198 research outputs found

    Pembentukan Varietas Kedelai Adaptif Lahan Kering Masam

    Full text link
    Program perluasan areal tanam perlu mendapat perhatian khusus untuk percepatan peningkatan produksi kedelai di dalam negeri, dalam upaya mengurangi impor yang semakin meningkat. Sumberdaya lahan kering yang terdapat di Indonesia masih cukup luas bagi pengembangan areal pertanian termasuk perluasan areal kedelai. Potensi pengembangan areal kedelai di lahan kering Sumatera (termasuk lahan terlantar) diperkirakan seluas 5,7 juta hektar dan pada umumnya tergolong masam. Untuk mendukung pengembangan kedelai pada agroekologi tersebut diperlukan ketersediaan varietas yang sesuai (adaptif) pada lahan masam. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian telah menghasilkan varietas baru kedelai yang sesuai pada lahan kering masam di Sumatera, yaitu Tanggamus, Sibayak dan Nanti, yang dilepas pada tahun 2001. Dari 22 lingkungan pengujian di lahan kering masam Sumatera (Lampung, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara), varietas Tanggamus, Sibayak dan Nanti masing-masing memberikan hasil rata-rata 1,7 t/ha; 1,6 t/ha; dan 1,4 t/ha. Varietas Tanggamus memiliki adaptasi yang lebih luas dibandingkan dengan varietas Sibayak dan Nanti. Varietas Sibayak dan Nanti lebih adaptif masing-masing di lahan masam Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Diseminasi varietas baru tersebut dan pembinaan sistem perbenihannya diperlukan untuk pengembangan tanaman kedelai di lahan kering masam

    Pengembangan Inovasi Pertanian di Lahan Rawa Pasang Surut Mendukung Kedaulatan Pangan

    Full text link
    Dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan kedaulatan pangan di dalam negeri. Strategi utama untuk mencapai tujuan tersebut ialah peningkatan produktivitas dan perluasan area tanam terutama ke lahan rawa pasang surut yang tersedia cukup luas di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk mendukung program tersebut memiliki peluang yang cukup besar karena sudah tersedia berbagai inovasi teknologi, seperti teknologi pengelolaan air dan tanah (tata air mikro, penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan), varietas baru yang adaptif dan produktif, serta alat dan mesin pertanian. Untuk optimalisasi pemanfaatan dan keberlanjutan sistem usaha tani di lahan rawa pasang surut, Badan Litbang Pertanian telah menyusun model pengembangan lahan rawa pasang surut, yang implementasinya dilaksanakan bersama dengan pemerintah daerah. Beberapa tantangan yang dihadapi ialah keterbatasan infra-struktur pertanian, lemahnya penguasaan teknologi oleh petani, keterbatasan modal petani, kelembagaan penunjang belum berkembang, dan belum optimalnya komitmen berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah yang kondusif dan relevan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut

    THE ROLE OF FINANCIAL LITERACY IN CREATIVE INDUSTRY GROWTH: WOMEN ENTREPRENEUR STUDY OF DONGGALA WOVEN FABRIC INDUSTRY

    Get PDF
    Having a financial literacy is vital to get a prosperous life. Proper financial management supported by good financial literacy is expected to increase the standard of living. This term is applied to every income level as no matter how much someone's income level is, without having good financial management, it is surely hard to achieve financial security. This study aims to (1) analyze factors affecting women entrepreneur financial literacy of Donggala woven fabric creative industry player, (2) analyze the role of financial literacy in creative industry growth. The object of this study was 34 women entrepreneur selected randomly. The data were analyzed using multiple regression analysis. The result shows that the factor of education (sig. 0.883), age (sig. 0.494), and the length of business (0.383) has no significant influence on the level of women entrepreneur financial literacy of Donggala woven fabric creative industry player (α: 0.05). Except for training financial factor (sig. 0.002), it has a significant influence on the level of women entrepreneur financial literacy. The same goes to the financial literacy (sig. 0.001) having significant influence over the creative industry growth of Donggala woven fabric in Central Sulawesi-Indonesia

    Pengaruh Pengolahan Tanah Sawah Bekas Padi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah pada beberapa varietas kedelai terhadap populasi gulma, pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan di Kebun Percobaan Mojosari, Jawa Timur pada MK II 2012. Jenis tanah Regosol dengan ketinggian tempat 87 m diatas permukaan laut. Rancangan percobaan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor I terdiri dari 4 varietas, yaitu : (1) Anjasmoro, (2) Argomulyo, (3) Burangrang, dan (4) Kaba. Faktor II terdiri dari 3 olah tanah, yaitu : (1) Tanpa Olah Tanah (TOT), (2) Olah Tanah Baris (OTB), (3) Olah Tanah Sempurna (OTS). Ukuran plot 5 m x 3 m dengan jarak tanam 40 cm antar baris dan 15 cm dalam baris dengan dua tanaman per lubang. Pupuk Ponska (300 kg/ha) diberikan sepanjang baris tanam. Analisis varian menunjukkan bahwa hampir semua peubah tidak dipengaruhi oleh interaksi varietas x sistim oleh tanah, kecuali jumlah cabang pada umur 30 dan 72 hari, dan jumlah biji per tanaman. Oleh karena semua peubah tidak dipengaruhi oleh sistim olah tanah, maka penanaman kedelai setelah padi sawah dapat dilakukan tanpa olah tanah terlebih dahulu. Tujuh dari 11 peubah yang diamati dipengaruhi oleh varietas, termasuk hasil dan bobot 100 biji. Varietas Anjasmoro dan Kaba memberikan hasil tertinggi (2,6 t/ha), sehingga kedua varietas tersebut dapat dianjurkan untuk wilayah/agroekologi yang serupa dengan lokasi penelitian

