19 research outputs found

    Perbedaan Daya Antibakteri antara Klorheksidin Diglukonat 2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Berbagai Konsentrasi (Tinjauan terhadap Enterococcus Faecalis) Differences Of Antibacterial Power Between Chlorhexidine Digluconate 2% And Vari

    Get PDF
    Latar belakang: Enterococcus faecalis merupakan bakteri patogen penyebab kegagalan paska perawatansaluran akar karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan mentoleransi secara ekologis pada kondisiperawatan saluran akar yang gagal. Pemberantasan Enterococcus faecalis dari saluran akar dapat dilakukan salahsatunya dengan penggunaan bahan irigasi. Salah satu bahan irigasi yaitu klorheksidin diglukonat 2% yang efektifmelawan Enterococci dan jamur, namun tidak dapat melarutkan jaringan. Klorheksidin diglukonat 2% dapatmenimbulkan reaksi alergi apabila digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama. Bahan alternatifirigasi lain untuk menghindari reaksi alergi tersebut yaitu ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) yangdapat berfungsi sebagai antibakteri. Adanya kandungan tanin di dalam daun jambu biji (Psidium guajava Linn)dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Tujuan penelitian: untuk mengetahuiperbedaan keefektivitasan daya antibakteri antara klorheksidin diglukonat 2% dengan berbagai konsentrasiekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn). Desain penelitian: eksperimental laboratories in vitro denganmetode difusi sumuran agar pada media TSA. Media TSA di olesi Enterococcus faecalis kemudian ditetesilarutan uji khorheksidin diglukonat 2%, aquabides steril dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 20%,40%, 60% dan 80%. Perhitungan daya antibakteri dengan mengukur zona radikal menggunakan slidding caliper.Data dianalisis menggunakan uji One Way Anova dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian: klorheksidindiglukonat 2% memiliki daya antibakteri yang lebih tinggi terhadap Enterococcus faecalis dibandingkan denganekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%. Konsentrasi ekstrak daun jambu biji(Psidium guajava Linn) sebesar 60% memiliki daya antibakteri paling tinggi dibandingkan konsentrasi lainsehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar

    A Glycemia Risk Index (GRI) of Hypoglycemia and Hyperglycemia for Continuous Glucose Monitoring Validated by Clinician Ratings

    Get PDF
    BackgroundA composite metric for the quality of glycemia from continuous glucose monitor (CGM) tracings could be useful for assisting with basic clinical interpretation of CGM data.MethodsWe assembled a data set of 14-day CGM tracings from 225 insulin-treated adults with diabetes. Using a balanced incomplete block design, 330 clinicians who were highly experienced with CGM analysis and interpretation ranked the CGM tracings from best to worst quality of glycemia. We used principal component analysis and multiple regressions to develop a model to predict the clinician ranking based on seven standard metrics in an Ambulatory Glucose Profile: very low-glucose and low-glucose hypoglycemia; very high-glucose and high-glucose hyperglycemia; time in range; mean glucose; and coefficient of variation.ResultsThe analysis showed that clinician rankings depend on two components, one related to hypoglycemia that gives more weight to very low-glucose than to low-glucose and the other related to hyperglycemia that likewise gives greater weight to very high-glucose than to high-glucose. These two components should be calculated and displayed separately, but they can also be combined into a single Glycemia Risk Index (GRI) that corresponds closely to the clinician rankings of the overall quality of glycemia (r = 0.95). The GRI can be displayed graphically on a GRI Grid with the hypoglycemia component on the horizontal axis and the hyperglycemia component on the vertical axis. Diagonal lines divide the graph into five zones (quintiles) corresponding to the best (0th to 20th percentile) to worst (81st to 100th percentile) overall quality of glycemia. The GRI Grid enables users to track sequential changes within an individual over time and compare groups of individuals.ConclusionThe GRI is a single-number summary of the quality of glycemia. Its hypoglycemia and hyperglycemia components provide actionable scores and a graphical display (the GRI Grid) that can be used by clinicians and researchers to determine the glycemic effects of prescribed and investigational treatments

