8 research outputs found

    Test Various Estrus Detection Device Against Pregnancy Rates on Dairy Cows in Cooperative Tunas Setia Baru Kabupaten Pasuruan

    Get PDF
    This research aims to determine the use of various estrus detection devices before artificial insemination as measured by pregnancy rate. The researcher used a sample of 60 cows were used in this research which is divided into four groups as a control and treatment groups (Thermopin®, Hauptner and Draminski groups), and each cow was detected for the sign of estrus by three devices that were Thermopin®, Hauptner and Draminski prion when doing an artificial insemination. The cows were observed to 45 days after artificial insemination for observing pregnancy. This research method is the exploration scope to prove the effect of various estrus detection tool against pregnancy rates. The result of ANOVA test, there is the effect of using a various estrus detection devices against pregnancy rates. Samples tested by Draminski with average (1.53±0.51) resulted in a 53.3% pregnancy rate, the samples were tested with Hauptner with average (1.67±0,48) resulted in pregnancy rate 66.7%. Without treatment or control, sample with an average of (1.67±0.48) resulted in a  73.3% pregnancy rate. While samples were tested with Thermopin® with average (2.00±0.00) resulted in a 100% pregnancy rate. In conclusion, Thermopin® the best detection tool than other estrus detection devices. Keyword: estrus detection, artificial insemination, dairy cow, pregnancy rat

    Profil Gen Growth Hormone (GH) Sapi Hasil Persilangan Madura dan Limousin dengan Metode PCR-RFLP

    Get PDF
    The purpose of this research was to find out the Growth Hormone (GH) gene profile of the cross breeding between Madura cattle and Limousin cattle (Madrasin). Sampl in the form of cattle blood for this research was obtained from 14 Madrasin cattles in the area of Bangkalan, Madura, East Java. DNA extraction was performed then to provide the result for PCR RFLP, which then indicated that Madrasin cattle's GH gene profile has 432 base pair fragment length and the RFLP result indicated that Madrasin cattle's GH genetic was cut off into 180 base pair, 250 base pair, 300 base pair, and 400 base pair. Moreover, there was no V genetic to be found in GH genetic of Madura cattle. Keyword : Madura cattle, Limousin cattle, cross breeding, Growth Hormone, PCR-RFL

    Perkembangan Tingkat Kekebalan Ayam Yang Dipapar Eimeria tenella Berdasarkan Perubahan Patologi Anatomi, Produksi Ookista Dan Titer IgA Dan IgG

    Get PDF
    The development of immunity level of Eimeria tenella exposured chicken was examined based on pathology anatomy changes, oocysts production, lgA and lgG titres. Eighty broilers were divided into four groups and each group was eonsisted twenty. Then, every group was infected E. tenella for three times, each infection was administered a once two weeks for each age group, except control group was not infected anything (placebo). Pathological changes and clinical signs were dramatically decline on the st,cond and third infections compared with first infection for each age group. The number schizont of the second and third infections was lower than the first infection for each age group. Similarly, oocysls production of second vas higher than the second and third infection for 4 weeks old group (p<O.Ol ), whereas optical density of IgA of second infection was not significantly different with third in.tection. Several above variables could be used as representation of immunity level in the age level of E. tenella exposured chicken

    PEMAHAMAN MATERI KULIAH PATOLOGI UMUM DENGAN METODE CERAMAH DISERTAI MEDIA AUDIOVISUALDAN TUTORIAL STUDI KASUS

    Get PDF
    Mata Kuliah Patologi Umum Veteriner merupakan Mata Kuliah Wajib bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan yang memiliki beban 3 SKS dan dilaksanakan pada semester 4. Mata Kuliah ini biasanya diberikan dengan metode ceramah, sarat dengan pengertian-pengertian yang harus dihafal, sehingga kadang kala menimbulkan perasaan bosan. Penerapan metode pengajaran lain dengan tetap menggunakan metode ceramah namun disertai dengan media audiovisual serta tutorial studi kasus apakah merupakan metode yang efisien dan efektif untuk meningkatkan pemahaman materi kuliah Patologi Umum Veteriner ? Proses Belajar Mengajar mata kuliah ini menggunakan metode ceramah, praktikum dan juga tutorial yang dalam kesempatan tertentu juga menggunakan media audiovisual. Jumlah mahasiswa yang terdaftar sebanyak 125 orang, yang sebelum perkuliahan dimulai, kepada mereka dijelaskan mengenai Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Kontrak Perkuliahan dan Satuan Acara Pengajaran (SAP). Praktikum dilaksanakan, sesuai dan setelah pemberian mata kuliah, dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok sebanyak lebih kurang 30 – 31 mahasiswa selama 3 jam. Selama pelaksanaan praktikum, mahsiswa dibimbing oleh lima orang dosen pembimbing praktikum, dengan diskusi mengenai materi praktikum dan setelah itu kepada mahasiswa diwajibkan membuat laporan praktikum. Pelaksanaan tutorial disertai demonstrasi audiovisual dilaksanakan di Iuar jam kuliah dan praktikum. Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok (kelas parallel) dan masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 2 subkelompok. Materi diskusi adalah satu kasus yang diambil sesuai dengan topik perkuliahan yang baru selesai diberikan. Anggota subkelompok secara bergantian bertindak sebagai penyaji dan penyanggah. Hasil Evaluasi menunjukkan adanya sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun diharapkan bisa diterapkan metode-metode pembelajaran baru untuk lebih merangsang minat belajar dan juga peningkatan pemahaman terhadap mater kuliah Patologi Veteriner Umum. Peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran diharapkan juga bisa dipenuhi di masa-masa yang akan datang

