9 research outputs found

    IDENTIFIKASI POTENSI INDUSTRI KREATIF BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIK MALAYA

    Get PDF
    Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif memiliki peran dalam menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu. Kecamatan Kawalu memiliki potensi industri kreatif bordir yang tersebar diseluruh kelurahan dengan jumlah unit usaha industri kreatif bordir sebanyak 1.056 unit dengan jumlah tenaga kerja mencapai 10.288 orang dan Sebagian besar para pekerja berasal dari penduduk lokal Kecamatan Kawalu. Pada proses produksi bordir menggunakan teknologi yang sudah modern dengan penggunaan mesin bordir komputer. Untuk pemasaran produk bordir sudah dapat mencapai pasar nasional bahkan ada sebagian produk bordir yang sudah mencapai pasar internasional. Potensi industri kreatif bordir Kecamatan Kawalu perlu dikembangkan agar dapat terus menjadi ciri khas serta menjadi nilai tambah bagi perekonomian daerah serta untuk pengembangan ekonomi wilayah di Kota Tasikmalaya. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi industri kreatif dan pusat pertumbuhan potensi industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Agar sampai pada tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai dalam penelitian ini yaitu teridentifikasinya karakteristik industri kreatif bordir, teridentifikasinya tingkat partisipasi angkatan kerja industri kreatif bordir, teridentifikasinya pusat pertumbuhan potensi industri industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, teridentifikasinya potensi dan masalah industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya dan teridentifikasinya arahan pengembangan ruang kreatif, pusat kreatif dan sentra kreatif industri bordir di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Pendekatan studi yang dilakukan yaitu pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis TPAK untuk mengetahui tingkat partisipasi tenaga kerja pada industri kreatif bordir, analisis skalogram dan indeks sentralitas untuk mengetahui pusat pertumbuhan industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu. Selain itu dalam menganalisis karakteristik industri kreatif bordir dilakukan metode analisis deskriptif kuantitatif dan metode analisis deskriptif untuk mengidentifikasi potensi dan masalah terkait pengembangan industri kreatif bordir dan arahan pengembangan ruang industri kreatif di Kecamatan Kawalu. Output yang dihasilkan adalah potensi utama terkait pengembangan industri kreatif bordir di Kecamatan Kawalu adalah penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi karena sebagian besar masyarakat bekerja pada industri pengolahan khusunya industri kreatif bordir. Pusat pertumbuhan potensi industri kreatif bordir terletak pada Kelurahan Tanjung, Kelurahan Talagasari, Kelurahan Cilamajang, dan Kelurahan Karsamenak. Kata Kunci: Identifikasi, Potensi, Lokasi, Industri Kreati

    PENYISIHAN PARAMETER COD DAN TSS PADA AIR SUNGAI BUATAN DENGAN MENGGUNAKAN MUDBALL (DEDEK PADI, TANAH LIAT DAN EM AKTIF)

    Get PDF
    Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan. Semua mahluk hidup memerlukan air untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Air sungai termasuk salah satu jenis air permukaan yang banyak digunakan oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu tak hanya sebagai sumber air melainkan tempat membuang limbah termasuk limbah domestik. Hal ini berdampak pada pencemaran air sungai. Salah satu upaya penanggulangan pencemaran sungai oleh limbah domestik ini adalah dengan menyisihkan langsung kontaminan dari air sungai tersebut dengan menggunakan Mudball yang terbuat dari dedak padi, tanah liat dan EM1 aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang terdapat pada EM1 dan mudball yang terbuat dari (tanah liat, dedak kulit padi dan EM1 aktif) dan mengukur penyisihan COD dan TSS pada air sungai buatan dengan menggunakan mudball. Identifikasi dilakukan secara morfologi dan pewarnaan biakan untuk bakteri, kemudian dilakukan identifikasi morfologi juga untuk jamur. Hasil menunjukkan adanya perbedaan mikroorganisme yang ada pada EM1 aktif dengan Mudball dimana bakteri pada EM1 aktif yang teridentifikasi adalah Bacillus sp sedangkan pada Mudball bakteri yang diisolasi berbentuk baksil, gram negatif dan tidak berspora maka tidak termasuk jenis Bacillus sp. Untuk jamur yang teridentifikasi adalah Bipolaris sp pada EM1 aktif dan Mucor sp pada Mudball. Penelitian utama dilakukan untuk menentukan pH optimum Mudball dalam air sungai buatan dengan konsentrasi awal COD dan TSS masing-masing 100 mg/L dan 120 mg/L pada suhu 30oC, dilanjutkan dengan mengukur penyisihan COD dan TSS konsentrasi ekstrim (COD 400 mg/L dan TSS 350 mg/L) pada pH optimum, menentukan tipe sorpsi isoterm, dan mencari hubungan antara suhu dan diameter Mudball dengan penyisihan COD dan TSS air sungai buatan. Hasil yang didapat menunjukkan pH optimum sebesar pH 5 dengan efisiensi penyisihan nilai rata-rata COD sebesar 60,36% dan TSS sebesar 100%. Efisiensi penyisihan COD dan TSS pada konsentrasi ekstrim adalah masing-masing sebesar 42,86% dan 87,54%. Pola isotherm yang cocok untuk penyisihan COD adalah persamaan isotherm Freundlich dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 33,643 mg/gr sedangkan untuk TSS adalah persamaan isotherm BET dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 32,42 mg/gr. Terdapat korelasi antara suhu dengan penyisihan, serta antara diameter dan besarnya penyisihan. Penyisihan pada suhu 30oC lebih kecil dari pada 25oC dan semakin besar diameter Mudball semakin besar penyisihan. Kata Kunci: Adsorpsi, COD, EM1, Mudball, TS

