61 research outputs found
Effect of Aging Time on the Synthesis of Fe-doped TiO2 Thin Films by Spin Coating Method
The synthesis of Fe-doped TiO2 thin film using spin coating method was studied. Effects of aging time on the deposited thin film were investigated. Titanium butoxide (C16H36O4Ti) as a precursor solution was mixed with the FeCl3. Spin coating process was carried out on three types of precursor solution: (1) spin-coating process performed immediately after the precursor solution was made, (2) spin-coating process performed after solution was aged for 24 hours, (3) aged for 24 and (4) spin-coating after aging the precursor for 72 hours. Heating was carried out on the resulting thin film at temperature of 400 °C. The morphology of TiO2 layers was characterized using Scanning Electron Microscope (SEM) and Atomic Force Microscope (AFM). Elemental and phase composition of the films was determined using EDX and X-ray diffraction (XRD). We found that the best TiO2 layer is obtained when spin-coating process is done after aging the precursor for 72 hours. The layer shows a more uniform particle distribution on the substrate and a more monodisperse particle size dominated by the anatase phase
Pengaruh Doping Al Pada ZnO Menggunakan Metode LPD Terhadap Efisiensi Dye Sensitized Solar Cells (DSSC)
Telah dilakukan pendopingan aluminium pada ZnO untuk meningkatkan efisiensi Dye Sensitized Solar Cells (DSSC). Sintesis lapisan ZnO dilakukan menggunakan metode Liquid Phase Deposition (LPD) pada suhu 80 oC selama 10 jam dengan variasi doping aluminium sebesar 0%; 1,0%; 1,5%; 2,0%; dan 2,5%. Sampel dikarakterisasi menggunakan XRD dan Spektroskopi UV-Vis sedangkan efisiensi DSSC diukur dengan menganalisis kurva I-V. Pola difraksi XRD lapisan ZnO tanpa dan dengan doping Al 1,5% memperlihatkan pola difraksi yang identik, yaitu terdapat puncak pada 2θ: 34o dan 36o yang menunjukkan karakteristik difraksi ZnO. Spektrum UV-Vis memperlihatkan absorpsi kuat pada panjang gelombang 280-380 nm yang berkaitan dengan energi gap 3,51; 3,50; 3,3; 3,11 dan 3,06 eV untuk doping 0%; 1,0%; 1,5%; 2,0% dan 2,5%, berturut-turut. Efisiensi DSSC sampel diukur menggunakan multimeter digital dan perangkat tambahan dengan intensitas cahaya 500-1500 Lux. Efisiensi tertinggi dihasilkan fotoanoda lapisan ZnO yang didoping aluminium 1,5%, yaitu sebesar 1,51% sedangkan terendah yaitu fotoanoda tanpa doping yaitu 0,33%. Sehingga pemberian doping 1,5% mampu meningkatkan efisiensi sebesar 463% dibandingkan DSSC tanpa doping. Doping of aluminium on ZnO has been done in order to increase the efficiency value of Dye Sensitized Solar Cells (DSSC). Synthesis of the ZnO layer used the Liquid Phase Deposition (LPD) method at 80 oC for 10 hours with aluminum doping variation of 0%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; and 2.5%. Sample characterization was performed by XRD and UV-Vis Spectroscopy, while DSSC efficiency was measured by analyzing I-V characteristics. The XRD diffraction patterns for undoped and 1.5% Al-doped samples display identical diffraction patterns, that there were peaks around 2θ: 34 and 36, which showed the characteristics of ZnO diffraction. The UV-Vis spectrum shows that strong absorption occurs in the wavelength range of 280-380 nm and the gap energy obtained is 3.51; 3.50; 3,3; 3.11 and 3.06 eV for 0%; 1.0%; 1.5%; 2.0% and 2.5%, respectively. The efficiency of DSSC samples was measured using a digital multimeter along enhancements with a light intensity of 500-1500 Lux. The highest efficiency is produced by 1.5% Al-doped ZnO of 1.51% while the lowest is undoped sample of 0.33%. The 1.5% Al-doped ZnO can increase efficiency by 463% compared to undoped one
Sintesis Lapisan Antikorosi Menggunakan Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia Catappa L) Sebagai Inhibitor Korosi pada Baja
Penelitian ini membahas tentang sintesis lapisan antikorosi dengan menggunakan ekstrak daun ketapang sebagai inhibitor yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan inhibitor dan perubahan arus listrik terhadap lapisan nikel dan mengetahui nilai laju korosi dan efisiensi inhibisi dari ekstrak daun ketapang. Dalam penelitian ini pembuatan lapisan diawali dengan mencampurkan bahan NiSO4, borid acid dan aquades yang kemudian penambahan inhibitor dengan konsentrasi 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2% volume inhibitor. Pelapisan dilakukan dengan metode elektrodeposisi. Pengukuran laju korosi baja menggunakan larutan korosif dilakukan dengan mencampurkan 2gram NaOH 1M dan 50ml aquades. Pengujian laju korosi sampel