4 research outputs found
EDUKASI PEMBUATAN MINUMAN HERBAL SEDERHANA DARI KULIT LABU KUNING PADA MASYARAKAT KECAMATAN ABELI
Program pengabdian masyarakat oleh tim dosen S1-Farmasi ITK Avicenna mengusung tema edukasi pembuatan minuman herbal sederhana untuk kesehatan dari kulit labu kuning. Labu kuning selama ini dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sayuran atau menjadi bahan dasar pembuatan kue. Kulit labu kuning biasanya hanya menjadi limbah atau dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit labu kuning sejauh ini disyalir memiliki kandungan kimia yang berpotensi sebagai antioksidan alami. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi pembuatan minuman herbal dari kulit buah labu kuning. Kegiatan diikuti oleh 3 orang dosen dan mahasiswa/mahasiswa S1 Farmasi ITK Avicenna. Materi dibawakan langsung oleh seorang apoteker dengan basic farmasi komunitas dan klinis. Kegiatan ini dihadiri oleh kalangan ibu rumah tangga, lansia dan kader posyandu. Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah, diskusi bersama masyarakat disertai demo cara meramu dan penyajian minuman herbal. Output dari kegiatan ini berupa minuman herbal dalam bentuk sediaan teh seduh kulit labu kuning. Penyuluhan edukasi minuman herbal ini diharapkan memberikan dampak postif dan manfaat terkait pemanfaatan kulit labu kuning untuk kesehatan serta memberi informasi alternatif penggunaan obat tradisional untuk masyarakat di Kecamatan Abeli
Studi Etnobotani Pemanfaatan Tanaman Obat Masyarakat Desa Sabulakoa Kabupaten Konawe Selatan
Studi etnomedisin merupakan studi yang mempelajari tentang penggunaan obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik dan suku bangsa tertentu. Masyarakat Desa Sabulakoa telah mengenal pemanfaatan tanaman untuk kebutuhan sehari-hari, diantaranya dijadikan sebagai makanan, dan berbagai macam bahan obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah, jenis, khasiat, bagian tanaman yang bermanfaat, peracikan dan pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat Desa Sabulakoa, Kecamatan Sabulakoa, Kabupaten Konawe Selatan. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan melihat kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan data dengan wawancara terbuka pada masyarakat yang dianggap mengetahui pemanfaatan dan penggunaan tanaman obat serta melibatkan dukun desa setempat yang sering mengobati masyarakat dengan penggunaan tanaman tradisional. Analisis data dalam bentuk tabel disajikan untuk menggambarkan jenis tanaman, family, kegunaan, bagian tanaman yang digunakan dan cara meramu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 28 jenis tanaman, 20 family yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat desa Sabulakoa. Tanaman tersebut dapat mengobati seperti penyakit dalam (diabetes militus, maag, asam lambung, kolesterol, lever, diare) dan luka luar (gatal-gatal, kurap, jerawat, dan luka infeksi). Bagian tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat umumnya adalah bagian daun (57,5%) akar, kulit batang, buah, biji dan rimpang. Cara meracik tanaman obat yang dilakukan masyarakat sangat sederhana yaitu cara direbus (67,8%), ditumbuk (32,1%), diparut dan diperas (14,2%). cara penggunaan tanaman obat untuk penyakit dalam dapat diminum dan untuk luka luar cukup ditempelkan pada area tubuh yang mengalami luka
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Provinsi Sulawesi Tenggara
Infeksi bakteri bisa diobati dengan antibiotik. Masyarakat cenderung menggunakan antibiotik dengan irasional, hal tersebutlah yang menimbulkan masalah resistensi dari penggunaan antibiotik sehingga memerlukan tingkat pengetahuan karena dapat mempengaruhi terjadinya resistensi. Tujuan penelitian untuk melihat tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap penggunaan antibiotik. Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Pengumpulan data menggunakan survey online dengan tekhnik snowball sampling. Total sampel yang ikut dalam penelitian ini berjumlah 1013 responden yang diperoleh dari wilayah kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Kuesioner disebarkan sejak Desember 2020 hingga Februari 2021. Analisis data dilakukan secara univariat dengan mendeskripsikan kedalam uraian tabel. Hubungan karakteristik dengan pengetahuan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden adalah perempuan (59,7%) dengan umur 21-40 tahun serta berpendidikan sedang (65%). Tingkat pengetahuan masyarakat Sulawesi tenggara terhadap penggunaan antibiotik tergolong cukup (38,2%) selanjutnya dengan kategori baik (32,6%) dan kategori kurang (29,1%). Perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik antara lain ; 67% masyarakat mendapatkan antibiotik di apotek dan 28,3% diantaranya menerima informasi penggunaan antibiotik oleh apoteker. amoksisilin (45,7%) adalah antibiotik dengan penggunaan tertinggi. Masyarakat menyimpan antibiotik didalam wadah tertutup rapat (89%). Perilaku pembuangan obat antibiotic masyarakat yaitu langsung dibuang ke tempat sampah. Ada hubungan yang bermakna antara usia, pendidikan dan pekerjaan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap penggunaan antibiotik (p?0,005)