20 research outputs found

    Effect Model Discourse Multy Reprecentasy (Dmr) the Improvement of Students Mathematic Comprehenssion Skills

    Full text link
    This research based  on weaknesses of mathematic comprehenssion skills on student elementary school. This problem happened, because the student not active at the study. Mathematic comprehenssion is a skill to absorb and understand ideas. Remembered  mathematic comprehenssion siklls  that so important, need an effort to increase that mathematic comprehenssion skills, one of them alternative to solve the problem  use the model Discourse Multy Reprecentasy (DMR). DMR have an orientation  to contruction and USAge media with group study setting. This reseach aims to know (1)the improvement mathematic comprehension skills about use the model DMR study, (2) a differently about DMR study with convensional study. Population in this reseach are student at grade V in  Cileunyi Subdistrict. Then Sample this research that 30 studen at grade V Cimekar elementary school as experiment class and 30 student at grade V Sukarasa elementary school. Sample choosen by sampling purposive tehnichque. Reseach method that use Quasi Experiment type Nonequivalent Control Group Design. Instrument in this reseach used quesion test comprehenssion mathematic skills, after that data analyze use t-test and the observasion page analyzing  by descriptive. This reseach result indicate that: (1) exist a escalation comprehenssion mathematic skills to student after given a treatment with DMR, (2)  exist a different divide DMR and convensional. This is evidenced by the  comparison data gain of experiment class an control class of 0,4739 and 0,1844. Model DMR can be used in an effort to improve students mathematic comprehenssion skills

    Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD dalam Pembelajaran Matematika dengan Model Diskursus Multy Representation (Dmr)

    Full text link
    Matematika merupakan suatu ilmu yang sifatnya universal dan mampu berintegrasi dengan mata pelajaran lain. Salah satu tujuan pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan konsep matematika dalam konteks pemecahan masalah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, siswa cenderung kesulitan dalam menyelesaikan persoalan terkait pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis karena dalam pembelajaran siswa tidak terbiasa berpikir secara kreatif. Untuk itu diperlukan upaya nyata dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu upaya yang diambil yakni melalui pembelajaran matematika dengan model Diskursus Multy Representation (DMR). Pembelajaran dengan model DMR merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan karena menghadapkan siswa kepada bekerja secara berkelompok, supaya dapat mengeluarkan daya representasi yang dimiliki oleh diri siswa

    Pengembangan Model Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan

    Full text link
    This research is performed due to the presence of gap between the policy in the improvement of curriculum and the existing field‐condition in elementary school. On one side School‐Based Curriculum (KTSP) is expected to be applied in schools autonomously, on the other hand, neither the principals nor the teachers, especially of elementary schools, have had comprehensive understanding on the concept of School‐Based Curriculum, its construction process, as well as the implementation. The problem of this research, therefore, is ”How is a model for the construction of School‐Based Curriculum that refers to National Education Standard developed to result in School‐Based Curriculum (KTSP) document”?With reference to the above mentioned background, this research is purposed to offer facilities to schools, especially elementary schools, in the process of constructing School‐Based Curriculum that refers to the guideline of KTSP construction by Badan Standar Nasional Pendidikan (National Standard Agency for Education), so that they can have KTSP document. In other words, this research will result in a product of the process of School‐Based Curriculum (KTSP) model development for KTSP document. In order to achieve the objectives, this research is conducted using Research and Development approach. In the implementation, this research and development forms a cycle, which begins with a preliminary study to find an early product required. This early product is then developed in a certain condition, with a test, the result of which is revised and retested until the final product, which is considered satisfactory, is obtained. The validity of this final product is then examined. This research is conducted in elementary schools in Cileunyi District of Bandung Regency, of which the principal and the teachers become the subject of this research. Referring to the Research and Development measures, as mentioned above, the process of constructing School‐Based Curriculum (KTSP) contains two stages. The first stage is the work discussion of the team that consists of Headmaster as the chairman, teachers, and school committee, and involves related parties from the Subdistrict Office of National Education Department and experts (in this case: the research team), which produces book 1 containing general guideline of School‐Based Curriculum (KTSP) development. The second stage is the work discussion of the research team, Headmaster, and teachers, which produces book 2 consisting of six copies of books for each grade, from the first to the sixth. Suggestions put forward in this research is that the socialization of School‐Based Curriculum (KTSP) should be carried out in whole and applicable so as to give clear description of the process and product of School‐Based Curriculum (KTSP) construction to those school, since they –elementary schools in particular‐ have not been able to create School‐Based Curriculum (KTSP) autonomously

    Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Mencari Solusi Altenatif pada Penyelesaian SoalMatematika Sekolah Dasar

    Full text link
    Latar belakang dari penelitian ini berdasarkan hasil observasi ke SD di lingkungan Cileunyi Bandung, pada umumnya pembentukan keterampilan mencari solusi alternatif dari sebuah penyelesaian soal dalam pembelajaran matematika kurang diberikan pada siswa. Umumnya penyelesaian soal matematika, siswa digiring pada satu penyelesaian yang ada. Biasanya siswa diarahkan untuk menyelesaikan soal matematika dengan menggunakan cara yang biasa, yang diketahui guru dan cara tersebut merupakan satu-satunya cara yang harus dikuasai oleh siswa. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif terhadap soal-soal matematika yang diberikan sebelum dan setelah belajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah?” dan Apakah pembelajaran berbasis masalah berpengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif ketika menyelesaikan soal-soal matematika? Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan mencari solusi alternatif dari sebuah penyelesaian soal matematika melalui pembelajaran berbasis masalah. Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis eksperimen dengan desain penelitian pre-test pos-test tanpa kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes untuk melihat kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif terhadap soal-soal matematika, dan lembar observasi untuk melihat pembelajaran matematika berbasis masalah. Populasinya adalah seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar yang terdapat di lingkungan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Sampel penelitiannya dipilih secara acak berdasarkan sekolah, bukan berdasarkan siswa. Untuk kebutuhan pengujian hipotesis penelitian dilakukan uji statistik menggunakan uji t ketika memenuhi persyaratan uji t, yaitu normal dan homogen. Ketika tidak dipenuhi persyaratan untuk uji t, maka dilakukan uji nonparametrik menggunakan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif, terhadap soal-soal matematika yang diberikan, sebelum belajar menggunakan pembelajaran matematika berbasis masalah tergolong rendah. Kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif, terhadap soal-soal matematika yang diberikan, setelah belajar menggunakan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari rendah menjadi sangat tinggi. Pembelajaran berbasis masalah berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mencari solusi alternatif terhadap penyelesaian soal-soal matematika

    PERBANDINGAN SKOR IQ (Intellectual Question) PADA ANAK STUNTING DAN NORMAL

    Get PDF
    ABSTRAKIntroduction: Stunting is a condition in which a child experiences malnutrition or a lack of nutritional intake that lasts a long time (chronic) so that the child becomes short for his age. This situation will naturally result in stunted growth development if left unceasing, and will also affect the quality of his future, especially his intelligence. The incidence of stunting in South Sumatra Province is 26.9%. This figure is of course very high and needs serious attention, given that several theories state that stunting that persists in children over 2 years will have a major impact on children's health.Methods: This research uses observational analytic research method with unmatching case control design. The study was conducted in three sub-districts in Palembang City, and conducted in August - October 2019 with 150 samples. Data were analyzed by bivariate using chi square analysis.Results: this study shows that short / stunting children who get an average IQ score of upwards are 64% and those who get an average IQ score below 36%. Whereas the non-stunted children who get an average IQ score above are 72% and those who get an average IQ score below are 28% (p = 0,000, OR: 4.57 (95% CI: 2,1733 -9,6873).Conclusion: there is a significant difference in the scores of IQs of stunting and normal children (p=0,000). Children who suffer from stunting are 4.5 times more likely to get below average intelligence compared to children who are not stunting.Keywords: Stunting, Intellectual QuestionABSTRAKPendahuluan: Stunting merupakansuatu kondisi di mana anak mengalami malnutrisi atau kurangnya asupan gizi yang berlangsung lama (kronis) sehingga mengakibatkan anak menjadi pendek untuk seusianya. Keadaaan ini tentu saja akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan pertumbuhan jika dibiarkan terus menerus, dan juga akan mempengaruhi kualitas masa depannya khususnya kecerdasannya. Angka kejadian stunting di Provinsi Sumatra Selatan sebesar 26.9 % Angka ini tentu saja sangat tinggi dan perlu mendapat perhatian serius, mengingat beberapa teori menyebutkan bahwa stunting yang menetap pada anak di atas 2 tahun akan berdampak besar pada kesehatan anak.Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan desain unmatching case control. Penelitian dilakukan di tiga kecamatan di Kota Palembang yaitu Kecamatan Seberang Ulu I, Seberang Ulu II dan Sukarame dan dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2019 dengan 150 sampel. Data dianalisis dengan bivariate menggunakan analisis chi square.Hasil: penelitian ini menunjukkan bahwa Anak yang pendek/stunting yang mendapatkan nilai IQ rata-rata ke atas adalah sebesar 64% dan yang mendapatkan nilai skor IQ rata-rata ke bawah sebesar 36%. Sedangkan pada anak yang tidak stunting yang mendapatkan nilai skor IQ rata-rata ke atas adalah 72% dan yang mendapat nilai IQ rata-rata ke bawah adalah 28% (p = 0.000, OR:4,57 (95% CI:2,1733-9,6873).Kesimpulan: ada perbedaan signifikan nilai skor IQ anak yang stunting dan normal (p=0,000). Anak yang menderita stunting kemungkinan 4,5 kali mendapatkan kecerdasan rata-rata ke bawah dibandingkan dengan anak yang tidak stunting.Kata Kunci : Stunting, Kecerdasan intelektua