dilakukan selama 6 jam. Nilai efisiensi inhibisi yang paling opimal didapatkan pada penambahan konsentrasi inhibitor 1,5% yaitu sebesar 92,96%, dengan laju korosi terendah yaitu 0,76 Mpy. Konsentrasi inhibitor yang menghasilkan permukaan lapisan paling seragam yaitu pada konsentrasi inhibitor 1% dengan nilai efisiensi inhibisi 80,25%. Dengan analisis laju korosi menggunakan metode weight loss didapatkan pengaruh penambahan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi, dimana semakin meningkatnya konsentrasi inhibitor pada saat deposisi maka laju korosi akan semakin turun.. Karakterisasi permukaan baja setelah elektrodeposisi dilakukan pada sampel terbaik dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD) yaitu pada konsentrasi inhibitor sebesar 1% volume larutan. Karakterisasi dilakukan pada sampel sebelum dan setelah perendaman dalam medium pengkorosi. This article reports on the synthesis of an anti-corrosion coating using tropical almond leaf extract as an inhibitor. This research begins with the manufacture of layers using NiSO4, borid acid and distilled water. Then the addition of the inhibitor was carried out with a concentration of 0%, 0.5%, 1%, 1.5% and 2% by volume of the inhibitor. The coating was carried out by the electrodeposition method. The corrosion rate was determined by immersing the steel for 6 hours in a corrosive solution mixed with 2g NaOH 1M and 50mL distilled water. The most optimal inhibition efficiency value was obtained at the addition of the inhibitor concentration of 1.5%, namely 92.96%, with the lowest corrosion rate of 0.76 Mpy. The inhibitor concentration that produced the most uniform coating surface was 1% with an inhibition efficiency of 80.25%. Corrosion rate analysis using the weight loss method shows that the addition of inhibitor concentration reduces the corrosion rate. Characterization of the steel surface after electrodeposition was carried out using Scanning Electron Microscopy (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD). Characterization was carried out on the samples before and after immersion in the corroding medium with the optimum surface yield at concentration of 1% inhibitor.
Pengaruh Waktu Annealing Lapisan Tipis ZnO Terhadap Efisiensi Sel Surya Dye Sensitized Solar Cells (DSSC)
Telah diteliti pengaruh lama annealing lapisan tipis ZnO terhadap efisiensi Dye Sensitized Solar Cells. Lapisan ZnO yang ditumbuhkan kemudian di-annealing menggunakan furnace. Annealing dilakukan pada temperatur 450o C dengan durasi 1 - 5 jam. Lapisan ZnO yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan I-V Test, UV-VIS, dan XRD. Karakterisasi I-V menunjukkan bahwa efisiensi tertinggi 1,98% didapatkan pada sampel yang di-annealing selama 5 jam yang menghasilkan Voc 263 mV, Isc 0,274 mA, Pmax 27,05 μW, dan Fill Factor (FF) 0,37 ketika diiluminasi dengan intensitas cahaya 300 lux. Energi gap yang didapatkan dari karakterisasi UV-VIS sebesar 3,37 – 3,49 eV, sesuai dengan energi gap lapisan ZnO. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa struktur yang dihasilkan pada waktu annealing 2 jam adalah cubic dan pada waktu annealing 5 jam adalah hexagonal. Efisiensi tertinggi dihasilkan pada elektroda kerja lapisan ZnO yaitu sebesar 1,98% pada annealing 5 jam sedangkan efisien terendah 0,69% yaitu pada annealing 1 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa lama waktu annealing mempengaruhi efisiensi DSSC. The effect of annealing time on ZnO thin film of the Efficiency of Dye- Sensitized Solar Cell has been investigated. The grown ZnO films were annealed in a furnace for 1 - 5 hours at a temperature of 450oC. The deposited ZnO films were characterized using the I-V test, UV-VIS, and XRD. The I-V test shows that the highest of efficiency value of 1.98% was obtained for the sample annealed 5 hours with Voc 263 mV, Isc 0,274 mA, Pmax 27,05 μW, and Fill Factor (FF) was 0,37 when illuminated with 300 lux light intensity. The bandgap width obtained from UV-Vis spectra is 3,37 – 3,49 eV, which agrees with the energy gap of ZnO film. The XRD characterization indicated that the ZnO annealed for 2 hours has a cubic structure, while that was annealed for 5 hours is hexagonal. The highest efficiency of DSSC with ZnO electrode layer was 1.98% obtained for the sample annealed for 5 hours, whereas the lowest efficiency 0.69% was obtained for the sample annealed for 1 hour. This result indicates that longer annealing time increases the efficiency of DSS
Ekstrak Kulit Batang Bakau sebagai Inhibitor Korosi Baja Komersil