    KARAKTERISTIK KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM

    Get PDF
    Banyaknya kendala yang membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti kemasaman tanah, keracunan unsur mikro dan kahat unsur makro mengakibatkan hasil biji di lahan kering masam tidak setinggi di lahan optimal. Oleh karena itu awal dari perakitan kedelai untuk lahan kering masam terutama diarahkan untuk perbaikan hasil biji. Secara genetik perbaikan hasil biji menghadapi kendala berupa rendahnya keragaman genetik dan heritabilitas yang tergolong sedang. Genotipe kedelai toleran lahan kering masam biasanya memiliki ukuran biji yang tergolong kecil. Di lain pihak, petani dan industri berbahan baku kedelai lebih senang menggunakan kedelai berbiji besar daripada kedelai berbiji kecil, sehingga selain perbaikan hasil biji juga diperlukan perbaikan ukuran biji. Kendala yang juga dihadapi dalam perbaikan ukuran biji adalah heritabilitas tergolong sedang, namun keragaman genetiknya tergolong luas. Kemajuan yang dicapai dalam perakitan varietas kedelai toleran lahan kering masam saat ini berpeluang untuk diperolehnya kedelai berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar daripada varietas yang sudah dilepa

    PENGARUH FAKTOR HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN TIANG PANCANG PRATEKAN DI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Pertumbuhan pasar yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pesaing dalam industri tiang pancang pratekan dan banyaknya jenis pondasi substitusi seperti pondasi tiang yang dibuat dilokasi proyek dan pondasi patent yang juga memasuki pasaran pondasi bangunan gedung bertingkat sangat berpengaruh pada besarnya volume penjualan produk tiang pancang WIKA di Jawa Timur

    PENGARUH PENGOLAHAN TANAH SAWAH BEKAS PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

    Get PDF
    ABSTRACT The Influence of the Former Paddy Soil Cultivation on the Growth and Yield of Soybean. The study aimed to determine the effect of soil tillage on growth and yield of soybean after rice in rainfed lowland. The experiment was conducted in rainfed soil after harvesting of rice in Mojosari Experimental Farm, East Java during late dry season 2012. The soil type is Regosol with 87 m above sea level. The factorial randomized experimental design with two factors and three replications was used. The first factor consists of four varieties, namely: (1) Anjasmoro, (2) Argomulyo, (3) Burangrang, and (4) Kaba. The second factor consisted of three soil preparation (tillage), namely: (1) No tillage, (2) Soil tillage in row of the plant, (3) Soil tillage properly. Plot size was 5 m x 3 m with plant spacing of 40 cm between rows and 15 cm within row with two plant per hill. The fertilizer of Ponska (300 kg/ha) were applied along the rows at the planting time.  The analysis of variances showed that most of the soybean characters were not affected by soil tillage system x cultivar interaction, except number of branches at 30 and 72 days after planting and number of seed per plant. Since all characters observed were not affected by soil tillage system, the zero tillage system for growing soybean after rice could be suggested. Seven of eleven characters observed were affected by cultivars, including yield and seed weight. Since both cultivars, namely Anjasmoro and Kaba gave the higher yield (2.6 t/ha) compared to the others, therefore, those cultivars were suggested to the farmers in the areas. Keywords: Soybeans varieties, tillage, rainfed lowlandABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengolahan tanah pada beberapa varietas kedelai terhadap populasi gulma, pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan di Kebun Percobaan Mojosari, Jawa Timur pada MK II 2012. Jenis tanah Regosol dengan ketinggian tempat 87 m diatas permukaan laut. Rancangan percobaan acak kelompok faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor I  terdiri dari 4 varietas, yaitu : (1) Anjasmoro, (2) Argomulyo, (3) Burangrang, dan (4) Kaba. Faktor II terdiri dari 3 olah tanah, yaitu : (1) Tanpa Olah Tanah (TOT), (2) Olah Tanah Baris (OTB), (3) Olah Tanah Sempurna (OTS). Ukuran plot 5 m x 3 m dengan jarak tanam 40 cm antar baris dan 15 cm dalam baris dengan dua tanaman per lubang. Pupuk Ponska (300 kg/ha) diberikan sepanjang baris tanam. Analisis varian menunjukkan bahwa hampir semua peubah tidak dipengaruhi oleh interaksi varietas x sistim oleh tanah, kecuali jumlah cabang pada umur 30 dan 72 hari, dan jumlah biji per tanaman. Oleh karena semua peubah tidak dipengaruhi oleh sistim olah tanah, maka penanaman kedelai setelah padi sawah dapat dilakukan tanpa olah tanah terlebih dahulu. Tujuh dari 11 peubah yang diamati dipengaruhi oleh varietas, termasuk hasil dan bobot 100 biji. Varietas Anjasmoro dan Kaba memberikan hasil tertinggi (2,6 t/ha), sehingga kedua varietas tersebut dapat dianjurkan untuk wilayah/agroekologi yang serupa dengan lokasi penelitian. Kata kunci: Varietas kedelai, olah tanah, gulma, sawah tadah huja
    corecore