikan perawatan terencana setiap 3 (tiga) bulan sekali
untuk pemeliharaan mesin secara keseluruhan, sedangkan total kerusakan yang
terjadi pada mesin kritis, yaitu mesin stripping Chentai-3, selama periode Mei
2015 sampai Mei 2016 adalah sebanyak 65 kali. Maka untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut diusulkan dilakukan penjadwalan preventive maintenance
menggunakan metode Age Replacement.
Setelah dilakukan perhitungan dan pembahasan, diketahui komponen
kritis untuk mesin stripping Chentai-3 adalah idle pin dan selenoid valve.
Komponen idle pin memiliki nilai MTTF sebesar 306.5 jam dan nilai MTTR
sebesar 1.067 jam. Komponen idle pin memiliki nilai MTTF sebesar 183.08 jam
dan nilai MTTR sebesar 0.887 jam. Komponen idle pin dan selenoid valve
memiliki waktu interval penggantian pencegahan masing masing setelah
digunakan selama 300 jam dan 240 jam. Sedangkan untuk interval waktu
pemeriksaan untuk idle pin setelah digunakan selama 123.812 jam dan untuk
selenoid valve setelah digunakan selama 135.013 jam.
Kata kunci : preventive maintenance, age replacement, komponen kriti
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI RIKM SEBAGAI ALAT BANTU PENETAPAN KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH (KIID) KABUPATEN MAJALENGKA
Untuk menyusun strategi pengembangan industri di suatu daerah, perlu ditetapkan terlebih dahulu kompetensi inti industri di
daerah tersebut. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi produk-produk unggulan atau yang berpotensi
sebagai unggulan yang ada di daerah kajian, sebagai dasar untuk melakukan analisis mengenai karakter basis ekonomi dan
masalah yang dihadapi. Luas daerah dan jumlah komoditas atau produk yang berpotensi sebagai unggulan yang ada di suatu
daerah, akan sangat berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk melakukan kajian, sehingga perlu dibuat alat bantu
yang akan mempercepat proses analisis data. Pada penelitian ini dibahas perancangan dan pembuatan aplikasi RIKM
(Rancangan Industri Kecil Menengah) untuk menyusun data base komoditas-komoditas unggulan pada sejumlah IKM yang
tersebar di Kabupaten Majalengka. Aplikasi tersebut dibuat dengan menggunakan Visual Basic VB.6. Berdasarkan hasil
aplikasi tersebut, Kabupaten Majalengka memiliki 9.348 unit usaha yang tersebar untuk 26 kecamatan, dengan penyerapan
tenaga kerja sebesar 45.913 orang.
Kata kunci – komoditas unggulan, kompetensi inti, databas
USULAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN PADA SEKTOR INDUSTRI PANGAN DI KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN METODE AHP QSPM (STUDI KASUS KABUPATEN MAJALENGKA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN SUB SEKTOR INDUSTRI PANGAN)
Komoditi Unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (pengusaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat).
Berdasarkan Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Pembangunan Industri Nasional. Bahwa setiap wilayah yang terdapat di Republik Indonesia harus mampu menciptakan komoditi unggulan berbasis daerah. Sasaran yang ditujukan dari Peraturan Presiden tersebut yaitu para pelakuk usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Kabupaten Majalengka merupakan suatu wilayah yang sedang melaksanakan pembangunan wilayah baik itu dalam pengembangan infrastruktur maupun pengembangan ekonomi daerah. Namun dalam menjalankan amanat Peraturan Presiden tersebut Kabupaten Majalengka masih belum memiliki satu komoditi unggulan untuk menunjang perekonimian daerah.
Hal ini lah yang mendasari Kabupaten Majalengka untuk menciptakan satu komoditi unggulan berbasis daerah. Sektor yang direncanakan untuk penentuan komoditi unggulan ini berasal dari sektor industri pengolahan dengan subsektor industri pangan seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka tahun 2005 - 2025.
Metode yang digunakan dalam penentuan komoditi unggulan untuk wilayah Kabupaten Majalengka ini yaitu metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan serangkaian indikator penilaian terhadap komoditi unggulan. Metode ini terdiri dari satu struktur hirarki yang didalamnya terdapat tujuan, kriteria, subkriteria dan alternatif. Sedangkan untuk rencana strategi pengembangan komoditi unggulan ini menggunakan metode Quantitative Strategis Planning Matrix (QSPM)
Berdasarkan hasil perhitungan pada setiap kriteria dan alternatif pilihan didapatkan bobot untuk kriteria bahan baku 0.309, Kemampuan pnyerapan tenaga kerja 0.183, Ciri khas produk 0.166, Harga 0.085, Pasar 0.080, Nilai Produksi 0.078, Lingkungan 0.046, Kebijakan dan Kelembagaan 0.029 dan Sosial 0.025. dari hasil pembobot kriteria didapatkan bahwa kriteria utama yang mempengaruhi dalam penentuan komoditi unggulan yaitu kriteria Bahan Baku.
Sedangkan untuk alternatif pilihan komoditi unggulan komoditi opak sebesar 0.194, Kue 0.168, Tahu 0.164, Rangginang 0.159, Keripik Singkong 0.126, Tempe 0.113 dan Gula Aren 0.079. Berdasarkan bobot yang didapat komoditi opak merupakan komoditi unggulan yang terpilih untuk Kabupaten Majalengka. Sedangkan hasil perhitungan untuk strategi pengembangan komoditi ini yaitu strategi penitrasi pasar memiliki nilai TAS 5.90, Pengembangan Pasar 5.95 dan Pengembangan Produk 6.40. Berdasarkan nilai TAS diatas maka strategi pengembangan yang sesuai untuk komoditi opak yaitu strategi Pengembangan Produk