    Boraks Mengakibatkan Penurunan Jumlah Sel Spermatogonium dan Sel Sertoli pada Gambaran Histopatologi Testis Tikus Putih

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pcnurunan jumlah sel spermatogonlum dan sel sertoli pada gambaran histopatologi testis tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar setelah diberi boraks dengan dosis uji toksisitas subkronis. Penelitian telah dilakukan pads 9 Juli 2013 sampai 29 September 2013 di Departemen Patologi Veteriner. Fakultas Kcdokteran Hewan. Universitas Airlangga. Penelitian ini menggunakan dua puluh ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar jantan yang berumur 45 hari dengan berat 200 gram Hewan coba dibagi menjadi empat kelompok perlakuan (PO, PI. P2. dan P3). P0 diberi aquadest steril 0.5 ml/ekor/hari, Pl diberi larutan boraks dosis 19 mg/ekor/hari. P2 diberi larutan boraks dosis 26 mg/ekor/hari. dan P3 diben larutan boraks dosis 37 mg,/ekor/hari. Penelitian ini dilakukan setama 14 hari untuk mengetahui efek toksisitas boraks pada testis. Data diuji statistik menggunakan Uji ANOVA dan Duncan. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05) yang berarti bahwa boraks dapat menyebabkan penurunan jumlah sel spermatogonium dan sel sertoli pada gambaran histologi testis tikus putih (Rattus norvegicus). boraks, dinatrium tetraboat dekahidrat. histopatologi testis

    The Effect Dry Duration on the Eimeria tenella Viability by Morphology, Caecal Pathological Changes and Oocyts Productions Observations

    No full text
    This research aim was to know the effëct of dry duration on the E. tenellavaibility by morphology, caecal pathological changes and oocysts production observation. The research used 20 broilers at 3 weeks old. The desig of present study was Completely Randomized with 5 treatments and 4 replications. Positive control (P0) was chicken administrated with 5000 normal infective oocysts. P1, P2, P3, and P4 were inoculated with 5000 oocysts had beên dried during 24h, 48h, 72h, 96h, respectively. The result showed there was significantly difference (p<O.05) of 96 hours dry of E. tenella oocysts in viability compared the other groups. The significantly decrease of E. teneliaoocysts viability in morphology, caecal pathological changes and oocysts production was shown at 96 hours dry of E. tenella. Moreover, there were not significantly difference among 24h, 48h, 72h dry of E. tenella oocysts in viability. ‘ caecal pathological changes, dry duration, E. tenella, morphology, oocysts productio

    Hubungan Antara Body Condition Score (BCS) dengan Produksi Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH).

    Get PDF
    The aim of this research was to observe the Body Condition Score (BCS) and milk production of Friesian Holstein (FH) dairy cattles. 144 of dairy cattles divided into 3 groups based on BCS 1-9 scale. The results showed that Y = 6.62 + 5.54X - 5.78X2. Coefficient of determination (R2) of 20.6 this mean any increase in milk production by 20.6% is affected by BCS. It can be concluded that there is a correlation between Body Condition Score (BCS) and milk production. The higher BCS (BCS 7-8) the lower milk production, while in ideal BCS production (5-6) the production of milk is optimize. Keywords: Body Condition Score, Milk Productio

    PEMAHAMAN MATERI KULIAH PATOLOGI UMUM DENGAN METODE CERAMAH DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL DAN TUTORIAL STUDI KASUS

    Get PDF
    Mata Kuliah Patologi Umum Veteriner merupakan Mata Kuliah Wajib bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan yang memiliki beban 3 SKS dan dilaksanakan pada semester 4. Mata Kuliah ini biasanya diberikan dengan metode ceramah, sarat dengan pengertian-pengertian yang harus dihafal, sehingga kadang kala menimbulkan perasaan bosan. Penerapan metode pengajaran lain dengan tetap menggunakan metode ceramah namun disertai dengan media audiovisual serta tutorial studi kasus apakah merupakan metode yang efisien dan efektif untuk meningkatkan pemahaman materi kuliah Patologi Umum Veteriner ? Proses Belajar Mengajar mata kuliah ini menggunakan metode ceramah, praktikum dan juga tutorial yang dalam kesempatan tertentu juga menggunakan media audiovisual. Jumlah mahasiswa yang terdaftar sebanyak 125 orang, yang sebelum perkuliahan dimulai, kepada mereka dijelaskan mengenai Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Kontrak Perkuliahan dan Satuan Acara Pengajaran (SAP). Praktikum dilaksanakan, sesuai dan setelah pemberian mata kuliah, dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok sebanyak lebih kurang 30 � 31 mahasiswa selama 3 jam. Selama pelaksanaan praktikum, mahsiswa dibimbing oleh lima orang dosen pembimbing praktikum, dengan diskusi mengenai materi praktikum dan setelah itu kepada mahasiswa diwajibkan membuat laporan praktikum. Pelaksanaan tutorial disertai demonstrasi audiovisual dilaksanakan di Iuar jam kuliah dan praktikum. Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok (kelas parallel) dan masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 2 subkelompok. Materi diskusi adalah satu kasus yang diambil sesuai dengan topik perkuliahan yang baru selesai diberikan. Anggota subkelompok secara bergantian bertindak sebagai penyaji dan penyanggah. Hasil Evaluasi menunjukkan adanya sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun diharapkan bisa diterapkan metode-metode pembelajaran baru untuk lebih merangsang minat belajar dan juga peningkatan pemahaman terhadap mater kuliah Patologi Veteriner Umum. Peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran diharapkan juga bisa dipenuhi di masa-masa yang akan datang
    corecore