    PENGARUH JUMLAH DATA TERHADAP AKURASI PERAMALAN DERET BERKALA BERBASIS EKSPERIMEN

    Get PDF
    Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. Hampir setiap keputusan yang dibuat oleh manajemen menggunakan pertimbangan peramalan. Teknik peramalan dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Model peramalan dengan teknik kuantitatif dikelompokkan lagi menjadi dua yaitu model deret berkala dan model kausal. Kriteria yang paling sering digunakan untuk pemilihan metode peramalan khususnya pada model deret berkala adalah akurasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi akurasi sebuah peramalan yaitu jumlah data, metode peramalan, pola data dan horizon waktu. Dari faktor-faktor tersebut belum ada penelitian yang meneliti pengaruh faktor jumlah data terhadap akurasi peramalan. Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jumlah data terhadap akurasi metode peramalan pada model deret berkala. Pengaruh jumlah data terhadap akurasi diketahui melalui desain eksperimen Latin Square Design dengan pengulangan sebanyak 10 kali. Faktor yang diteliti untuk diketahui pengaruhnya adalah jumlah data dengan level faktor 48, 60, 72 dan 84. Terdapat dua faktor lain yang menjadi pembatas randomisasi pada penelitian ini yaitu metode peramalan dan pola data. Metode peramalan yang digunakan adalah single moving average, double exponential smoothing, dekomposisi serta box-jenkins. Sedangkan pola data yang digunakan adalah pola data stasioner, trend, siklis dan musiman. Variabel respon yang digunakan adalah MAPE. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan software minitab dan Microsoft excel. Berdasarkan hasil eskperimen diketahui bahwa jumlah data berpengaruh secara signifikan terhadap akurasi metode peramalan pada model deret berkala. Artinya untuk mendapatkan akurasi yang baik pada peramalan deret berkala, jumlah data harus dipertimbangkan. Dengan bertambahnya jumlah data, akurasi peramalan semakin baik untuk semua metode peramalan dan pola data kecuali pada pola data stasioner. Jumlah data 72 dan 84 memiliki akurasi yang baik. Sehingga dapat disimpulkan jumlah data minimum yang memberikan akurasi baik untuk peramalan deret berkala adalah 72. Metode box-jenkins merupakan metode dengan akurasi yang terbaik untuk semua pola data dan jumlah data. Metode dekomposisi dapat digunakan sebagai alternatif jika karena suatu hal metode box-jenkins tidak dapat digunakan

    AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LADA BEREKOR (Piper cubeba L.) TERHADAP JENIS BAKTERI PATOGEN PADA FILLET AYAM SEGAR

    Get PDF
    Tailed pepper (Piper cubeba L.) is one type of medicinal plant that is almost extinct, whereas the potential of the plant is quite promising. National production of Tailed Pepper (Piper cubeba L.) is currently only around 223 tons/year, with an area of 517ha, meaning that productivity is only 0.43 tons/ha/year. If it is assumed that the population of ha is an average of 2,000 plantations, then Tailed Pepper (Piper cubeba L.) productivity is equivalent to 0.215 kg/ph/th. This level of productivity is still too low and has a great opportunity to be increased. Acetone, methanol, and ethanol extracts of Tailed pepper (Piper cubeba L.) are known to be effective against Gram positive bacteria and pathogenic fungi in the mouth, namely Staphylococcus aureus, Staphylococcus mutans, Candida albicans, and Staphylococcus cerevisiae by Aneja et al., 2010 regarding the antibacterial activity of Tailed pepper (Piper cubeba L.) was investigated out. This research was conducted to determine the microbial activity of 1% ethanol extract of tailed pepper (Piper cubeba L.), in them of disk diffusion assay (DDA), minimum inhibitory concentration (MIC), and minimum bactericidal concentration (MBC) against Salmonella Typhimurium, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Staphylococcus aureus and Listeria monocytogenes,and it’s a application of on fresh raw chicken fillet. The results of DDA show that Klebsiella pneumoniae and Listeria monocytogenes had the largest zone of diameter which were 7.4±0.5 mm and 7.5±0.00 mm, respectively. The MIC of 1.25 mg/mL was shown to inhibit Staphylococcus aureus and of 2.50 mg/Ml to inhibit Staphylococcus aureus. The application of fresh Tailled piper extract at a concentration of 5% with a time of immersion of 2 hours can be effectively reduced (P<0.05) total number of bacteria in raw chicken fillet at room temperature (25˚C). Keywords: Tailed Pepper (Piper cubeba L.), Antimicrobial activity, Disk Diffusion Assay (DDA), Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bactericidal Concentration (MBC