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak kulit batang bakau sebagai inhibitor korosi baja komersil. Dalam penelitian ini dibentuk lapisan pada permukaan baja menggunakan metode elektrodeposisi. Lapisan dibuat dari pelarutan Nikel (II) sulfat 1M, asam borat 0,24 M dan aquades dengan tambahan ekstrak kulit batang bakau pada konsentrasi 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan 2,5% volume. Baja terkorosi dalam larutan NaOH 1 M selama 4,5 jam. Karakterisasi menggunakan mikroskop optik untuk semua sampel dan karakterisasi X-Ray Diffractometer (XRD) untuk sampel terbaik yaitu sampel yang telah dielektrodeposisi dengan konsentrasi inhibitor 2% sebelum dan sesudah korosi. Laju korosi diukur menggunakan metode kehilangan berat, dimana kehilangan berat baja berbanding lurus dengan laju korosi. Penambahan konsentrasi ekstrak kulit batang bakau dapat mengurangi kehilangan berat pada baja dan meningkatkan efisiensi inhibisi. Efisiensi inhibisi paling besar yaitu 83% dengan penambahan 2% dan 2,5% inhibitor. Karakterisasi menggunakan mikroskop optik menunjukkan baja dengan konsentrasi 2% adalah yang paling optimum karena tidak tergerus, tidak terbentuk endapan korosi dan permukaannya masih dalam keadaan halus setelah direndam dalam media korosif.Research on the effect of mangrove stem bark extract as an inhibitor of commercial steel corrosion has been conducted. This research produces a coating on the steel surface using the electrodeposition method. The coating was made from dissolving 1M nickel (II) sulfate, 0.24 M boric acid and distilled water with the addition of mangrove bark extract at a concentration of 0%; 0.5%; 1%; 1.5%; 2% and 2.5% by volume. Steel was electrodeposed for 3 minutes with a voltage of 3V. The steel corroded in 1 M NaOH solution for 4.5 hours. Characterization using an optical microscope for all samples and characterization of the X-Ray Diffractometer (XRD) for the best sample, namely samples that have been electrodeposed with 2% inhibitor concentration before and after corrosion. The corrosion rate was measured using the weight loss method, where the weight loss of steel is directly proportional to the corrosion rate. Increasing the concentration of mangrove bark extract can reduce weight loss in steel and increase inhibition efficiency. The greatest inhibition efficiency was 83% with the addition of 2% inhibitor. Characterization using an optical microscope shows that steel with a concentration of 2% is the most optimum because it is not eroded, no corrosion deposits are formed and the surface is still in a smooth state after immersing in corrosive media
PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh persen massa pembakaran serbuk kayu dan ampas tebu terhadap sifat mekanik dan fisis mortar. Bahan dicampur dengan komposisi 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% massa dari kedua jenis bahan tersebut. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kuat tekan, kuat tarik dan densitas apabila campuran ditambahkan hingga 15% massa, kemudian menurun kembali seiring penambahan konsentrasi pembakaran serbuk kayu dan ampas tebu. Nilai optimum sifat mekanis didapatkan pada konsentasri optimal, bagi pembakaran serbuk kayu adalah 15% massa sementara bagi pembakaran ampas tebu adalah 10% massa
Sintesis Lapisan Antikorosi Menggunakan Tanin Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia Catappa L) sebagai Inhibitor dengan Metode Elektrodeposisi dan Pencelupan
A research has been carried out on the effect of the Terminalia Catappa L extract as an inhibitor on the corrosion rate of commercial steel St-37. This study aims to form a layer on the steel surface. The coating using electrodeposition and immersion methods. The layers were made of 1 M CuSO4 solution, 0.24 M boric acid (H3BO3) and distilled water with the addition of Ketapang leaf extract at concentrations of 0%, 1%, 2%, 3%, 5%, 7%, 9% by volume in the electrodeposition method and 0%, 1%, 2%, 3%, 4% in the dyeing method. The characterization was carried out using an optical microscope and XRD characterization, while the corrosion rate and inhibition efficiency were obtained using the weight loss method. The optimum corrosion rate and efficiency of the inhibitor occurred at a variation of the inhibitor concentration of 3%. In the electrodeposition method the corrosion rate was 3.3 x 10-3 g/cm2.hour with 71% inhibition efficiency and in the immersion method the corrosion rate was 4.4 x 10-3 g/cm2.hour with 34% inhibition efficiency. The surface morphology of the steel coating using the electrodeposition and immersion methods obtained smooth and even results.
