103 research outputs found

    Colonel Muhammadin and Aman Nyerang’s Fight against the Dutch in Gayo Alas 1910-1950

    Get PDF
    The purpose of this study was to inform two warrior figures from Gayo, Colonel Muhammadin and Aman Nyerang who had not been recorded in the previously published historiography of the Aceh war. It was important regarding the dimension of the Aceh War which did not cover the coastal area, but also penetrat-ed into Gayo and Alas Land. The researchers conducted several colonial data searches to find the war activities of Colonel Muham-madin and Aman Nyerang. Several annual reports of the colonial government, namely the Koloniaal Verslag and Dutch-language newspapers, were two important sources. The collected sources were then verified through external and internal criticism, until a selected source was found. The available data were then critically read and analyzed to obtain information to answer problems being investigated. The study found out that both figures used different war strategies against the colonials. Aman Nyerang was a fighter who liked guerrilla tactics and used close range attacks armed with a dagger or machete. Muhammadin was a warrior figure who adopted modern war strategies, because he had received Japanese military education. He used such strategies in ambushing the enemy, including by placing snipers in his troops. Colonel Muhammad and Aman Nyerang in the Gayo war had an important role in defending the Aceh re-gion from Dutch rule. Therefore, the roles of both figures need to be recorded in the historiography using social history perspective to provide more comprehensive information for the next generation

    Relasi Budaya Arab-Melayu dalam Sejarah di Indonesia

    Get PDF
    Abstract This research reveal about culture of Arab-Malay could not escape the series of Islamization that is not separated from the contribution of the Arab nation. From man of the desert this is Islam exuberantly and check in Malay. His natural aridity, does not affect the subtlety of the attitude and friendliness of speak so unable to convince the population of the Islands for religious Unity. Of those entities in order to at maturity, and can synergize with the global community. The synergy of trade-Da'wah is no longer the offensive problems of Commerce, here in after have led to the phenomenon of history to mixture of both cultures. People Arabic or Malay has a cultural attachment that cannot be released. This makes the second Southeast Asian ethnic group as a vehicle of Islamic civilization in the other country of origin faced. In the regional area, nesting and Islamic showed to its light able to be felt until the present. Culture that woke up, became the unifying node that displays an openness and smoothness is maintained in a long time. This paper will peel back the issue of how Arab-Malay articulation happen and dialectical. --- Abstract Penelitian ini mengungkap tentang kebuadaayan Arab-Melayu tidak bisa lepas dari rangkaian  Islamisasi yang tidak lepas dari kontribusi bangsa Arab. Dari manusia padang pasir inilah Islam merimbun dan menyemak di lingkungan Melayu. Kegersangan alam tempat tinggalnya, tidak mempengaruhi kehalusan sikap dan keramahan bertutur sehingga mampu meyakinkan penduduk kepulauan untuk beragama Tauhid. Dari mereka entitas kemelayuan sampai pada maturitas, hingga dapat bersinergi dengan komunitas global. Sinergi dagang-dakwah bukan lagi menyinggung masalah perniagaan, selanjutnya telah membawa pada fenomena menyejarah yakni percampuran budaya keduanya. Orang Arab maupun Melayu memiliki keterikatan kultural yang tidak bisa dilepaskan. Kedua etnis ini menjadikan Asia Tenggara sebagai wahana tampilnya peradaban Islam yang berwajah lain dari negeri asalnya. Di kawasan regional tersebut, Islam bersarang dan menerang hingga sinarnya mampu dirasakan hingga masa kini. Budaya yang terbangun, menjadi simpul pemersatu yang menampilkan kehalusan dan keterbukaan yang terjaga di waktu yang lama. Makalah ini akan mengupas masalah bagaimana akluturasi Arab-Melayu terjadi dan berdialektika

    CONVOCAÇÃO PARA PARTICIPAÇÃO NA OLIMPÍADA DO CONHECIMENTO JURÍDICO 2019 DA ACADEMIA BRASILEIRA DE DIREITO CIVIL (ABDC)

    Get PDF
    OLIMPÍADA DO CONHECIMENTO JURÍDICO tem por propósito fomentar o estudo e a pesquisa do direito privado em todas as Faculdades de Direito, das Instituições de Ensino Superior (doravante denominada IES) públicas e/ou privadas

    Ilmu sejarah sebuah pengantar

    No full text
    x, 268 hlm.: 20 c

    Gerakan Millenarian Kaiin Bapa Kayah: Protes Sosial Petani Tangerang 1924

    No full text
    x, 112 hlm.; ilus.; 25 cm

    Pasang Surut Hubungan Politik Kesultanan Riau Lingga Dengan Pemerintah Kolonial Belanda 1824-1911

    No full text
    Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan politik Kesultanan Riau Lingga dengan Pemerintah Kolonial Belanda yang berlangsung dalam rentang tahun 1824-1911. Kesultanan Riau Lingga lahir pasca Traktat London 1824 banyak menjalin kesepakatan yang bersifat kontrak politik dengan Pemerintah Kolonial Belanda, akan tetapi perjanjian-perjanjian tersebut acap kali tidak menguntungkan bagi pihak Kesultanan Riau Lingga. Karena dinilai tidak menguntungkan bagi Kesultanan Riau Lingga, sultan-sultannya pun memberikan perlawanan dengan cara tidak menepati perjanjian-perjanjian tersebut. Akibatnya, Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah II sebagai sultan terakhir dimakzulkan oleh Belanda pada 1911, yang kemudian menghapus Kesultanan Riau Lingga pada 1913. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Temuan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan data-data yang diperoleh melalui kajian pustaka. Untuk membedahnya, penulis menganalisa penelitian ini menggunakan pendekatan politik, serta menggunakan teori dependensi yang digagas oleh Theotonio Dos Santos. Hubungan yang berlangsung di antara keduanya sangat menguntungkan bagi Pemerintah Kolonial Belanda yang bertindak sebagai penjajah. Sedangkan Kesultanan Riau Lingga harus menelan banyak kerugian. Hal tersebut tergambar dalam dokumen perjanjian-perjanjian yang tertuang. Mulai dari berkurangnya daerah kekuasaan Kesultanan Riau Lingga, monopoli perdagangan oleh Belanda, pengebirian kuasa sultan, sampai dengan kewajiban melegitimasi kekuasaan yang dituntut Belanda, merupakan poin-poin yang merugikan bagi Kesultanan Riau Lingga.x,81hlm,25c
    corecore