59 research outputs found

    Studi Aktivasi Arang dari Tempurung Kelapa dengan Pengozonan

    Get PDF
    Penelitian tentang pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa dengan pengozonan telah dilakukan. Arang hasil aktivasi dengan pengozonan kemudian dibandingkan kualitasnya dengan arang aktif hasil aktivasi ZnCl2. Arang dari tempurung kelapa dikarbonisasi pada temperatur 600 ºC selama dua jam. Arang diaktivasi menggunakan ZnCl2 selama satu jam pada temperatur 550 ºC dan pengozonan dengan variasi waktu 0, 20, 40 dan 60 menit. Arang hasil aktivasi dibandingkan daya adsorpsinya terhadap senyawa iodin, metilen biru dan metil jingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif yang diaktivasi dengan ZnCl2 memiliki daya adsorpsi yang lebih baik terhadap senyawa iodin, metilen biru dan metil jingga daripada arang aktif yang diaktivasi dengan pengozonan. Namun, semakin panjang waktu pengozonan arang aktif yang dihasilkan memiliki daya adsorpsi terhadap metilen biru dan metil jingga yang semakin bai

    DAMASK: The Düsseldorf Advanced MAterial Simulation Kit for studying crystal plasticity using an FE based or a spectral numerical solver

    Get PDF
    AbstractThe solution of a continuum mechanical boundary value problem requires a constitutive response that connects deformation and stress at each material point. Such connection can be regarded as three separate hierarchical problems. At the top-most level, partitioning of the (mean) boundary values of the material point among its microstructural constituents and the associated homogenization of their response is required, provided there is more than one constituent present. Second, based on an elastoplastic decomposition of (finite strain) deformation, these responses follow from explicit or implicit time integration of the plastic deformation rate per constituent. Third, to establish the latter, a state variable-based constitutive law needs to be interrogated and its state updated.The Düsseldorf Advanced MAterial Simulation Kit (DAMASK) reflects this hierarchy as it is built in a strictly modular way. This modular structure makes it easy to add additional constitutive models as well as homogenization schemes. Moreover it interfaces with a number of FE solvers as well as a spectral solver using an FFT.We demonstrate the versatility of such a modular framework by considering three scenarios: Selective refinement of the constitutive material description within a single geometry, component-scale forming simulations comparing di_erent homogenization schemes, and comparison of representative volume element simulations based on the FEM and the spectral solver

    Pengaruh Temperatur Penggantian Pelarut Terhadap Hidrofobisitas Aerogel Silika

    Get PDF
    Aerogel silika telah disintesis dengan bahan dasar lumpur Lapindo. Sintesis aerogel silika dilakukan melalui beberapa tahapan yang diawali dengan mengekstrak silika yang ada dalam lumpur Lapindo kemudian endapan silika yang masih basah dicetak sehingga terbentuk gel silika. Gel silika selanjutnya direndam dalam metanol dan sebagai variasi adalah temperatur perendaman yakni pada temperatur ruang dan 50 oC, selanjutnya masing-masing gel dimodifikasi permukaannya dengan TMCS (trimethylchlorosilane) sebagai agen sililasi, kemudian dikeringkan pada tekanan ambien dengan temperatur 50 oC selama satu jam dan dilanjutkan pemanasan pada temperatur 200 oC selama satu jam. Aerogel silika yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer infra merah dan uji hidrofobisitas. Penggantian pelarut pada temperatur 50 oC menghasilkan aerogel yang lebih hidrofobik daripada aerogel yang diperoleh dari penggantian pelarut pada temperatur ruang berdasarkan spektra infra merah. Aerogel yang dihasilkan bersifat hidrofobik dan buram

    Pengaruh Ph dan Konsentrasi Tmcs pada Sintesis Aerogel Silika dari Water Glass

    Get PDF
    Telah dilakukan sintesis aerogel silika pada tekanan ambien menggunakan water glass melalui proses sol-gel. Gel disiapkan dengan menambahkan tetes demi tetes natrium silikat ke dalam 5 mL HNO3 hingga pH 3 dan 6. Konsentrasi TMCS yang digunakan adalah 33% dan 6 %. Hidrogel dicuci menggunakan air bebas ion kemudian dikeringkan untuk mengurangi kandungan H2O. Alkogel didapatkan dengan merendam hidrogel dalam metanol selama 24 jam. Sililasi dilakukan pada alkogel menggunakan campuran heksana, TMCS, dan metanol selama 24 jam. Tahap sililasi diakhiri dengan merendam gel dalam heksana selama 12 jam kemudian dikeringkan pada suhu 50 oC selama 24 jam, 80 oC selama 10 jam, dan 120 oC selama dua jam. Tahap pertukaran pelarut dilakukan pada suhu 50 oC. Karakterisasi dilakukan melalui pengamatan secara visual, uji hidrofobisitas dan sudut kontak secara kualitatif, massa jenis, serta spektrofotometri FT-IR. Hasil aerogel silika pada pH 3 dan 6 menggunakan TMCS 33% memiliki massa jenis 0,164 g/mL dan 0,060 g/mL sedangkan menggunakan TMCS 6% aerogel masih bersifat hidrofilik