Sintesis Lapisan Titanium Dioxide dengan Doping Ganda Copper-Silver untuk Aplikasi Fotoanoda Dye Sensitized Solar Cell
Lapisan tipis TiO2 dengan doping ganda Cu-Ag untuk aplikasi fotoanoda Dye Sensitized Solar Cell telah disintesis. Lapisan disintesis dengan metode Doctor Blade dengan variasi konsentrasi doping Cu-Ag sebesar 0 mol%, 1 mol%, 2 mol%, 3 mol%, dan 4 mol%. Lapisan dikarakterisasi dengan X-ray Diffraction untuk mengetahui struktur, fasa, dan ukuran kristalnya. Karakterisasi X-ray diffraction dilakukan pada lapisan tanpa doping dan lapisan dengan doping 1%. Struktur yang dihasilkan adalah tetragonal dan fasa anatase. Ukuran kristal yang didapatkan dari pengolahan data X-ray diffraction dengan Metode Scherer adalah 58,74 nm untuk lapisan tanpa doping dan 57,54 untuk lapisan doping 1%. Nilai celah pita energi yang diperoleh dari karakterisasi UV-Vis Spectrometry lapisan memiliki celah pita energi dengan rentang 3,1 - 3,2 eV. Berdasarkan hasil penelitian, nilai celah pita energi semakin kecil dengan penambahan doping ganda Cu-Ag. Lapisan yang telah disusun menjadi DSSC tipe sandwich kemudian dikarakterisasi menggunakan perangkat I-V Test untuk mengetahui efisiensinya. Efisiensi maksimum yang dicapai adalah 2,46% Cu-Ag co-doped TiO2 thin film for photoanode of Dye-Sensitized Solar Cell application have been synthesized. The film was synthesized using the Doctor Blade method with different concentrations of Cu-Ag (0, 1, 2, 3, 4) mol %. The films were characterized by X-Ray Diffraction for their structural, phase, and crystallite size. X-ray diffraction did at undoped and 1% co-doped concentration. X-ray diffraction data revealed the formation of the tetragonal and anatase phase for both undoped and co-doped films. The crystallite size determined using the Scherer method is 58,74 nm for undoped films and 57,54 nm for 1% co-doped concentration films. UV-Vis spectrometry was used for the characterization of the optical properties of films. Films were having an average total band gap of 3,1 - 3,2 eV. From the investigation, the value of optical bandgap decreased by the increase of Cu-Ag concentration. The films that arranged to be sandwich-type then characterized by using the I-V test device. The maximum efficiency is 2.46% at 1% dopant addition
Ekstrak Daun Jambu Bol (Syzygium Malaccense) sebagai Inhibitor Korosi pada Kawat Ortodontik
Telah dilakukan pengujian inhibitor dari ekstrak daun jambu bol untuk menghambat laju korosi pada kawat ortodontik stainless steel. Penelitian dilakukan dengan merendam kawat menggunakan inhibitor yang bertujuan untuk mendapatkan lapisan pelindung pada permukaan kawat. Pengujian sampel dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan lama perendaman dengan inhibitor yaitu 18 jam, 24 jam, dan 48 jam. Setiap kelompok diberi variasi konsentrasi ekstrak daun jambu bol yaitu 0 g/L, 2 g/L, 4 g/L, 6 g/L, 8 g/L, dan 10 g/L untuk direndam dengan kawat ortodontik stainless steel. Media korosif berupa air liur buatan atau saliva buatan yang dibuat menggunakan komposisi saliva dari Fusayama Meyer. Pengukuran laju korosi dilakukan menggunakan metode weight loss yang juga menghasilkan nilai efisiensi inhibisi. Nilai laju korosi dan efisiensi inhibisi maksimal adalah pada sampel dengan konsentrasi 10 g/L dan lama perendaman 48 jam yaitu sebesar 1,19 mils per year (mpy), dan efisiensi inhibisinya sebesar 91,71%. Morfologi untuk mengamati permukaan menggunakan mikroskop optik dan menentukan fasa yang terbentuk menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Semakin lama perendaman sampel dengan inhibitor, maka inhibitor teradsorpsi lebih baik dan nilai laju korosi semakin kecil. Konsentrasi yang semakin meningkat akan menghasilkan laju korosi yang semakin kecil jika konsentrasi inhibitor yang diberikan tepat
- …