    ANALISIS PERBAIKAN FASILITAS COFFEE SHOP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD) (STUDI KASUS : DISTRICT EATERY AND COFFEE)

    Get PDF
    Perkembangan Industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang pesat data terakhir didapatkan pada tahun 2017 laju pertumbuhan menyentuh angka 9,23% atau diatas pertumbuhan industri sebesar 5,07% pada periode yang sama. Bagi para pelaku usaha hal ini dianggap persaingan dimana semakin pesatnya pertumbuhan Coffee Shop. Untuk mengatasi hal tersebut maka para pelaku usaha harus membuat inovasi yang diterapkan baik pada produk maupun fasilitas yang disediakan. Fasilitas yang baik merupakan fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan terhadap para penggunanya, akan tetapi penerapan fasilitas sering kali diabaikan. Fasilitas bukan hanya menarik akan tetapi harus diterapkannya kaidah ergonomi yang memiliki prinsip ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien) agar konsumen yang menggunakan merasakan kenyamanan dari fasilitas tersebut. District Coffee and Eatery, 372 Kopi, dan North Wood Coffe and Eatery merupakan contoh coffee shop yang berada di kota Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini digunakan oleh beberapa tinjauan pustaka sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian ini. Penerapan metode Ergonomic Function Deployment (EFD) merupakan metode pengembangan dari Quality Function Deployment (QFD) dengan menambahkan hubungan baru antara keinginan konsumen dan aspek ergonomi dari produk maupun fasilitas. Sama hal nya dengan QFD, EFD di dalamnya terdapat matriks hubungan yaitu House of Ergonomic Quality (HOEQ) yang dimana matriks ini merupakan upaya dari proses mengkonversikan Voice of customer terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi dari produk dan fasilitas. Berdasarkan hasil dari pengolahan data bahwa analisis perbaikan dengan menggunakan metode Ergonomic Function Deployment (EFD) menghasilkan rancangan yang akan menjadi pertimbangan pihak management coffee shop untuk dapat memperbaiki fasilitas yang telah ada sebelumnya. Dan juga berdasarkan penilaian yang telah dilakukan bahwa yang memilikii nilai terbesar merupakan coffee shop yang sesuai dan mendekati tercapainya voice of customer. Kata Kunci : Coffee Shop, Ergonomic Function Deployment (EFD), House of Ergonomic Quality (HOEQ), Voice of Custome

    Fluorescence lifetime imaging for diagnostic and therapeutic intravital microscopy

    No full text
    Intravital imaging is now widely performed using wide-field microscopy, endoscopy, and state-of-the-art multiphoton microscopy for research and clinical assessment applications. Fluorescence lifetime imaging is increasingly being used as a complementary technology to greatly enhance the specificity and sensitivity in the analysis of the various fluorophores present within an intravital image. The fluorescence lifetime of a fluorophore. The fluorescence lifetime distribution for a fluorophore is an intrinsic property, arising from the emission of photons of light in the decaying to its original energy state after its molecules are excited by a specific wavelength of light and remain in an excited state for a range of times. This behavior for individual autofluorescent fluorophores, dyes, drugs, fluorescent proteins and antibodies is most frequently summarized in terms of their average fluorescence lifetime. Fluorescence lifetime differences are then used to identify and discriminate between molecules in various applications, including the assessment of drug distribution and metabolism, and in quantifying cell responses for toxicology. Fluorescence lifetime imaging microscopy (FLIM) and tomography involves the spatial representation of the fluorescent lifetimes of all molecules within image collected over a specified time period and resolution. Autofluorescence lifetime differences between normal and cancerous tissues have been used to define surgical margins during intraoperative surgery. Recent advances have enabled the rapid and robust collection of fluorescence lifetime information from tissues with high-resolution at video-rate speeds using endoscopic probes. Fluorescence lifetime imaging, combined with multi-spectral and anisotropic analysis, yields detailed redox state data from within a cell, arising from its metabolic state and enables intravital analysis of the transport and metabolism of fluorescent probes in cells. Intravital fluorescence lifetime imaging is becoming an indispensable diagnostic approach with broad therapeutic and clinical applications
    corecore