    Upava Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Beserta Lambang Bilangan pada Anak melalui Media Papan Flanel Modifikasi

    Full text link
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan kognitif anak dalam memahami konsep bilangan beserta lambang bilangan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan papan flanel modifikasi. Penggunaan papan flanel ini dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas terutama dalam meningkatkan aspek perkembangan kognitif anak dalam hal bilangan dan lambang bilangan, sehingga penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian yang digunakan yakni model penelitian John Elliot. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk meningkatkan aktivitas belajar anak dalam pembelajaran konsep bilangan beserta lambang bilangan, dan untuk mengetahui peningkatan pemahaman anak dalam konsep bilangan beserta lambang bilangan melalui beberapa tindakan selama tiga siklus. Partisipan dalam penelitian ini merupakan anak-anak kelompok A dengan jumlah anak 12 orang. Pengumpulan data diperoleh melalui hasil observasi, catatan lapangan, penilaian performa, wawancara, dan dokumentasi foto. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi. Secara kuantitatif data yang diperoleh akan dihitung dan dipersentasekan, secara kualitatif data yang diolah akan menjadi bentuk deskripsi, sedangkan triangulasi dilakukan dengan cara meramu hasil penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas belajar anak mengalami peningkatan, rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 mencapai 40,9%, siklus 2 mencapai 66,3%, dan siklus 3 mencapai 93,9%. Kemudian, kemampuan pemahaman anak dalam konsep bilangan beserta lambang bilangan mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari persentase rata-rata siklus 1 mencapai 42,4%, siklus 2 mencapai 67,6%, dan siklus 3 mencapai 93,6%, sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa media papan flanel modifikasi dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan beserta lambang bilangan pada anak

    Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Dasar dengan Penggunaan Media Cerita Bergambar Dibandingkan Media Dialog Narasi

    Full text link
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Kenyataan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar relatif tidak terlalu disenangi siswa. Salah satu penyebabnya adalah suasana belajar mengajarnya kurang menyenangkan, minat belajar yang rendah, dan siswa kurang terfokus pada konsep yang dipelajari. Media cerita bergambar dan media dialog narasi memungkinkan pembelajaran menjadi lebih rileks, menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan, serta siswa terfokus kepada konsep yang dipelajari. Tujuan penelitian ini mengungkap seberapa besar pengaruh penggunaan media cerita bergambar dan media dialog narasi terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dan apakah terjadi perbedaan pengaruh secara signifikan dari penggunaan dua jenis media berbeda tersebut terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain kontrabalance. Pada fase pertama kelompok ke satu memperoleh perlakuan dengan media cerita bergambar, sedangkan kelompok ke dua memperoleh perlakuan dengan media dialog narasi. Fase ke dua ditukar, kelompok ke satu menerima media dialog narasi, kelompok ke dua menerima media cerita bergambar. Hasil penelitian memberi kesimpulan bahwa terjadi pengaruh peningkatan terhadap kemampuan penalaran matematis siswa dalam taraf sedang bagi kelompok-kelompok yang belajarnya menggunakan media cerita bergambar, sedangkan hanya terjadi peningkatan dalam taraf cenderung rendah dan rendah terhadap kemampuan penalaran matematis bagi kelompok-kelompok yang belajarnya menggunakan media dialog narasi. Serta ada perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan penalaran matematis siswa antara kelompok yang belajarnya menggunakan media cerita bergambar dibandingkan kelompok yang belajarnya dengan media dialog narasi. Kelompok yang menggunakan media cerita bergambar lebih baik dibandingkan kelompok yang belajarnya dengan media dialog narasi
    corecore