    Behaviour and design of fixed-ended steel equal-leg angle section columns

    No full text
    The mechanical behaviour and design of fixed-ended steel equal-leg angle section members subjected to axial compression are addressed in this study. First, the critical buckling behaviour is described. Experimental data on steel equal-leg angle section columns collected from the literature are then used for the validation of numerical (shell finite element) models, developed within the commercial package ABAQUS. Validation is performed by means of comparisons between test and numerical results, considering ultimate loads and failure modes, all of which are shown to be generally in good agreement. A numerical parametric study is then presented considering steel angle section columns with a wide range of slenderness values. The behaviour and load-carrying capacity of the columns is shown to be dependent on, not only the column slenderness, but also the ratio of the elastic torsional-flexural buckling load to the elastic minor-axis flexural buckling load. Finally, the collected experimental and generated numerical results are used to develop a new design approach, suitable for incorporation into future revisions of Eurocode 3, for fixed-ended steel equal-leg angle section columns, reflecting the observations made. The proposed approach offers improved accuracy and consistency in strength predictions compared to the existing codified design rules. The reliability of the new design approach, with a recommended partial safety factor γM1 = 1.0, is verified following the EN 1990 procedure

    Ekstraksi dan Karakterisasi Mikroselulosa dari Rumput Laut Coklat Sargassum SP. sebagai Bahan Penguat Bioplastik Film

    Full text link
    Sargassum sp. merupakan rumput laut coklat yang banyak tumbuh disepanjang pantai Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengekstraksi mikroselulosa dari rumput laut coklat Sargassum sp. yang diambil dipantai daerah Banten. Selulosa dan mikroselulosa diekstraksi melalui dua tahapan yaitu proses alkalinisasi dengan kalium hidroksida (KOH) dan dilanjutkan proses hidrolisis dengan asam sulfat (H2SO4). Variable konsentrasi optimal KOH untuk menghasilkan selulosa adalah 0,1%, 0,7% dan 1,3% (b/v), dengan karakterisasi gugus fungsi produk menggunakan Fourier-Transform Infra Red (FTIR). Hasilnya menunjukkan bahwa pola spektrum FTIR selulosa dengan alkalinisasi pada konsentrasi KOH 0,1% dan 0,7%, (b/v) berbeda dengan pola spektrum selulosa dengan konsentrasi KOH 1,3% b/v Optimalisasi proses hidrolisis untuk menghasilkan mikroselulosa dilakukan dalam H2SO4 1 M dengan variabel kecepatan pengadukan 1000 rpm, 1500 rpm, dan 2000 rpm serta variabel waktu proses 30 menit dan 90 menit. Spektrum FTIR mikroselulosa dari semua variabel menunjukkan pola yang sama. Bentuk permukaan selulosa hasil foto Scanning Electron Microscope (SEM) dengan pembesaran 100.000 kali terlihat seperti bulatan, sedangkan mikroselulosa berbentuk garis panjang. Penambahan mikroselulosa pada bioplastik pati tapioka/kitosan menghasilkan bioplastik yang lebih tahan terhadap air dibuktikan dengan sisa bioplastik lebih panjang dibanding blanko setelah direndam selama 8 hari

    Pengabdian Kepada Masyarakat Bakti Sosial Bersama Jamaah Masjid Fatmah Hidayah

    Full text link
    Masjid Jami Fatmah Hidayah merupakan salah satu masjid yang terletak di Kelurahan Cicaheum kota Bandung yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga memiliki peran sebagai sarana interaksi masyarakat. Berbagai kegiatan dapat dilakukan di dalam masjid, mulai dari kegiatan ibadah rutin seperti shalat wajib, shalat Jum'at hingga kegiatan edukasi seperti majelis Ta'lim serta dilengkapi dengan Fasilitas Pendidikan anak (Madrasah). Namun seringkali peran masjid tidak berfungsi optimal akibat dari ketersediaan sarana dan prasarana. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian difokuskan pada pengadaan dan optimalisasi sarana dan prasarana Masjid Jami Fatmah Hidayah meliputi pengadaan mukena, alat kebersihan, serta dekorasi ruang belajar madrasah. Selain itu, dalam pelaksanaan pengabdian juga terjadi interaksi dengan pengurus DKM dan murid Madrasah Fatmah Hidayah. Interaksi meliputi sosialisasi kegiatan hingga turut serta dalam kegiatan belajar-mengajar. Langkah yang dilakukan dalam pengabdian meliputi: (1) Pengadaan sarana pendukung, (2) Optimalisasi dan perawatan sarana yang sudah ada, dan (3) Interaksi melalui keterlibatan di dalam kelas
    corecore