    Pengaruh Penambahan Dolomit terhadap Kekerasan Bahan Baku Pembuatan Keramik dari Lumpur Lapindo

    Full text link
    IonNa+ dan K+ dihilangkan dari lumpur Lapindo dengan cara ekstraksi menggunakan variasi pelarut akuades dan air PDAM. Variasi pelarut akuades dan air PDAM digunakan saat pembuatan HCl untuk melarutkan dolomit. Variasi pelarut yang digunakan adalah 5, 10 dan 15% b/v untuk masing-masing pelarut air PDAM dan akuades. Proses ekstraksi ion Na+ dan K+ dilakukan bersamaan dengan proses penambahan ion Ca(II) dan Mg(II) dari dolomit kedalam lumpur Lapindo. Dolomit dilarutkan ke dalam HCl dengan variasi pelarut akuades dan pelarut air PDAM sehingga menghasilkan variasi larutan dolomit dalam HCl (DDH) dengan pelarut akuades dan air PDAM. Adanya kandungan Mg(II) yang lebih besar dari pada Na+ dan K+ dapat membantu koagulasi koloid saat proses ekstraksi. Konsentrasi larutan dolomit dalam HCl (DDH) yang memberikan hasil paling baik didapatkan pada konsentrasi 15% DDH pada pelarut air PDAM. Dari hasil analisa sebelum dan sesudah ekstraksi, logam Ca(II) bertambah sebesar 17898 ppm

    Konversi Sitronelal Menjadi Senyawa Isopulegol dengan Katalis ZnBr2/β-Zeolit

    Full text link
    Pada penelitian ini telah dilakukan konversi sitronelal menjadi senyawa isopulegol melalui mekanisme reaksi siklisasi dengan katalis ZnBr2/β-Zeolit. Sitronelal diisolasi dari minyak sereh wangi dengan metode distilasi fraksional. Katalis ZnBr2/β-Zeolit dibuat dengan metode impregnasi pada temperatur 400 ºC di bawah aliran gas nitrogen selama 4 jam. Reaksi konversi sitronelal dilakukan dengan metode one-pot synthesis dengan aliran gas nitrogen pada temperatur 120 ºC. Karakterisasi katalis ZnBr2/β-Zeolit dilakukan dengan analisa X ray- Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy- Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX). Karakterisasi produk reaksi dilakukan kromatografi gas (GC) dan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS). Berdasarkan hasil penelitian, katalis ZnBr2/β-Zeolit memberikan aktivitas lebih baik dibandingkan β-Zeolit, dimana nilai konversi sitronelal menjadi isopulegol sebesar 100% dengan selektivitas terhadap senyawa isopulegol sebesar 75,28% pada temperatur 120 0C dan waktu reaksi 60 menit

    Adsorpsi Kadmium(ii) Menggunakan Biomassa Azolla Microphylla Diesterifikasi Dengan Asam Sitrat: Kajian Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat Dan Temperatur Esterifikasi

    Get PDF
    Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa esterifikasi biomassa Azolla microphylla dengan asam sitrat meningkatkan kapasitas adsorpsinya terhadap kadmium(II). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi asam sitrat dan temperatur esterifikasi terhadap adsorpsi kadmium(II) oleh biomassa Azolla microphylla yang diesterifikasi dengan asam sitrat (BA-Sitrat). Esterifikasi biomassa dilakukan dengan cara mensuspensikan biomassa ke dalam larutan asam sitrat konsentrasi 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 M. Suspensi yang terbentuk dikeringkan. Suspensi kering dipanaskan pada variasi temperatur 115 ; 120 ; 125 dan 130oC selama 3,5 jam. Karakterisasi BA-Sitrat dilakukan dengan metode analisis volumetri. Konsentrasi kadmium(II) setelah adsorpsi dilakukan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam sitrat dan temperatur esterifikasi berpengaruh terhadap tingkat keasaman BA-Sitrat dan kemampuan adsorpsinya terhadap kadmium(II). Tingkat keasaman dan kemampuan adsorpsi adsorben BA-Sitrat tertinggi dicapai pada penggunaan konsentrasi asam sitrat 0,6 M dan temperatur esterifikasi 120oC dengan persen adsorpsi kadmium(II) sebesar 45,76
    corecore